[-] ft. SKZ Hyunjin x TBZ Sunwoo
Manusia membawa dalam diri; malaikat dan iblis-- Kegelapan hadir di setiap individu.
°°°
"Aku nggak sanggup, Ann..."
"Nggak ada kamu disini." Nakula meluruh ke lantai yang dingin-- ia menangis sejadi - jadinya.
Naku...
Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
"Ndra... hiks,"
Sosok laki - laki bekulit putih dengan rambut merah jambu masuk ke sebuah ruangan cukup besar yang merupakan tempat teman - temannya berkumpul.
Sambil menagis seeenggukan, ia memanggil sosok laki - laki dengan muka yang serupa dengannya tapi terlihat sedikit lebih galak.
"Kenapa lagi, sih?!" Jawab laki - laki yang dipanggil sediki frustasi.
Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
"Itu... hiks,"
"Apa?!"
"Itu... anu..."
"Berenti ngangis, nggak! Ngomong yang bener, bang!"
Abhimata-- nama laki - laki dengan rambut merah jambu yang berkulit putih itu mencoba menghentikan tangisnya setelah dibentak laki - laki berambut hitam dihadapannya.
Walaupun sudah sedikit tenang namum Abhimata tetep belum bisa menghentikan tangis sepenuhnya.
"Jelasin, kenapa?"
Abiandra-- laki - laki berambut hitam yang kini berada di hadapan Abhimata mencoba sabar dengan sifat cengeng sang abang.
"I-tu, gue tadi pas ja-lan kesini nggak sengaja na-brak anak ku-cing." Jawab Abhimata dengan sisa- sisa tangisnya.
Seisi ruangan yang yang sedari tadi mendengar percakapan antara si kembar Lavanya itu jelas terbahak. Mereka sangat tau sifat sahabat mereka yang cengeng itu-- yang sering membuat adik kembarnya mengelus dada.
Setelah mendengar apa yang abangnya jelaskan, Abiandra hanya bisa menghela nafas jengah. Selalu saja ada kelakuan ajaib Abhimata yang membuatnya harus lebih ekstra sabar.
"A-nak kucingnya ma-ti."
"Terus?"
"Itu gue bawa, bantuin ngubur gue nggak tega."
"Mana? Mana? Sini gue bantuin." Hasya-- salah satu dari gerombolan laki - laki yang nongkrong disana mendekati si kembar Lavanya.
"Udah cup cup nggak usah nangis," Mandaka ikut mendekat, mengusap rambut merah jambu milik sahabatnya yang sering membuatnya gemas itu.
