Complicated.

6K 273 6
                                    

Mobil yang dikendarai Fernan melaju mulus di jalanan malam kota Jakarta. Ada rasa yang aneh dalam dirinya, tidak seperti dirinya yang biasa dingin dihadapan wanita. Namun, hal ini berbeda ketika ia bersama dengan Lila seorang wanita yang sederhana, sopan, dan ceria. Membawa hal baru dalam diri Fernan, memberi warna yang jauh dari masa lalunya yang suram, tentang Dinda.

Flashback

Berawal dari kebiasaan Dinda yang selalu mendekati Fernan saat jam istirahat, dimana di jam-jam tersebut Fernan selalu berada di perpustakaan untuk membaca buku baru, mengerjakan tugas, dan hal-hal yang jauh dari pergaulan bebas.

Fernan memang anak orang berada, selalu mendapat fasilitas yang cukup dari orang tuanya. Namun, ia hanya menggunakan semua hal itu untuk mendapat informasi seputar pelajaran dan hal-hal positif. Memang anak yang baik-baik.

Dinda selalu mendekati Fernan setiap ia berada di perpustakaan, terkadang Dinda sengaja menunggu jam pelajaran usai di depan kelas Fernan. Mereka memang tidak sekelas.

Dinda, gadis yang menjadi primadona di SMA Fernan. Gadis cantik, dengan kulit putih bersih, rambut panjang yang terurai dan selalu di hiasi dengan bandana pink. Namun, dibalik tampangnya yang cantik tersimpan sifat cuek, jahat, dan selalu mem-bully siapapun yang dianggapnya lemah di sekolah tersebut. Lain halnya ketika Dinda bersama dengan Fernan. Dinda selalu meminta Fernan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan Fernan bersedia membantunya. Namun ketika Fernan melihat sendiri sifat asli dari Dinda, hal ini membuatnya risih dan berusaha menjauhi Dinda.

Dinda kembali berusaha mendekati Fernan dengan berbagai cara, bukan dengan sifat yang pura-pura baik lagi. Dinda langsung mengeluarkan sifat aslinya. Dengan mengancam Fernan apabila ia tidak menerima cinta Dinda dan menuruti semua yang dikatakannya. "Aku akan menghancurkan hidupmu di SMA kalau tidak menerimaku!"ancam Dinda lewat pesan singkat.

"Fernan, maukah kamu menjadi pacarku?" Dinda berlutut dihadapan Fernan.

Tentu saja bagi orang-orang yang menyaksikannya itu mungkin saja romantis. Bagi Fernan? Sangat-sangat tidak romantis dan terkesan memaksa.

Fernan menatap Dinda dingin, tanpa senyum.

"Tidak" Fernan berjalan menjauhi kerumunan yang sebagian besar tercengang melihat Dindaprimadona jahatditolak mentah-mentah oleh Fernansi kutu buku.

"Aku tidak takut! Silahkan hancurkan hidupku di sekolah ini! Dasar perempuan licik!" Fernan berteriak di tengah-tengah kerumunan. Matanya menatap sinis Dinda yang tengah melotot dan diperhatikan oleh seluruh kerumunan.

Sejak saat itu, Dinda sudah tidak menjadi primadona lagi. Ia bahkan tidak mempunyai teman satupun karena sifat aslinya telah terbongkar.

Flashback end.

Fernan melihat jam di tangannya yang telah menunjukkan pukul 10 malam. Ia menguap, dan segera menuju tempat tidurnya. 

***

Dua minggu telah berlalu sejak Magenta dirawat di rumah sakit akibat kanker otak stadium awalnya. Meskipun Megenta mengalami perontokan rambut, ia tetap sangat cantik. Itu akibat kemoterapi yang dijalaninya.

"Genta, kamu nggak apa-apa aku tinggal sendirian hanya sama tante Rina di rumah?"

Magenta tersenyum, "Iya Lila, kamu silahkan jalan sama Fernan sana! Dia nungguin lama loh di depan!" ujarnya sambil tertawa.

"Oke. Aku pergi dulu, Genta!"

Lila semakin dekat dengan Fernan. Mereka bahkan seringkali pulang bersama-sama dan makan di luar bersama-sama. Lila merasakan hal yang lebih tentang dia dan Fernan, walaupun mungkin saja Fernan tidak merasakan hal yang sama.

"Hai, lama ya nunggunya?"

"Sepertinya wajar untuk seorang wanita berlama-lama di depan kaca" Fernan tersenyum tipis menatap Lila yang mengenakan dress biru bermotif bunga. Sangat cantik.

Lila lantas tertawa mendengar Fernan berkata itu hal yang wajar. "Iya, iya... Itu memang wajar bagi wanita. Ayo cepat jalan, aku sudah lapar" Lila mengusap perutnya yang berbunyi.

            ***

"Lila, aku suka sama kamu..."

Fernan menatap kosong, sedangkan wanita di hadapannya telah berulang kali melambaikan tangan ke arah wajahnya.

"Woi! Ngelamunin apa sih?" tanya Lila penasaran.

Fernan hanya menatap Lila, lalu merubah posisi duduknya. "Kamu sudah selesai? Ayo pulang" ajak Fernan.

"Ih, kita kan baru sebentar disini!" ucap Lila dengan wajah cemberut.

"Belum puas?" tanya Fernan singkat.

Lila menggandeng tangan Fernan dengan tiba-tiba, "Baiklah, lagipula aku sudah cukup kenyang disini. Ayo kita pulang" Lila menggandeng tangan Fernan menuju mobil.

"Seandainya kamu tahu Lila..." batin Fernan, jantungnya berdegup sangat kencang saat Lila menggandeng tangannya.

______

Thanks again guys :)

Jangan lupa vote dan comment

Decision (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang