꒰ ongoing - a regulus black x readers ꒱
꒰ book written in bahasa indonesia ꒱
enchanted /inˈCHantid/
filled with delight; charmed.
"It was enchanting to meet you," itulah
kata-kata yang dikatakan oleh sang lelaki.
kata-kata yang sangatlah...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
─────────── ⋆୨•୧⋆ ───────────
Author
Tahun keenam. Tahun yang sulit. Tahun yang butuh banyak perjuangan lagi. Sama seperti tahun kelima, tetapi kali ini pelajarannya sedikit menantang. Masing-masing murid bisa memilih jam dan pelajaran mereka, asalkan ada yang dipelajari dan tidak ada waktu kosong.
"Aku memilih Mantera, Ramuan, lalu Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam," Jo berkata sembari berjalan bersama Pandora di koridor kastil yang mulai ramai dan heboh dari biasanya.
"Aku Ramuan dan Mantera juga, tetapi.. aku juga memilih Pemeliharaan Satwa Gaib." Pandora membalas, Jo pun menganggukkan kepalanya. "That's brilliant."
"Hei, Reg, kenapa kamu menjadi diam, sih?" tanya Rosier kepada Regulus yang sedari tadi seperti mengabaikannya, tidak membalas balik.
Crouch menoleh, dia melihat ke arah Regulus yang menundukkan kepalanya. "Oh, ayolah, Reg, tidak mungkin kamu menyesal telah mendapat tanda itu." ucapnya, Rosier menatapnya cukup sinis.
"Barty, kamu tidak membantu sumpah." kata Rosier, Crouch mengangkat bahu dan tetap melanjutkan jalannya bersama kedua temannya itu.
"Oh look, Potter dan Wesia." Crouch berbisik, membuat Rosier melihat ke depan dan melihat kedua gadis berjalan sembari berbincang.
"Hei, Potter! Wesia!" Rosier menyapanya, Jo pun mendongak dan tersenyum kecil. "Hai, Rosier." dia menyapa balik. "Oh, Regulus, hai." kini Pandora menyapa sang pemuda Black itu.
Tetapi tidak ada jawaban, Regulus hanya berjalan melewatinya tanpa mengatakan apapun. Hal itu membuat Jo dan Pandora menghentikan langkahnya sejenak.
"Reg?" mereka memanggil.
Tidak menjawab lagi.
"Sori, dia sedang bad mood." kata Rosier.
Jo mengerutkan kening. "Bad mood?" dia mengulang pelan, Rosier mengangguk. "Yeah.. aku rasa karena hari itu.." ujarnya, Jo mengangkat alis.
"Hari itu?" ulang sang gadis sekali lagi, kini giliran Rosier yang mengangkat alisnya sebelah. "Tunggu, dia tidak memberitahumu?" dia bertanya balik, Jo menggeleng pelan.
"Evan, ayolah! Mau berbicara dengan Potter sampai kapan!" Crouch berteriak, membuat Rosier menghela nafas panjang. "Kalau kamu penasaran, tanyalah sendiri dengan Regulus. Tapi mungkin dia sedikit sensitif dengan hal itu."
