"Glen ngamuk karena kita tinggal di restoran."

Acha terkejut mendengarnya.

"Di restoran burger tadi ada Glen juga?"

"Iya. Dia yang ngajak gue dan Rian makan di sana."

Acha geleng-geleng dengan tatapan iba.

"Kasihan Glen. Sekarang udah pulang ke rumah?"

"Sebentar lagi pulang ke rumah."

"Syukurlah."

Iqbal terdiam, memperhatikan Acha lebih lekat.

"Khawatir sama Glen?"

Acha tertegun mendengar pertanyaan Iqbal, perasaan bersalah perlahan menyeruak di hati Acha.

Acha menggeleng pelan.

"Nggak Iqbal. Kasihan aja Glen ditinggal sendirian di Restoran."

"Perlu gue jemput dan antar pulang?"

Bibir Acha terbungkam rapat, memberikan diri menatap kedua mata Iqbal lebih dalam.

"Iqbal cemburu?"

Iqbal terkekeh pelan, kemudian menggeleng.

"Enggak."

"Terus kenapa tanya gitu?"

"Hanya tanya."

Acha berusaha untuk percaya. Memang benar sikap Iqbal saat ini begitu tenang sampai Acha tak bisa mengartikan tatapan dan sikap Iqbal sesungguhnya. Acha meraih tangan Iqbal, mengenggamnya erat.

"Acha selalu sayang sama Iqbal dan hanya Iqbal di hati Acha sekarang."

"Gue juga selalu sayang lo, Cha."

Acha tersenyum, hatinya lebih lega mendengar jawaban Iqbal yang terdengar tulus.

"Peluk Acha," rajuk Acha.

Iqbal mengangguk tanpa ragu. Ia segera menarik tubuh Acha dan mendekapnya erat.

"Iqbal selalu percaya kan sama Acha?"

"Iya, selalu."

Acha melepaskan pelukan Iqbal.

"Iqbal nggak penasaran apa yang terjadi di restoran tadi?" tanya Acha.

"Kalau lo mau cerita, nggak apa-apa."

Acha menghela napas panjang, memilih untuk jujur dan bercerita ke Iqbal. Acha pun langsung menceritakannya dari awal dia ke restoran burger diajak oleh Amanda, ide gila Amanda hingga cowok-cowok itu mendekatinya.

"Jadi, gitu Iqbal. Ide Amanda lama-lama semakin gila. Tapi, Iqbal tenang aja, Acha nggak pernah mau ikutin ide gila Amanda. Acha selalu ingat Iqbal dan nggak akan berani duain Iqbal."

Iqbal tertawa pelan mendengar cerita Acha, kedua matanya tak bisa lepas menatap paras cantik sang gadis.

"Kok Iqbal ketawa?" bingung Acha langsung mengakhiri ceritanya.

"Lucu," balas Iqbal singkat.

Acha mengerutkan kening, semakin bingung.

"Apanya yang lucu?"

"Kamu."

Acha langsung menunjuk dirinya sendiri.

"Acha lucu?"

Iqbal mengangguk, tangannya perlahan terulur menyentuh pipi Acha dan membelainya lembut.

"Kamu gemesin."

OUR MARIPOSAWhere stories live. Discover now