Arion Baskara Putra

118 10 4
                                    

"Sorry, mas, kalo gue tiba - tiba ikut campur. Tapi bisa nggak-- nggak usah kasar sama cewek? Mereka ini makhluk paling manis yang seharusnya lo sayangi bukan malah lo kasarin."

"Siapa lo?! Dateng - dateng ikut campur!" Seorang laki - laki berjas memicingkan mata kearah seorang laki - laki yang kini berada di hadapannya.

"Gue? Gue Baskara-- orang yang kebetulan lewat dan nggak sengaja liat lo lagi ngebentak dan ngasarin cewek."

Arion Baskara Putra-- ia pasang badan menghadapi laki - laki berjas yang badannya sedikit lebih besar darinya setelah dengan hati - hati menarik seorang wanita untuk berlindung di belakangnya.

"Apa urusannya sama lo?! Dia cewek gue!"

"Gue nggak suka lo kasarin cewek!" Baskara meninggikan suaranya. Ia benar - benar tidak suka melihat makhluk yang bernama laki - laki berbuat kasar pada wanita.

"Bacot lo!"

BUGH!

Sebuh pukulan mendarat pada Baskara membuat badanya sedikit terhuyung dengan wajah yang tertoleh akibat pukulan yang cukup keras yang ia dapatkan dari laki - laki di hadapannya-- wanita yang ada di belakangnya pun langsung panik saat melihat darah segar keluar dari sudut bibir Baskara yang sobek.

"Udah! Ngapain, sih, pakek pukul orang!" Sang wanita menatap tajam kearah laki - laki berjas yang merupakan kekasihnya itu.

"Salah lo! Ngapain sembunyi dibelakang dia! Anak kemaren sore aja blagu!"

Baskara menyengir, rasa anyir dapat ia rasakan dari sudut bibirnya yang berdarah. "Gue nggak papa mbak." Baskara mencoba membuat sang wanita yang ia bela tidak khawatir.

"Bibir lo berdarah,"

"Gue nggak papa." Baskara kembali menegakkan tubuhnya sambil mengusap darah yang ada di sudut bibirnya.

"Kalau ada masalah diomongin baik - baik bisa, kan, mas? Nggak usah kasar." Baskara mencoba tenang, ia tak ingin terpancing emosi.

"Lo siapanya dia?! Hah?! Selingkuhannya?! Nggak usah sok ikut campur!"

"Gue emang cuma orang asing yang lebetulan lewat. Tapi sikap kasar lo ke cewek lo ngeganggu gue."

"Anj**g lo!" Tak mau membuat keributan yang lebih parah di pinggir jalan yang cukup ramai-- setelah mengumpati Baskara laki - laki berjas itu pergi begitu saja.

Baskara membalik badan menghadap pada wanita yang memaki jas dokter berwarna putih yang ada di belakangnya. "Lo nggak papa, kan, mbak?"

"Nggak, gue nggak papa kok."

Basakara celingukan, ia tak menemukan kendaraan milik wanita di hadapannya.

"Gue panggilin taksi, ya, mbak dokter cantik. Lo kayaknya nggak bawa kendaraan."

Sang dokter cantik hanya mengangguk sambil tersenyum, "lo beneran nggak papa?"

"Apanya?"

"Itu bibir lo,"

"Ah, ini doang mah nggak papa. Gue cowok mbak kalo lo lupa, gini aja mah kecil. Nggak sakit sama sekali."

"Eh, iya, Gue Baskara-- temen - temen gue biasanya manggil Babas." Baskara nyengir yang kemudian mengakibatkan ia mengaduh karena rasa perih yang dihasilkan pada sudut bibirnya.

"Gue--"

"Latasha Mauren, kan?"

"Kok lo tau?"

"Itu di jas dokter lo ada ukiran nama lo." Baskara mengarahkan pandangannya pada ukiran nama yang tertera pada jas putih khas dokter yang Mauren kenakan, "namanya cantik, kayak orangnya."

DARK SIDEWhere stories live. Discover now