6

1.2K 23 2
                                    


.

.

.

.

.




Pagi ini langit mendung menyelimuti Bandung, seorang gadis dengan sweater oversize dan celana selutut sedang berada disebuah Apotek Rumah Sakit untuk membeli beberapa obat adiknya yang sudah hampir habis.

Ia memberikan kertas resep obat yang diberikan oleh dokter kepada suster yang sedang berjaga.

Setelah mendapat barang yang diperlukan, ia bergegas pulang karena adiknya Malvin hanya sendirian.

Dalam perjalanan pulang hujan turun sangat deras, membuat perasaan-nya bahagia. Jura sangat menyukai hujan, terlebih lagi hujan yang turun di Paris, beserta kenangan bersama seseorang. Kenangan yang tumpang tindih, tidak tau harus disebut kenangan Indah atau kenangan Buruk.

Ketimbang mengingat kenangan yang ambigu itu, ia menepiskan pikirannya dan fokus pada jalanan.

Sesampainya di apartemen ia langsung mengecek keadaan adiknya.

Terhitung sejak kepulangan Malvin dari RS, ia sudah menginap di tempat kakaknya selama 3 hari. Untungnya selama 3 hari ia tidak mengeluh dan merasa nyaman disana.

Malvin sudah bisa berjalan dengan normal dan beberapa lukanya juga mulai membaik.

"kok lo punya banyak pil tidur sih?"

Malvin menemukan banyak botol pil tidur didalam laci samping tempat tidur kakaknya.

"bukan apa-apa kok, kadang kalo gabisa tidur gua minum itu"

"lo gapapa kan?"

"i'm ok dude, everythings is fine"

Ia segera menepis kecurigaan Malvin dan mengalungkan lengannya dileher sang adik dan menyeret-nya ke sofa.

"main ini aja, suntuk gua"

"ga ah ntar capek"

"dih mana ada main ginian doang cape"

"ntar gua cape menang terus dari lo ra"

"cih mau taruhan?"

"lo pikir gua takut? ayok!"

Jura dan Malvin taruhan dengan memainkan Jenga untuk membunuh rasa suntuk mereka, sekaligus menikmati suara hujan diluar.

"HAHAHA KALAH KAN LO!"

"ck apan si, lo gerak tadi makanya mejanya goyang!"

"kak lo tuh udah kalah gausah ngeles deh"

"sialan"

"oke gua mau-"

"tar dulu! jangan minta yang aneh-aneh ya vin"

"Ducati ga aneh kok"

Dengan ekspresi yang dibuat sok imut ia menengadahkan tangannya ke arah Jura, seolah memohon untuk dibelikan motor baru.

"Ducati berapaan emang?"

"Ducati Panigale V4 cek aja"

Jura langsung mengambil handphone untuk mengecek harga motor yang diminta adiknya.

"ANJ- MOTOR APAAN 800 JUTA!!"

Melihat kakaknya shock dengan harga motor impiannya, ia langsung menundukkan kepalanya dan mengalihkan pandangan ke arah lain.

"yang lain"

"issh gua mau yang itu ra.."

"mana bisa gua spend uang sebanyak itu cuman karna kalah main game bocah!"

"lo kan banyak duitnya"

"banyak uang bukan berarti harus dibuang-buang!"

"ck lo belom ngasih kado ultah gua kemarin"

"naik mobil aja ke kampus, bahaya naik motor"

Jura meninggalkan Malvin yang sedang duduk lesehan di lantai depan sofa dan melenggang masuk ke dalam kamarnya.

"KAK GUA BELOM DAPET KADO DARI LO!! AYODONGG"

"ga! bahaya! MAHAL!"

"ck"

Malvin menyerah dan memilih masuk ke kamarnya dan membuka handphone memandangi foto motor impiannya.

Sementara dilain ruangan..

"halo daniel lo dimana?"

"caffe ra, kenapa?"

"pak Damar udah ada kabar?"

"sorry ra gua lupa bilang. Pak Damar udah sehat kok jadi para pemegang saham sama petinggi perusahaan juga udah mulai tenang. Lo juga tenang aja, perusahaan baik-baik aja kok"

"bagus deh, nanti kalau laporan berikutnya udah ada langsung kirim aja. Gua lagi punya waktu buat ngurus duit"

"iya ra nanti gua kirim, lo jangan lupa makan ya sama jaga kesehatan"

"Daniel.."

"iya kenapa ra?"

.

.

.

.

.

Hidup kesepian tanpa kekasih, cukup sekian terima kasih...

Oke guysss bye-bye lovyu all!!

LOVE OR OBSESSION Onde as histórias ganham vida. Descobre agora