FERMOS

75 10 2
                                    

"Makan dulu!" Hemanta menyeret tubuh Baskara untuk duduk saat meja yang ada dirungannya itu sudah dipenuhi oleh makanan yang Hema keluarkan dari kantong keresk yang ia bawa tadi.

"Nggak laper."

"Makan! Lo belum makan dari pagi!"

"Nggak laper, Nad."

Kruk.. kruk...

Bibir dan perut Baskara tak singkron. Bibirnya memang berkata bahwa ia tidak lapar tapi perutnya sedari tadi memang meronta minta diisi.

"Ngik lipir, Nid." Nadira terkekeh setelah mendengar dengan jelas sebuah suara yang keluar dari perut keroncongan Baskara.

"Makan, Bas. Suruh makan aja susah banget lo, kayak bocah!"

"Lo baru nyadar, Hem. Dia emang bocah!"

Mendengar Nadira terus berceloteh membuat Baskara semakin malas untuk makan. Ia hendak berdiri namun lagi - lagi ditahan oleh Nadira.

"Mau kemana lo?"

"Lo brisik."

"Makan, Baskara. Makan!"

Baskara hanya diam, ia kini sudah berdiri dan hendak pergi menuju balkon.

"Yaudah, sorry. Gue diem nih. Sekarang lo duduk, makan. Beneran gue bakal diem."

Baskara memutar bola mata malas. Ia kembali duduk kemudian membuka sebungkus nasi padang yang sudah berada dihadapannya.

"Gue bukan kuli, lo kasih makan sebanyak ini."

"Halah, biasanya juga lo nambah!" Protes Hemanta yang juga telah membuka satu bungkus nasi padang miliknya.

Mereka mulai memakan tiga nasi bungkus milik masing - masing. Nadira sebagai perempuan tidak mungkin menghabiskan sebungkus nasi padang yang porsinya seperti porsi kuli itu yang pada akhirnya Hemanta lah yang menghabiskan sisa nasi padang milik kekasihnya itu.

Seperti biasa-- Baskara yang tidak bisa makan makanan pedas sama sekali menyingkirkan sambal yang menumpuk diantara nasi miliknya. Ia cukup makan dengan lauk, kuah, dan lalapan.

Baru setengah porsi yang ia makan namun perutnya sudah terasa penuh. Tidak seperti biasa, ia bisa menghabiskan satu bungkus nasi padang-- hari ini Baskara tak memiliki nafsu makan hingga setengah porsi nasi padang miliknya kini ia biarkan merana.

"Abisin Bas. Biasanya juga lo abis." Hemanta berkata masih dengan mulut yang dipenuhi nasi.

Bukan menghabiskan nasi padang miliknya, Baskara justru mengeser sisa nasi miliknya itu kearah Hemanta.

"Anjir! Lo kira perut gue apaan suruh ngabisin sisa - sisa lo berdua!" Protes Hemanta kepada Baskara karena kini perutnya sudah terasa penuh setelah memakan satu bungkus nasi padang miliknya ditambah setengah porsi nasi padang milik Nadira.

"Mubazir, Hem, kalo nggak dimakan."

"Ya lo habisin makanya! Kok malah dikasih ke gue?!!"

"Gue kenyang." Baskara berdiri membawa sebotol air mineral dan juga obat sakit kepala yang dibelikan Nadira keluar menuju balkon.

"Abisin, Hema." Kata Nadira sebelum ia ikut pergi mengekor Baskara.

"Woy! Sialan lo berdua!! Perut gue bisa meledak ini!"

Baskara dan Nadira sudah duduk berdua di sofa yang ada dibalkon meninggalkan Hemanta yang terus mengerutu sambil menghabiskan nasi padang sisa - sisa temannya itu. Bagi Hemanta pantang untuk menyisakan makanan karena diluar sana masih banyak orang yang bahkan tidak bisa makan-- jadi mana mungkin Hemanta tega untuk membuang - buang makanan.

DARK SIDEUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum