"Apapun yang daddy pakai, itu sangat cocok. Daddy tidak sadar kalau daddy sangat tampan? Huh? Sangat tampan hingga sudah menikah pun masih ada yang berani membawa puterinya untuk berkenalan dengan suami tampan baby. Apa ia tidak tahu siapa baby, hm?"
"Daddy tahu! Baby adalah orang yang sangat daddy cintai. Polaris daddy..."
"Iiish! Merayu!" Jungkook memukul pelan dada Taehyung lalu memutar tubuhnya hendak beranjak menuju wardrobe itu lagi, namun Taehyung menahannya dengan memeluknya dari belakang. "Dadd, bagaimana bisa baby mengambilkan kemeja daddy kalau daddy terus menempel seperti ini, huh?" protes Jungkook saat sang suami memeluknya dan terus menempel padanya, mengikuti pun kemana ia pergi.
"Daddy tidak ingin jauh dari baby. Daddy tidak masuk kantor saja, ya, sayang. Satuuuu hari saja, hm?"
"Bukankah daddy ada rapat hari ini? Juga janji ma kan ma lam dengan kolega? Bagaimana bisa tidak pergi ke kantor? Bagaimana kalau appa mencari daddy, hm?"
"Maka daddy akan mengatakan pada appa, bahwa puteranya sedang menemani menatu kesayangannya yang tengah merajuk dan manja, tidak ingin daddy tinggalkan. Ekhem! Menantunya sedang hamil, mungkin," ucap Taehyung.
Jungkook mengambil setelah jas, juga kemeja untuk suami tampannya lalu menyerahkannya. "Pakai dulu, daddy..." pinta Jungkook. Taehyung menggelengkan kepalanya pelan. "Iiish! Daddy nanti terlambat, baby masih harus membuatkan daddy makan pagi. Ayo, dadd..."
"Cium daddy dulu, baby!" Taehyung menunjuk salah satu pipinya. "Ayo, cium. Cium daddy, baby.. Ayo, ayo..cium," rengek Taehyung. Taehyung masih memeluk Jungkook dari belakang, belum melepaskan pelukan itu, kepala pria tampan itu pun menyembul dari samping bahu Jungkook, Jungkook mengusapnya pelan. "Ahh, nyamannya..."
Lalu, Jungkook pun melepaskan pelukan Taehyung membuat lelaki itu berdiri di depannya. Jungkook menangkup wajah Taehyung, dan sedikit menurunkannya. Pria manis itu mencium dahi Taehyung lama, sepasang manik hazel itu, kedua pipi dan yang terakhir sebuah kecupan di bibirnya. Taehyung tersenyum, tak kama, ia pun melakukan hal yang sama seperti yang Jungkook lakukan. Hingga setelahnya, Taehyung pun bersiap mengenakan kemeja serta setelan jasnya. Jungkook keluar kamar terlebih dulu karena harus menyiapkan suaminya makan pagi.
Taehyung sering melarang Jungkook melakukan itu, namun yang Jungkook katakan akan selalu sama. Ia menyiapkan makan pagi untuk suami tercintanya. Ya, meskipun ia tak menyetuh benda-benda panas seperti kompor, panci, penggorengan atau semacamnya dan juga benda tajam. Karena Taehyung akan sangat murka jika sedikit saja ujung kukunya terluka. Maka dari itu, sang maid yang memasak, sedangkan Jungkook yang menata dan menyiapkannya untuk Taehyung.
Pernah suatu hari, jari Jungkook tidak sengaja teriris. Tidak dalam, hanya teriris kecil dan yang terjadi adalah, ia tidak mengizinkan Jungkook keluar kamarnya bahkan turun dari ranjang hingga luka itu mengering. Dan yang Taehyung lakukan setiap berada di dekat Jungkook, meniup jari yang terluka itu, dan sesekali terlihat sepasang manik hazelnya itu memburam. Hingga Jungkook menertawakannya. Bagaimana pun Jungkook yang terlukam bukan dirinya, tidak perlu sampai menangisi luka kecil.
"Baby. No..No..No...letakkan pisaunya. Biar mereka saja yang mengiris lemon," panik Taehyung saat menuruni tangga menuju pantri di mansionnya. Ia melihat Jungkook tengah mengisi lemon untuk teh yang barusaja ia sedih. "No, I said No, baby. Letakkan!"
"Hanya mengiris lemon, dadd..." ucap Jungkook belum meletakkan pisaunya.
Lalu Taehyung menatap salah satu maidnya dan memerintahkannya untuk mengambil pisau di tangan Jungkook. Hingga Jungkook pun terpaksa menyerahkan pisau yang berada di tangannya pada maid itu seraya mencebikkan bibirnya.
ESTÁS LEYENDO
POLARIS
Fanfiction[END] Seperti Polaris yang tetap pada tempatnya, setia pada empunya, maka ia pun akan setia pada kekasihnya apapun yang terjadi. Maka, pandanglah langit utara, selama kau bisa menemukan Polaris, harapan itu akan selalu ada. "Bagiku kau adalah Polar...
✨ Chapter 20 - My Polaris [END] ✨
Comenzar desde el principio
