KEKHAWATIRAN DAN PERTIKAIAN

119 10 5
                                    

Aku teringat jika aku ada kelas siang hari ini. "Mi, udh jam berapa?"-tanyaku. Dia pun langsung melirik jamnya. "Setengah satu."- jawabnya. "Waduhh... yuk kampus. Ada kelas Pak Bemo loh."-kataku. "Oh ya gue lupa lagi. Lo disini aja, istirahat sampai pulih. Gue izinin nanti sama Pak Bemo."- "Gak, gue mau ngampus. Lagian gue udh baikkan kok."-kataku. "Tante, lihat deh anaknya bandel banget."-ngadunya. "Fara...yg dibilang Mia bener. Kamu istirahat dulu."- kata Bunda memberi pengertian. "Gak. Fara gpp Bunda. I'm feel okay."- maksaku. Bunda menghembuskan napas putus asanya. "Okay. Tapi Bunda gak bisa anter kamu ke kampus. Bunda ada meeting."- "Hm...gpp, kan bisa naik motor."-kataku. "No...no. Kamu bisa pergi kalok naik taxi. Nanti motor biar Pak Mamat yg bawa." -kata Bunda. Pak Mamat adalah supir pribadi Bunda. "Oke."-kataku. "Yaudh kalian diluan aja, Bunda mau bayar administrasinya dulu."-kata Bunda. "Fara pergi ya Bund, Assalamualaikum." -pamitku. "Tan, Mia juga Pamit ya."-katanya menyalami Bunda. "Hm... tante titip Fara ya Mi."- "sip Tan."- katanya mengacungkan jempol.
Flashback off

"Gu...e udh gpp. Lo ngapain kesini cil?"-tanyaku. "Aku mau kasih ini ke Kak Fara. Sebagai bentuk Terimakasih aku karna kk Fara udh nyelamatin aku."-kataku sambil menyodorkan sekotak kue. "Apanih? Kue?"- Dia hanya berdehem. "Ngapain repot-repot si cil, gue ikhlas kali bantuin lo kemaren."- Kataku tak enak hati. Dia hanya tersenyum. "Cil, gue ada kelas. Maksih kuenya. Yuk Mi"- kataku mengajak Mia pergi.

*BRYAN POV*
Aku sedang dijalan menuju kampus. Daritadi pagi aku tak melihat Kak Fara, ntahlah kemana dia, kini aku mulai cemas.

Handphone berdering, terteta nama Bunda disana. Aku pun segera mengangkatnya. "Halo Bunda, Assalamualaikum. Ada apa Bund nelpon Bryan?"-tanyaku. ("Waalikumsalam. Kamu lagi dimana nak?") "Ini Bund, Bryan lagi jalan ke kampus."-jawabku. ("Syukurlah."-) "Emang knp Bund? Ada yang bisa Bryan bantu?"-tanyaku. ("Bunda mau kasih tau kamu kalok Kakak kamu Fara baru kecelakaan."-) "Ahh kecelakaan? Keadaan Kak Fara sekarang gimana Bund?"- tanyaku cemas. ("Ini yg mau Bunda bilang. Kakak kamu maksain buat ke kampus, jadi bunda titip dia ya. Bunda takut dia kenapa-napa, apalagi dia belum pulih."-) "Iya Bunda tenang aja, jangan khawatir. Aku bakal jagain kk Fara kok Bund."- ("Makasih ya sayang, Bunda tutup ya. Assalamualaikum."-) "Waalaikumsalam."-

Aku tiba dikampus. Buru-buru aku turun dan memasuki perkarangan kampus. Kuperhatikan penjuru mencari kk Fara. Namun seseorang berteriak menunjukku. "Masnya. Ini Mas yang nabrak saya kan."- kata dia. Aku berusaha mengingat orang yamg ada dihadapanku itu. "Dia...cewe aneh yang di taman itu."- benakku. Lalu kulihat name tag yang ada dibajunya, "Tiara Putri F". "Mas, mas inget saya kan?"-perjelasnya. Seketika aku melihat kak Fara 10 meter dari tempatku berdiri. "Maaf saya tidak punya waktu. Dan saya bukan nabrak kamu tapi kamu yang nabrak saya saat itu."- Kataku lalu pergi meninggalkannya.

Aku berlari mengejarnya. Sebuah ide muncul dipikiranku, mengapa aku tak menelponnya saja. Handphone menunjukkan ringing. Telihat dia terhenti dan melihat handphonenya. Tapi sepertinya ia enggan untuk mengangkatnya. Aku pun mengirimkan pesan yang bertuliskan, "Angkatlah telponku. Jika tidak aku akan menghampiri Kak Fara". Aku pun kembali menghubunginya dan kali ini ancamanku membuahkan hasil. "Halo Kak Fara? Keadaan kakak gimana? Aku denger dari Bunda kalok kakak kecelakaan."-kataku. ("Lo ngapain nelpon gue? Gak ush sok perhatian deh."- katanya bisik-bisik.) "Astagfirullah Kak, aku itu peduli sama Kakak."- ("Udh deh to the point aja, lo ngapain telpon gue?"-) "Nanti Kakak jangan pulang dulu, kita bareng. Ini pesan Bunda buat aku jagain kakak."-pintahku. ("Gu-") "Kali ini jangan nolak."-kataku mematikan obrolannya.

*FARA POV*
Kelasku telah selesai. Aku bersama Mia berjalan menuju gerbang. Sebuah mobil berhenti tepat dihadapan kami. "Far, yuk bareng. Gue anter ke rumah loh."-ajaknya. Namun sebuah pesan masuk membuatku tak bisa beranjak. "Lo diluan aja Mi. Ada yang mau gue urus."-kataku. "Yaudh deh, lo hati-hati. Jangan lakuin hal aneh lo, inget kondisi lo."- pesannya. "Iya bawel"- Ia pun pergi meninggalkan seorang diri. Setelah dia pergi seseorang berdiri di sampingku. "Ngapain lo kirim message ke gue. Pakek segala ngancem lagi. Dah mulai sok jago lo?"- Tanpa menghiraukan perkataanku, ia menghentikan sebuah taxi. "Masuk."- Aku pun memelototinya. Tapi dia masih bersikap acuh. Akhirnya aku memerhatikan sekelilingki dan masuk dalam taxi yang diikuti olehnya.

PERJALAN
"Lo kenapa sih sok care sama gue? Gak ush acting deh, gak ada Bunda kan?"-kataku kesal. Namun ia malah diam menatap ke arah jendela. "Lo denger gue gak? Gue risih tau gak deket lo."- "Aku cuma mau nurutin perkataan Bunda. Aku cuma ingin jadi anak yang baik untuk Bunda."- "Anak yang baik? Lo itu bukan anak Bunda. Lo tau kan? Lo itu cuma anak ha-"- ucapanku terhenti. "Anak apa Kak? Anak ha-ram maksudnya?"- sebutir air matanya mulai jatuh. "Apapun yang Kak Fara bilang, Bunda akan jadi Bunda aku. Walaupun aku bukan anaknya Bunda, tapi aku akan jadi Putra terbaik untuk Bunda. Terserah Kak Fara suka atau gak."- katanya membuat aku jengkel. "Berhenti Pak."- Aku pun memilih untuk turun, tapi ia malah menahanku. "Pergilah. Aku yang akan keluar. Jaga dirimu baik-baik."- katanya lalu meninggalkan taxi.

CINTA SEPIHAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang