25

379 9 1
                                    


.

.

.

.

.


Flashback to wedding day


Dengan kemeja navy yang digulung hingga siku dan dua kancing atas dilepas, seorang pria berdiri memegang gelas sambil menatap kosong kearah luar jendela kaca gedung bertingkat itu.

Membayangkan wanita pujaannya berjalan menuju altar pernikahan kearah pria selain dirinya saja bisa membuat emosinya meledak, apalagi harus masuk dan menyaksikan kenyataan pahit itu. Oh tuhan, lebih baik dia keluar dan meredam emosinya dengan alkohol.

Didalam sana, acara sudah dimulai sejak tadi. Terdengar juga sang mempelai wanita sudah tiba dan memasuki ruang pernikahan.

Terlalu serius meneguk minumannya, pria itu bahkan tidak sadar seorang wanita dengan dress putih berjalan kearahnya. Melihat pria itu tak sadar akan kehadirannya, wanita itu menempatkan tangannya dipundak sang pria. Membuat pria itu berbalik kearahnya.

"why are you here? You want to miss your cousin's happy moment?"(kenapa kamu disini? kamu mau ngelewatin momen bahagia sepupumu?)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"why are you here? You want to miss your cousin's happy moment?"
(kenapa kamu disini? kamu mau ngelewatin momen bahagia sepupumu?)

Pria itu tidak mengeluarkan sepatah kata apapun dan hanya mematung menatap wanita itu dengan manik coklat-nya yang berbinar dan akhirnya meneteskan air mata.

"come here"
(kemari)

Wanita itu sedikit menyipitkan matanya menatap pria itu yang baru saja memintanya untuk mendekat.

"come on Luna"
(ayolah Luna)

Jura tertawa setelah berhasil menggoda Jevan kemudian berjalan mendekati tubuh pria itu dan memeluknya dengan erat.

Jevan mendekap tubuh wanita itu dan meneteskan air mata bahagianya melihat wanita itu alih-alih berada di altar pernikahan, wanita itu berada dihadapannya. Dipelukannya bukan sepupunya.

Wanita itu tersenyum lepas dalam dekapan hangat sang kekasih dan merasa lega dengan keputusannya dua jam yang lalu.

"how?" Jevan melepaskan pelukannya lalu merapikan rambut Jura yang sedikit berantakan dan menanyakan apa yang terjadi.



-Flashback ke dua jam yang lalu-


Sesampainya di hotel, Jura masih harus menunggu di ruang tunggu pengantin sampai semuanya benar-benar siap.

Sementara menunggu acara dimulai, ia merasakan sesak. Bukan karena gaun pengantin yang kekecilan, hanya saja ia merasa keputusannya untuk menikahi Ivan bukan hal yang benar-benar ia inginkan. Sekalipun nantinya mereka akan bercerai, ia tak mau menghabiskan waktunya bahkan untuk sehari dengan pria lain selain Jevan.

Jura bangkit dari duduknya menghampiri Sania yang tengah sibuk dengan salah satu staf hotel.

"gua butuh ayah sama om Deru sekarang"

Setelah Jura menyelesaikan kalimatnya, gadis itu langsung beranjak dari ruangan pergi menemui sosok yang diinginkan sahabatnya.

Kurang dari lima menit menunggu, ayah Banu dan om Deru tiba dihadapan Jura. Sania meninggalkan ketiganya dan membawa staf yang ada disana keluar agar memberi ruang untuk keluarga itu.

"aku minta maaf" menepis keheningan dalam ruangan, wanita itu membuka suara.

"maaf? untuk apa ra?"

"aku minta maaf ngecewain om, aku.."

"ra kamu gapapa kan?" ayah Banu yang terlihat khawatir dengan Jura yang mulai meneteskan air mata kemudian mendekati Jura untuk memastikan apakah kondisi anaknya baik-baik saja.

"ayah, om..aku gabisa nikah sama Ivan"

Sontak kalimat itu membuat Deru dan Banu membelalakkan mata keduanya terkejut. Tak langsung mendapat respon dari keduanya,sejenak ketiganya terdiam dalam ruangan yang kosong itu.

Tak menunggu lama, om Deru kemudian mendekati Jura dan membawa wanita itu kepelukannya.

"it's okay dear, lebih baik begini daripada kamu harus terpaksa kan" wanita itu tak dapat menahannya lagi, tangisannya pecah dalam pelukan Deru.

Ia benar-benar telah mengecewakan orang tuanya, menangis adalah pilihan yang tepat untuk meluapkan emosinya.

"San" setelah merasa lebih baik, ia melepaskan diri dari om Deru, Jura kemudian memanggil sahabatnya memintanya untuk masuk.

"u okay?" dengan langkah pelan gadis itu masuk dan sedikit terkejut melihat Jura.

"ayah, om. Sania akan gantiin aku hari ini"

"ra?"

"San, sekarang atau ga sama sekali?"

"Ivan sama Sania pacaran?" dengan wajah kebingungan, ayah Banu bertanya untuk menghilangkan rasa penasarannya.

"enggak om San-"

"Sania yang gantiin aku di tiga kali pertemuan sama Ivan yang lalu ayah"

"and?" sama seperti Banu, Deru juga bingung dengan situasi ini.

"and..they fall in love"
(dan..mereka jatuh cinta)

Setelah perbincangan panjang untuk meluruskan masalah itu, tiba saatnya acara pernikahan akan segera dimulai. Tanpa memberitahu Ivan, Sania kemudian mengganti dress-nya dengan gaun pengantin dan bersiap menuju altar.

Sementara sang sahabat bergegas memberikan sebuah kertas kecil kepada seorang staf, yang bertuliskan nama lengkap Sania yang akan diberikan kepada pendeta.

Saat acara dimulai dan mempelai wanita berjalan masuk, pria dengan setelan navy itu tentu terkejut  melihat gadis yang ia cintai berjalan kearahnya dengan gaun pengantin membuat penampilannya semakin menawan.

Ivan yang tadinya berdiri dengan senyum kecil kini ia membuat lekukan lebar dibibirnya karena rasa bahagia dari kejutan yang ia dapat saat itu.

Sembari menunggu pengantar kata dari sang pendeta, Jura menyibukkan matanya mencari keberadaan Jevan yang entah dimana.

Tidak menemukan sosok yang ia cari, wanita itu keluar dari ballroom dan lanjut mencari keberadaan Jevan. Sebelum sahabatnya mengucap janji suci ia harus segera menemukan pria itu.

Langkahnya terhenti saat melihat sosok Jevan yang terlihat sedang berdiri sendiri menatap keluar jendela. Dengan langkah pasti ia segera menghampiri pria itu.

Beriringan dengan langkah kakinya, wanita itu tak henti-hentinya mengagumi Jevan. Dengan penampilan yang agak berantakan saja ia terlihat sangat memabukan apalagi jika dengan penampilan yang rapih.

.

.

.

.

.

ada yang nungguin? gada keknya wkwk

okay bye-bye gaisss lovyuuu all!!!

(vote+follow+comment)💗💗💗

LOVE OR OBSESSION Where stories live. Discover now