#13.Pertemuan 1

221 32 11
                                    

sekarang sabrina alvan dan alvin sudah berada di rumah sakit tepatnya dimana keyla dirawat, dan rumah sakit tersebut adalah milik keluarga Anderson sendiri.

sudah 1 jam lamanya sabrina duduk di kursi samping ranjang keyla, alvan alvin duduk di sofa dengan hp masing-masing.

"bangun nak, kamu nggak kasihan abang kamu sedih lihat adeknya nggak bangun-bangun" Sabrina yang terus berbicara pada keyla berharap gadis itu cepat bangun dari tidur panjangnya.

"ini tante, mama nya alvan alvin, mereka yang terus minta tante untuk datang kesini" mengusap lembut surai gadis itu.

"kamu tahu? anak tante itu nggak pernah peduli sama perempuan kecuali sahabatnya sama tante, kemarin mereka bilang waktu pertama kali ketemu kamu mereka berniat untuk selalu  melindungi kamu nak"

"sungguh aneh bukan? sikap mereka yang cuek tapi tiba-tiba ingin melindungi perempuan yang bahkan baru pertama kali mereka temui" alvan alvin yang asik main hp itu menutup hp nya, dan menyimak apa yang dibicarakan mamanya.

"dulu alvan sama alvin anak nya ceria dan sangat aktif mereka juga punya adek, tapi sejak kejadian itu dia hilang, maka dari itu mereka merasa terpukul karena adek yang mereka sayang nggak tahu keberadaannya dimana, masih hidup atau..." Sabrina yang mulai terisak, dengan segera alvan alvin menghampiri dan memeluk Sabrina erat.

tanpa disadari air mata keyla keluar, seolah ia dapat merasakan apa yang sabrina rasakan

"mama gapapa?" tanya alvan khawatir, dibalas anggukan lemah sang mama

cklek..

terdengar suara pintu dibuka dan memperlihatkan sosok pria paruh baya dan dokter muda nan tampan, dokter yang menangani keyla saat ini.

"loh mama kenapa?" tanya dokter itu, VIANDRA BRIAR ANDERSON atau biasa dipanggil dokter Vian itu anak kedua dari Sabrina Anderson dan Abang dari kembar alvan dan alvin.

"mama gapapa nak, kenapa penampilan kamu terlihat kacau, apa ada masalah?" jawab Sabrina meyakinkan

"Vian gapapa ma" jawabnya

"mama kayak nya kangen adek bang" alvan

"kok papa nggak kerja?" tanya alvin pada pria paruh baya disamping dokter Vian, PRATAMA ADITYA ANDERSON suami dari Sabrina "papa sudah pulang" tak lupa senyuman yang tulus.

"kok cepet? biasanya malem atau nggak pagi baru pulang" heran alvan "kangen mama kamu, abisnya ngangenin sih" jawab Aditya sambil melirik Sabrina yang kini menatapnya tajam.

"OOO, oke oke" Alvin

dia heran, papa nya ini nggak ingat umur, menolak tua kayanya.

dokter Vian mendekat ke arah Sabrina setelah menyaksikan perbincangan kecil keluarganya, sebelumnya ia melirik Aditya yang dibalas anggukan kecil dari sang papa "ma.." panggilnya pelan, setelah sampai didepan Sabrina

"ada apa nak?" dokter Vian menyodorkan selembar amplop putih kearah wanita paruh baya yang masih bisa dibilang cantik itu "ini apa?" tanyanya

"nanti mama tau sendiri"

dengan perasaan penuh penasaran Sabrina pun membuka perlahan amplop putih itu, alvan dan alvin juga menyaksikan apa isi dari amplop tersebut.

0,3 detik kemudian tangis Sabrina pecah, terkejut dengan apa yang ia lihat barusan, alvan yang khawatir pun langsung mengambil amplop putih yang tadi sempat jatuh, dan betapa terkejutnya mereka setelah tau isi dari amplop itu, tanpa sadar keduanya saling berpelukan dengan perasaan yang sulit diartikan, sedangkan Sabrina menangis dipeluknya Aditya. dokter Vian? dia mengecek kondisi keyla.

flashback on

"loh azka" ucap dokter itu

"dok tolongin temen aku" azka yang memang sudah mengenal dokter didepannya

dengan segera keyla dibawa ke IGD untuk ditangani. ya, yang berlari menghampiri keyla tadi adalah azka yang kebetulan masih disekolah karena ada urusan.

"dok pasien mengalami pendarahan di kepalanya" ucap salah satu perawat

dengan segera dokter Vian mendekat dan melakukan pemeriksaan, namun pergerakannya terhenti saat menyadari adanya seperti tanda lahir di leher gadis itu yang sedikit tertutup rambut panjangnya.

"tanda lahir ini, seperti tidak asing" batin nya

memilih memikirkan nya nanti, dokter Vian pun melanjutkan pemeriksaan.

1 jam kemudian

"maaf, pasien dinyatakan koma dengan waktu yang tidak bisa ditentukan, karena banyaknya pendarahan di kepalanya" setelah menyatakan kabar tersebut dokter vian kembali ke ruang kerjanya.

setelah sampai ia ingat dengan tanda lahir yang ada pada pasien yang ia tangani tadi, dengan cepat dokter Vian mengambil benda pipih disaku jas nya untuk menghubungi seseorang.

"halo pah, vian mau tanya"

"iya, tanya apa nak?"

"di keluarga kita ada yang tanda lahir nya di leher belakang tidak ya?"

"ada, princess kita tanda lahirnya di leher belakang. kenapa nak?"

"jadi tadi Vian ada pasien kecelakaan perempuan, terus Vian nggak sengaja lihat tanda lahir itu pa"

"serius kamu?"

"sekarang gini, papa kerumah sakit sekarang, terus kamu tes DNA ya"

"tapi pa, kita belum izin keluarganya"

"udah lakuin aja, jangan berhenti berusaha sampai princess kita ketemu, yasudah papa langsung kerumah sakit sekarang"

sambungan diputus sepihak oleh orang dibalik telefon tersebut.

besoknya

seorang pria dengan usia yang berkisar 38 tahun menyusuri lorong rumah sakit berjalan dengan sangat berwibawa yang memancarkan auranya tersendiri, terlihat masih muda bukan?.

sampai depan sebuah ruangan, tanpa mengetuk pintu dengan segera ia masuk, mata tajamnya nya menyapu seluruh isi ruangan yang bernuansa putih dengan sedikit kombinasi berwarna abu.

ruangan yang terlihat begitu rapi dan bersih, tetapi dimana penghuni ruangan ini?. memilih menuju kasur yang berada di ruang itu guna mengistirahatkan tubuh nya yang terasa pegal kerja seharian.

"pah, udah dari tadi?" tanya seorang pemuda yang baru saja keluar kamar mandi "nggak, darimana aja kamu, cepet sini papa mau ketemu istri papa yang paling cantik"  Aditya

pemuda tadi memutar bola matanya malas, papanya ini sudah tua masih saja bucin dengan segera ia menghampiri pria yang ia sebut papa itu.

"gimana hasilnya?"  to the point aditya. pemuda yang dimaksud adalah dokter Vian

dengan lesu dokter vian mengulurkan sebuah amplop putih dan langsung diterima oleh aditya
"ada apa dengan wajah kamu itu" merasa ada yang aneh dengan putranya, aditya membuka amplop itu dengan tangan bergetar.

"i ini beneran?" dengan suara bergetar aditya menatap kedua mata putranya, mencari sebuah kebohongan namun ia tidak menemukan kebohongan itu, hanya tatapan tulus, senang, sedih yang menjadi satu.

"iya pa" jawabnya lirih

Aditya merengkuh tubuh putranya yang sedikit bergetar "princess kita telah kembali" bisik nya

flashback off

Annoying Brother (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang