Prolog

26.9K 681 5
                                    

Sore itu di Jakarta, Indonesia.

"Aku minta maaf. Aku baru bisa ketemu kamu sekarang. Maaf. Sekali lagi maaf. Jangan khawatirkan aku, aku baik-baik aja kok. Sampai ketemu lagi ya."

Satu hari menjelang acara pernikahannya dengan Afgan, pria yang akan menjadi suaminya beberapa jam lagi. Tentu saja Lila sangat senang. Tapi, ia merasa ada sesuatu yang sangat ganjil dalam hatinya. Ia tidak tahu apa itu. Kalimat yang diucapkan Fernan padanya kemarin, masih terngiang dengan jelas dikepalanya. Entah, ia merasakan sesuatu yang sangat berbeda dengan Fernan, pria yang dulu bersikap sangat dingin padanya itu menyatakan cintanya padanya.

"Bodoh. Kenapa kamu baru memberitahuku?" Air matanya turun perlahan di pipi. Ia tidak tahu sedang menangisi apa. Fernan? Untuk apa dia menangisinya?

"Kamu terlambat, Fernan. Sangat terlambat." Lila berujar lirih. Ia melihat dirinya yang terbalut gaun pengantin putih panjang. Ia terlihat sangat cantik dalam gaun itu. Afgan yang memilihkannya, menurutnya gaun itu sangat indah bila dikenakan Lila. Dan Afgan memang benar. "Maaf Fernan. Tapi, entah kenapa aku merasakan hal yang sama. Ini semua sangat aneh, bukan? Padahal hari ini adalah hari pernikahanku bersama Afgan. Tapi kenapa aku merasa sangat ganjil saat ini?" Ia mengangkat sedikit gaun panjangnya, lalu melihat lagi dirinya di cermin panjang itu.

------

Hai! Aku harap kalian suka sama cerita ini ya. Karena aku masih "anak baru" jadi harap maklum masih berantakan gini :)

Decision (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang