1

9 1 0
                                    

Selama seminggu ini, Alena menjalani perawatan intensif. Sebelumnya untuk bergerak saja sulit, berkat program pemulihan itu sekarang dia sudah bisa berjalan dengan benar. Sore ini Alena diizinkan untuk berjalan-jalan keluar gedung. Tidak terlalu jauh, cukup sampai di taman saja.

Alena takjub memandangi kondisi taman yang sangat terawat meskipun pengunjungnya sangat sedikit. Pasti rumah sakit mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk merawat taman seluas ini.

Selama Alena menelusuri ke-aesthetic-an taman, matanya tak sengaja tertuju pada orang yang bersandar di tiang lampu seberang. Dia sangat yakin orang itu dari tadi sudah memperhatikannya. Namun sekarang orang itu malah berbalik arah dan memunggunginya. Seperti ingin menyembunyikan wajahnya dari Alena.

"Cih, padahal mah kalau mau ngajak ngobrol ayo aja sih." gumam Alena pelan. Bibirnya pun maju sebagai bentuk kebetean.

"Alena?" Suara merdu itu mengambil seluruh atensi Alena dari orang itu. Seorang wanita cantik yang penampilannya begitu mewah dan glamour menghampirinya.

"Gue boleh duduk di sini kan? Kebetulan tadi mau mampir ke tempat lu tapi malah jumpa di sini." tanyanya sopan sembari menunjuk tempat kosong di sebelah Alena. Spontan Alena mengangguk meskipun dilanda kebingungan akan identitas orang ini.

Siapa gerangan wanita sok kenal sok dekat ini? Gumamnya di dalam hati.

Sengaja menghiraukan tatapan kebingungan Alena, wanita itu tersenyum senang memandangi Alena dari ujung kepala hingga ujung kaki, kemudian memeluk Alena dengan erat.

"Gue seneng lu bisa pulih secepat ini, Len. Sorry ya gue baru mampir sekarang. Pekerjaan gue di Berlin benar-benar lagi kacau banget waktu itu."

Alena tidak tahu harus berbuat apa. Dia benar-benar tidak tahu siapa wanita ini yang tiba-tiba memeluknya dan bertingkah seolah-olah mereka saling mengenal dan akrab. Bahkan wanita ini tahu namanya adalah Alena.

"Ehmm.. maaf yaa.. tapi, lu siapa ya?" tanya Alena saat wanita itu sudah melepaskan pelukannya. Ekspresinya sudah tidak tertolong lagi. Sangat bingung.

"Apa kita saling kenal?" tambahnya.

Wanita itu memandang wajah Alena cukup lama sebelum akhirnya menyadari bahwa sedari tadi Alena melihatnya dengan raut wajah kebingungan.

"Alena?"

"Ya?"

"Tuh bener kok lu memang Alena. Terus apa yang maksudnya gue siapa? Emang lu lupa apa? Cih."

Wanita itu menyampirkan rambutnya ke samping seolah-olah dia adalah orang terkenal yang tidak mungkin dilupakan orang lain.

Namun Alena tidak merubah ekspresinya. Alisnya sekarang juga ikut tertaut.

Wanita itu berhenti bercanda, dan sekarang malah menampilkan raut wajah terkejut.

"Len, lu... ga mungkin ga ingat gue kan?"

Alena diam saja.

"Gue Cindy, kakak ipar lu. Gak inget?"

JDERR!

Bagai petir di siang bolong, kalimat itu seperti sebuah kutukan bagi Alena. Kakak ipar? Apanya yang kakak ipar. Dia belum menikah sama sekali. Mana mungkin dia sudah menikah dan bersuami. Orang ini pasti sedang bercanda.

"Kalau gitu lu salah orang. Gue belum menikah. Tapi kebetulan nama gue juga Alena." ucap Alena berusaha tenang.

"Lu ngomong apa sih hahaha, gak lucu tauk." Wanita bernama Cindy itu tertawa terpaksa.

Alena tidak mengerti apa yang wanita itu bicarakan. Wajahnya benar-benar terasa asing. Bahkan suara dan aroma tubuhnya juga tidak ada di ingatan Alena sama sekali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 20, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Flowery AccidentWhere stories live. Discover now