Glen berdoa dulu sebelum berangkat sembari mengangkat dua tangannya.

"Lancarkanlah perjalanan yang penuh kecanggungan ini, Ya Allah. Amin.

*****

Seperti dugaan Glen, selama perjalanan ke puncak dua jam terasa begitu sepi dan canggung. Semua itu karena pertengkaran Amanda dan Rian. Glen yang biasanya suka bercanda memilih tidak bersuara dan fokus menyetir.

Glen takut jika dia salah berucap, Amanda akan menendangnya dari samping. Sedangkan, Rian benar-benar tidur di kursi belakang selama dua jam.

Acha dan Iqbal pun pasrah di kursi tengah, menyibukkan diri dengan merawat Meng, selagi Abangnya menyetir.

"Sabar ya Meng. pasti Meng juga ngerasa canggung dan nggak nyaman di mobil ini?" bisik Acha hampir tak kuat dengan perang dingin yang dikibarkan Amanda dan Rian.

****

Akhirnya mereka berlima sampai juga di tempat camping. Acha segera turun duluan, udara segar puncak menyambutnya. Acha merentangkan satu tangannya, sedangkan tangan kirinya masih sibuk menggendong Meng.

"Segarnya. Akhirnya sampai!" seru Acha makin semangat.

Acha menoleh ke Iqbal, cowok itu sudah sibuk menurunkan barang-barang bersama Rian dan Glen. Acha ingin menghampiri Iqbal, namun dari belakang Amanda tiba-tiba menyeretnya.

"Ayo," ajak Amanda.

"Kemana Amanda?" bingung Acha.

"Temenin gue ke toilet."

Acha pun mengangguk saja, pasrah mengikuti Amanda. Sedangkan, Rian, Iqbal dan Glen melihat kejadian tersebut hanya bisa menghela napas panjang.

Iqbal dan Glen menoleh ke Rian yang masih tak bisa mengalihkan tatapannya dari punggung Amanda.

"Lo nggak mau baikan?" tanya Iqbal membuka suara.

"Lo mau situasi canggung kayak gini terus Yan? Kita lagi liburan bukan perang!" tambah Glen meluapkan kegelisahannya.

Rian mengatap dua sahabatnya dengan sendu, merasa bersalah.

"Sori, gue juga bingung harus gimana."

Iqbal menepuk pelan bahu Rian.

"Nggak ada salahnya mengalah," ucap Iqbal memberi saran terbaiknya.

Glen mengangguk-angguk setuju.

"Lo coba minta maaf dulu aja. Daripada terus-terusan bertengkar kayak gini. Lo sendiri juga nggak nyaman, kan?" tambah Glen.

Rian mengangguk.

"Amanda bakalan mau maafin, kan?"

Iqbal dan Glen menghela napas panjang sembari tatapan penuh harap.

"Semoga saja."

Rian pun mau tak mau ikut menghela napas bahkan lebih panjang. Ia segera mengangkat tiga tenda yang ada di depannya.

"Ayo diriin tenda."

****

Amanda duduk di depan kursi minimarket yang tak jauh dari toilet camping. Acha pun ikut duduk, mencoba untuk menghibur Amanda.

"Amanda, mau Acha belikan minum?" tanya Acha menawari.

Amanda menggeleng, ia menatap Acha dengan ekspresi suntuk.

"Gue kesal banget, Cha sama Rian! Sejak kejadian bertengkar di restoran, dia sama sekali nggak hubungi gue dan nggak mau minta maaf sama gue! Bahkan, hari ini pun dia nggak ada bilang kalau ikut camping! Kalau tau dia ikut, gue lebih baik nggak ikut!" Amanda mengeluarkan unek-uneknya.

OUR MARIPOSAWhere stories live. Discover now