19. Reasons

254 55 22
                                    

─────────── ⋆୨•୧⋆ ───────────

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

─────────── ⋆୨•୧⋆ ───────────

Author

Salju telah turun lebat, tumpukan salju itu menyelimuti pohon-pohon dan rerumputan yang berwarna hijau. Angin musim dingin bertiup kencang, membuat Hagrid yang saat ini berjalan di depan kastil Hogwarts mengeluh, "Merlin! Anginnya kencang sekali!"

Sementara di asrama Hufflepuff, mereka sedang menikmati hangatnya api di perapian dan beberapa ikut menikmati makanan atau camilan yang telah mereka ambil di dapur dekat ruang rekreasi mereka semalaman.

"Kita tidak ketahuan, kan?" tanya salah satu murid Hufflepuff itu, melirik ke arah sekelilingnya. "Semoga saja para Prefek tidak melihat kita," jawab temannya, lanjut melahap makanan mereka itu.

Hari Sabtu memang hari yang cukup santai bagi murid tahun pertama sampai keempat. Tetapi tidak untuk muid tahun kelima dan ketujuh, mereka perlu belajar untuk mengikuti tes O.W.L dan N.E.W.T yang akan diselenggarakan antara bulan Maret, April, dan Mei tahun depan.

Sementara murid tahun keenam juga harus mempersiapkan bahan-bahan mereka, tidak bisa santai-santai juga. Walaupun di hari libur seperti ini.

"Bloody hell!" umpat seorang gadis berambut hitam panjang acak-acakan dengan kencang sembari membanting buku Sejarah Sihir-nya di atas meja, membuat Madam Pince mendesis, "Diam!"

Gadis itu pun memasang senyuman polos. "Sori, Madam," katanya dengan pelan.

"Jo, kamu harus santai." kata Pandora, memijat pelipisnya. "Aku tidak mengerti kenapa kita harus menghafalkan semua ini." sahut Jo, menatap ke arah buku Sejarah Sihir-nya itu dengan mata yang setengah mengantuk.

Pandora mengernyit. "Kamu biasanya tidak seperti ini. Lusa sudah natal dan kamu biasanya bersemangat." katanya.

Jo hanya memutar bola matanya malas. "Aku selalu seperti ini." gumamnya. "Huh. Biasanya kamu menguntit Regulus melalui 'peta perampok' milik kakakmu itu." balas Pandora kalem.

Mendengar nama Regulus, entah kenapa perasaan Jo menjadi sedikit campur aduk. Jantungnya berdetak cepat dan dia langsung menggigit bibir bawahnya. "Aku tidak menguntit." katanya singkat.

"Oh, astaga, Jo, jangan membuatku memulai lagi."

Kata-kata Pandora membuat Jo mendecih pelan dan memutar bola matanya. "Kamu hanya perlu mengakuinya saja." gadis Ravenclaw itu menambahkan.

Jo terdiam sejenak. "Aku tidak tahu apa yang kau maksud." ujarnya.

"Berbicara denganmu membuatku capek." kata Pandora sekali lagi, menghela nafas lesu. Sementara Jo hanya mengerutkan kening. "Seharusnya aku yang capek, kamu selalu membahas Regulus."

𝐄𝐍𝐂𝐇𝐀𝐍𝐓𝐄𝐃, regulus blackWhere stories live. Discover now