2. Pilihan Kedua

35.2K 6.2K 8.1K
                                    

2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Pilihan Kedua

Menuju tengah malam, Zae belum bisa tidur. Pikiran Zae dipenuhi oleh sosok cantik yang telah ia hancurkan hatinya. Semudah itu ia merenggut keceriaan yang seharusnya Amberley pancarkan setiap hari.

Zae akui dirinya berengsek.

Ia beranjak duduk di tepi kasur seraya mengusap wajah dan rambut tebalnya lalu mencengkeram kepala. Perasaannya semakin tidak tenang. Ia gelisah, hati kecilnya berkata harus menemui Amberley sekarang juga.

"Zae," panggil Jisa.

Suaranya terdengar dari arah kamar mandi, maka Zae menoleh ke sana. Ia lihat Jisa keluar dari situ dengan pakaian terlalu seksi yang menerawang bagian-bagian sensitif tubuhnya. Langkah Jisa sengaja dibuat lebih sensual karena tujuannya adalah memancing perhatian Zae.

Zae sama sekali tidak melirik tubuh Jisa, justru dia kembali menghadap lurus ke depan dan menunduk lagi.

Jisa naik ke kasur lalu merangkak menghampiri Zae. Lelaki itu merasakan kehadiran Jisa di belakangnya sedang bergerak mendekat, tapi Zae masih bersikap cuek dan tetap sibuk dengan pikirannya sendiri. Jisa kini berhenti di sampingnya sembari menyentuh bahu sang suami.

"Sayang ...," ucap Jisa sangat manja.

Jisa meremas bahu itu bersamaan dirinya mencium harum tubuh Zae lewat permukaan leher. Ia turut mengecup telinga Zae, kemudian membelai bahu hingga turun ke dadanya. Reaksi Zae di luar dugaan karena dia malah bergeser dan menghentikan Jisa.

"Kenapa?" Jisa terheran. "Ini malam pertama kita, Zae."

"Saya enggak bisa." Zae menolak ajakan Jisa.

Jisa semakin bertanya-tanya. Mimiknya teramat sedu lantaran Zae tidak mau melakukan hal yang paling ia nantikan setelah mereka menikah. Jisa merapatkan duduknya ke Zae, tapi lagi-lagi Zae bergeser menjauh meski hanya dua jengkal.

Zae tidak mau disentuh ataupun bersentuhan dengan Jisa.

"Kita udah sah," ujar Jisa. "Enggak ada yang perlu kamu khawatirin, Sayang. Apa yang kita lakuin ini bukan perbuatan salah."

"Kamu boleh sentuh aku sepuasnya. Tubuh aku milik kamu, Zae." Jisa meraih tangan Zae dan ia bawa ke dadanya.

Zae mengepal tangan dan menariknya sebelum Jisa berhasil menyetir dia untuk meremas payudara itu. Jisa cemberut, ia langsung peluk Zae dari samping dengan menjadikan bahu Zae sebagai bantalan kepalanya.

"Kamu kenapa, Sayang? Seharusnya kamu bahagia karena ini malam spesial kita. Kamu cemas, ya? Tenang, Zae, aku siap terima efek setelah kita berhubungan intim. Sesakit apa pun itu, selama sama kamu, aku enggak takut." Jisa berkata.

Sekali lagi Zae menciptakan jarak dari Jisa. Ia menjauh dari kasur dan berujar tanpa menatap istrinya, "Saya enggak bisa lakuin itu sama kamu, Jisa. Enggak ada malam pertama."

AMBERLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang