Bab 01

1.2K 32 3
                                    


"SALVIA!!"

Mendengar raungannya membuat Salvia langsung memutuskan panggilan teleponnya secara sepihak, dia juga tidak peduli jika saat di kantor pria itu akan memarahinya atau bahkan menghina-hinanya. Lagi pula bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi hampir setiap hari dia merasakannya. Membuatnya hampir gila saat mendengarnya, bahkan dia memiliki niatan untuk menyumpal mulut boss gilanya itu.

Tentu saja yang telah meneleponnya bahkan meraung padanya adalah Bossnya yang sangat~gila. Saking gilanya ia mungkin harus di masukkan kedalam rumah sakit gila, sayangnya tidak ada yang berani membuat lelucon seperti itu saat di depannya apalagi untuk melakukannya. Meskipun dia hanya seorang sekretaris, dia tidak berani mengatai Bossnya gila apalagi dengan karyawan lainnya. Tetapi tentunya di belakangnya dia dan para karyawan lain mengatainya bahkan tak segan untuk menggosipkan Boss mereka.

Mereka seperti memuja dan memuji bossnya di depan tetapi di belakang mereka tak segan untuk mengatainya dengan kasar atau menggosipkannya.

"Dasar boss gila! Fuck!" Salvia mengumpat dan memberikan jari tengahnya pada panggilan telepon yang telah berakhir, dia berharap bisa melakukannya di depan bossnya itu tapi dia takut di pecat. Sebelum dia di pecat mungkin boss gilanya akan memarahinya atau menghinanya lebih dulu. Ck, sungguh sial memiliki boss seperti itu.

Pasalnya tadi malam boss gilanya itu meneleponnya, bayangkan saja tengah malam. TENGAH MALAM! Di saat dia sedang berada di alam mimpi dan suara ponselnya membangunkannya, sehingga dia tidak bisa melanjutkan kissing dengan pria yang di temuinya di alam mimpi. Meski dia tidak bisa mengetahui wajah pria di dalam mimpinya itu, tapi dia nyakin mungkin pria itu tampan dilihat dari perawakannya yang kekar dan berotot. Sungguh tipe pria idealnya, sayangnya dia belum pernah melihatnya.

Tetapi dia pernah melihatnya, itu adalah boss gilanya. Tentunya dia akan membuang jauh-jauh untuk membandingkan tipe idealnya dengan boss gilanya itu. Meski memang sangat tampan, bertubuh kekar, dengan pinggang ramping dan punggung lebar tentunya enak untuk di peluk, apalagi otot di balik kemejanya mungkin sangat indah tapi sayangnya dia belum melihatnya apalagi menyentuhnya. Tapi itu hanya dari penampilannya saja, siapa yang tahu bahwa ia pria gila yang sangat emosional dan menguras banyak energi untuk menghadapinya, ia juga sangat labil dibandingkan dengan anak kecil. Yang paling penting mulut indahnya itu sangat tajam karena tak henti untuk memarahi atau bahkan menghina karyawan-karyawannya termasuk dirinya.

Bossnya yang gila itu menyuruhnya membuat ulang laporan yang akan di presentasikan hari ini, padahal sejak kemarin dia sudah membuatnya dengan benar bahkan bossnya itu sudah menyetujuinya. Memang pria gila itu memiliki pikiran labil dan berubah-ubah, sehingga keputusan sepihaknya yang membuatnya harus terjaga di tengah malam untuk membuat ulang laporannya. Sungguh sial! Dia bahkan tak henti mengumpatinya di sela-sela pekerjaannya. Karena itu dia hanya bisa tidur selama 3 jam sebelum boss gilanya itu meneleponnya kembali agar dia bisa hadir lebih cepat.

Heh, dia biasa masuk jam 7 pagi tapi hari ini dia harus masuk jam 6. Ini benar-benar berbeda dari jam kerjanya. Tidak hanya semena-mena tetapi boss gilanya itu juga mengambil waktu tidurnya.

Dia bahkan sempat berpikir jika boss gilanya tidak memiliki pekerjaan lain selain menggangunya. Mentang-mentang dia sekertarisnya, ia menjadi seenaknya!

Tapi tidak apa setidaknya gajinya akan selalu di naikkan meski dia sendiri harus menderita di bawah tekanannya. Menghadapi boss gilanya dia harus~sabar.

"Pagiku suramku, matahari bersinar, ku genggam tas merahku menabok bossku!" Dia bernyanyi dengan riang dan di akhir lagu mengangkat tasnya memukul angin dan membayangkan bahwa di depannya adalah boss gilanya itu, sangat puas jika dia bisa melakukannya di depannya. Sayangnya dia tidak memiliki keberanian untuk melakukannya.

My Sweetest Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang