Constellation 003 || Raidyn Fernando

5 4 1
                                    

003 || Progress: 15%
Constellation by Raidyn Fernando

✧✧☯✧✧

Genangan air bening perlahan memudar menjadi merah, semua luka dibersihkan. Ini sudah hampir tengah malam, dan pelaku penyebab luka ini masih disudutkan di satu ruangan tak jauh dari tempatnya berdiri. Mata aquamarine Wither perlahan surut, ia melepaskan pegangannya pada gadis yang terbaring di ruang UKS akibat kelakuan si Celestia yang tidak elitenya menghabisi gadis itu sampai wajahnya babak belur.

Lama-lama Wither merasa ngantuk, padahal subuh ini akan ada keberangkatan kapal ke Desmond dan kemungkinan besar Celestia akan naik kapal itu. Wither tidak dapat alasan kenapa ia akan ditolak ikut bersama Celestia, toh itu berarti panti asuhan ini akan turun beban karena anak tak diinginkan seperti Wither akhirnya angkat kaki. Ya, pastinya Wither akan disambut kepergiannya. Dua tangan Wither melipat di dada.

"Oy, jangan tidur!"

Wither tertidur, cara untuk membangunkannya adalah menampar pipi lelaki itu.

PLAK!

"Gue masih napas." Perlahan matanya mengedip cepat. Tidak ada lemah lembutnya, ia menatap malas gadis yang beru keluar dari ruang BK, entah berapa paragraf yang kelar berisi nasihat untuk akur dengan pembuat onar. "Gimana? Kapan kita berangkat?"

"Sekarang."

Mulut Wither terbuka. "Gue bahkan belum beresin-"

BRAK!

"Mereka seneng akhirnya lo pergi." Celestia menunjuk tumpukan tas di ambang pintu dan tersenyum singkat. "Mereka juga seneng karena alasan kepergian kita karena dapat beasiswa dan lo dianggap sebagai peneman gue." Gadis itu mengedikkan bahu. "Tiket kapal udah dipesan, setengah jam lagi kita diminta kumpul di pelabuhan. Ada pesan yang mau lo sampain sebelum pergi dari panti asuhan ini? Nyokap lo kan masih hidup."

DEG!

Cih, bisa saja Celestia membuka latar belakangnya di data panti asuhan. Mentang-mentang sudah dibuang jadi datanya diberikan ke sembarang orang saat diminta.

"Sekarang dia udah meninggal, kok." Wither mengenakan topinya, lidah topi sengaja ditutup ke bawah hingga tak banyak yang bisa melihat wajahnya kecuali dari bawah. "Alasan kenapa dia kirim gue ke panti, karena dia tahu, dia engga mampu ngurus gue. Paling-paling sekarang mati kelaparan, tingkat ekonomi negara kita kan rendah, Cel. Bahkan lo pun disumpahkan balik ke negara ini buat berbakti setelah dari Desmond."

"Apa salahnya sumpah buat berbakti?"

Wither menggeleng. "Bukan salah, tapi keliatan banget butuh."

Tidak ada yang mengantar mereka pergi dan mereka pun tak berharap. Angin malam hanya satu-satunya hal yang mengantar dan menjemput. Wither tak keberatan dengan suhu dingin semenjak mendapat kemampuan konstelasi, tapi ia tetap memilih berbaju tebal untuk mengenang masa-masa lemahnya ketika seorang Wither pun tak mampu bergerak oleh tubuh lemah yang langsung ambruk dengan suhu tak stabil.

Wither bukan anak satu-satunya, ia terlahir kembar. Saat kedua orang tuanya cerai, sang ayah mengambil sang kakak karena ia memiliki tubuh yang lebih kuat. Apa yang bisa diharapkan dari anak lemah seperti Wither? Menginjak umur 16 tahun pun sudah keajaiban, tak ada yang menyangka anak lemah itu hidup sampai di angka ini.

TUUT! TUUT!

Normalnya Wither susah tidur dan sering kekurangan tidur, tapi kali ini ia sepertinya terlalu mudah larut dalam pikiran dan jatuh ke alam bawah sadar. Entah berapa lama waktu dilewati, ternyata kapal sudah melewati perbatasan negara dan mengeluarkan bunyi pertanda kepergian. Momen yang Wither tunggu, ia menyambut kematian bila kapal mengalami kebocoran atau menabrak es di tengah jalan. "Sip, gue mau mati."

CONSTELLATION [On-going]Where stories live. Discover now