4. Pelindungmu

32.4K 5.9K 7.4K
                                    

4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

4. Pelindungmu

Amberley dan Zae berpisah lagi sejak dua jam lalu.

Ketika Zae pulang ke rumah barunya dan bertemu Jisa, rasa gelisah itu muncul kembali seperti tak pernah bosan menghantui. Berbanding terbalik saat Zae sedang bersama Amberley, yang ia rasakan hanyalah tenang dan membuatnya ingin tersenyum sepanjang waktu.

Zae ingin sekali menginap di rumah Amora agar terhindar dari perasaan aneh ini. Namun, ia tak bisa melakukannya. Selalu ada sesuatu yang seolah-olah menarik Zae agar tetap berada di samping Jisa.

Hal aneh itu mengatur langkah Zae, dia tidak boleh pergi jauh dari Jisa lebih dari satu jam. Itu terjadi di tiap waktu, di mana saja, dan biasanya kalau Zae sedang bersama perempuan lain.

"Suamiku, kamu lama banget. Aku nungguin." Jisa mendekati Zae yang baru masuk ke kamar sehabis berkelana di dapur.

Zae memang sengaja berlama-lama di dapur. Ia sampai memaksakan diri makan camilan dan minum banyak-banyak padahal sudah kenyang. Itu Zae lakukan karena tidak nyaman ada di dekat Jisa.

Tanpa melirik Jisa sedikit pun, lelaki itu menyelonong ke kasur dan naik. Lebih baik tidur daripada harus terlibat percakapan tak bermutu dengan perempuan satu ini. Zae akan selalu merasa bersalah kepada Amberley tiap ia menanggapi Jisa atau bahkan disentuh Jisa.

Ini merupakan kejadian terburuk di hidup Zae, yakni menikahi perempuan yang membuatnya selalu ketakutan tanpa alasan jelas, dan rasa takut itu tak bisa ia deskripsikan secara gamblang.

"Sayang ...," panggil Jisa kolokan.

Ia ikut naik ke kasur dan duduk di dekat perut Zae. Jisa meraih tangan Zae untuk digenggam, sayangnya Zae langsung menarik tangan dia lalu disembunyikan di balik selimut. Jisa memajukan bibir dengan ekspresi sedih.

"Masa enggak boleh pegang tangan suami sendiri? Aku mau mainin jari kamu." Jisa berkata.

Zae menyahut ketus tanpa buka mata, "Jangan ganggu. Saya mau tidur."

Jisa makin mengerucutkan bibirnya yang berhias lipstick matte merah gelap. Matanya juga dipercantik dengan eyeshadow, eyeliner, dan mascara. Ini sudah larut malam, tetapi tak menjadi masalah bagi Jisa yang rela merias wajahnya di waktu istirahat hanya untuk mendapat pujian dari Zae.

Alih-alih menerima pujian, justru Zae sama sekali tidak melihat riasan tersebut. Usaha Jisa tak membuahkan hasil manis seperti yang ia harapkan. Kecewa? Tentu, tapi itu bukan berarti Jisa langsung menyerah.

"Aku enggak ganggu, Sayang. Kamu enggak peka banget istrinya lagi kangen." Jisa kembali meraih tangan Zae di dalam selimut.

Zae menyelamatkan tangannya secepat mungkin. Bersamaan Zae berbalik badan membelakangi Jisa, saat itu juga Jisa baru sadar adanya kejanggalan di tangan sang suami. Ia mengernyit dalam-dalam sambil berpikir keras.

AMBERLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang