ADIK LAKI-LAKI? ADIK FARA?

92 13 1
                                    

*GAMA POV*
Aku mengemudikan mobilku tanpa tau arah dan tujuan. Ntahlah apakah aku akan menemukannya atau tidak. Tapi sejak aku mendengar namanya, semangatku mulai bangkit. Mungkinkah doa-doaku telah menang dilangit sana. Tinggal menunggu waktu.

"Fara apakah benar itu kamu?"-benakku. "Apakah saatnya kita bersama lagi?"-"Tunggu aku Far, segera kita akan bertemu."-lirihku.

Waktu telah larut. Hari ini jawabannya tidak, mungkin besok akan berubah. Aku tak akan putus asa. Kini putuskan untuk pulang.

Memasuki rumah, aku melihat adik kecilku didapur, mengaduk-aduk susu yang sudah berantakan disana. Aku berjalan melaluinya. Tersadarnya, ia bangkit dan menatapku. "Bg Gama..."-lirihnya. Aku hanya tersenyum dan melanjutkan tujuanku.

Kubuka pintu kamarku. Terasa hembusan angin masuk melalui jendela yang terbuka. Aku menuju teras kamarku. Udara sangat sejuk, sepertinya ia ikut merasakan dingin karenaku. Kamar ini, dimana aku menghabiskan waktuku sebagai pelarian. Sepi, senduh ,sedih sepertinya kami sefrekuensi dan dia membuatku nyaman.

Terdengar suara ketukan pintu. Dan gadis kecil itu masuk membawa segelas susu ditangannya, lalu diletakkannya dinakas. "Jangan diluar, cuaca sedang tidak baik. Masuklah."-nasihatnya duduk di tepi kasurku. Aku mengiyakan perkataanya lalu masuk. "Kamu belum tidur?"-tanyanya. "Belum."- "Kenapa?"- "Menunggu."-ringkasnya. "Sudah ku katakan jangan menunggu, bukan?"- "Hmm. Tapi aku mau."-jawabnya menatapku senduh. "Abg sudah menemuinya?"-tanyanya. "Segera."- "Sampai kapan?"- "Secepatnya. Doakan saja."-jawabku. "Aku mengantuk, baliklah kekamarmu."-ujarku. "Hm... minumlah susunya."-katanya. "Akan ku habiskan untukmu."- "Dan jangan ikut campur dalam hal ini."- kataku memberitahunya. Dia pergi melalui pintu itu. "Aku tak ingin kau terluka."-lirihku.

*FARA POV*
Aku kembali dari perjalananku yang begitu melelahkan. Sebenarnya bukan perjalanannya, tapi baru saja aku melakukan kegiatan sosial. Pasalnya ada seorang gadis remaja sedang dihadang para pria tak berotak. "Tiara" itu namanya. Gadis periang seperti yang kutemui dulu.

Aku memasuki perkarangan rumahku. Memarkirkan mobil, dan memasuki rumah. Tujuan utama adalah dapur, tempat favorite bunda, dulu. "Bunda,Fara pulang bund. Bunda..."-kaget, tak bisa berkata-kata saat ini. Seorang laki-laki duduk di kursi meja makan. Kenapa dia disini? Dasar pengganggu. "Lo ngapain disini? Balik gih ke rumah lo sana. Balik ke Australi."-marahku. Negara kangguru itu menjadi tempat pengasinganku 5 tahun lalu. Saat aku kehilangan Ayah dan Dia. "Kakak gak mau nyambut aku dulu, Welcome...selamat datang atau peluk aku."-ucapnya. "Buat apa? Lo bukan bagian dari rumah ini."- "Jangan panggil gue kakak, gak kedengaran bagus keluar dari mulut lo."-sinisku.

"Sayang, kamu udh pulang?"- kata Bunda saat turun tangga. "Bryan. Kalian udah ketemu toh."-ucap Bunda menarik ku duduk. "Far, mulai sekarang Bryan bakal tinggal disini sama kita."-ujar Bunda membuatku terbelalak. "Kenapa bun? Aku gak setuju."-tolakku. "Sayang, Bryan cuma ada kita. Lagian dia keluaga kita. Gpp dong dia disini."-jelas Bunda. "Keluarga? Bukan bunda. Dia hanya pengganggu."-sinisku menatapnya tajam. "Fara!!"-bentak bunda. "Ikut Bunda."-lirih bunda.

Aku diajak menjauh darinya. "Fara. Sayang, denger Bunda. Kamu jangan gini. Kamu harus terima kenyataannya kalok dia...dia adik kamu Far. Anak Ayah."-jelas Mama. "Gak Bund. Stop. Dia bukan adik aku. Aku anak satu-satunya Ayah. Dia cuma pengganggu...pengganggu dikeluarga kita."-amarahku. "Fara!!"-teriak Bunda ingin menamparku. "Bund. Aku pergi aja ya. Gpp kok aku bisa ngekos."-tahannya. "Gak. Kamu disini. Ini rumah Bunda. Bunda gak perlu minta persetujuan, siapa yang boleh tinggal disini."- ujar Bunda lalu pergi. Sakit, Hatiku sakit. Bunda lebih membela anak dari orang yang membuat keluarganya hancur, kehilangan suami, bahkan ia dibohongi. Aku ini anakmu Bun. "Lo seneng? Bunda bahkan bela lo dibandingkan gue anaknya."- kataku berlalu pergi.

Pagi Hari
Sinar Matahari masuk melalui jendela. Membangunkan dari mimpi burukku kemarin. Terpampang seorang wanita dewasa berdiri menatapku. "Bunda."-lirihku. "Ayo bangun. Bunda tunggu dibawa."-pesan bunda lalu pergi.
Aku mengangkat tangan keatas, lalu pergi mandi.

Kuturuni anak tangga, lengkap dengan tas yang ku tenteng. Ternyata mimpi buruk itu masih berlanjut. "Lo belum pergi juga."-ucapku duduk dihadapannya. "Gak ada yang pergi dari sini. Suka gak suka, kalian harus nurut sama Bunda."-kata Bunda membawa semangkuk besar nasi goreng. "Aku langsung berangkat deh bun. Lagi gak nafsu."-kataku ingin beranjak pergi. "Ehh... mau ngapain? Duduk. Gak ad yang bangkit dari sini tanpa ijin bunda. Dan Bunda gak ngizinin kamu. Sekarang makan."-tahan Bunda.

Aku menyantapnya tanpa selera. "Oh ya Far, Bryan bakal sekampus sama kamu."-kata Bunda. Pernyataan bunda mengagetkanku. "Sekampus? Kampus di Jakarta kan banyak, knp sih dia harus sekampus sama Fara? Fara gak setuju."-tolakku. "Bunda gak minta pendapat kamu. Dan apapun yang terjadi, semua atas persetujuan bunda bukan kamu."-tentang Bunda. Dia semakin membuatku geram. "Oh ya Far, Bunda harap kalian bisa saling jaga ya."-pintah bunda. "Kita udh besar kali bun. Bisa jaga diri sendiri."-kataku.

CINTA SEPIHAKWhere stories live. Discover now