Chapter 1: A New Place

28 6 14
                                    

    PANGGIL saja aku Nina, kepanjangannya Nina Ilsa. Jika kalian ingin memanggilku Nina Ilsa pun tak apa; aku tak mempermasalahkannya. Jika kalian sedang bertanya apa yang kulakukan sekarang, aku tengah menyusun rencana untuk mengakhiri hidup tanpa ketahuan.

    "Aku mau tinggal ngekos,"

    "Hah?"

    Situasi ini seperti seekor bebek yang mungil yang sok ingin survive di dunia yang penuh pemangsa. Mereka pasti tengah menertawakanku. Paman menatapku dengan mulut ternganga sedangkan Bibi menatapku dengan rasa tak percaya.

    "Yakin? Yang bener nih?"

    Aku menganggukan kepalaku dengan cepat. Rasanya aku tengah diintrograsi. Keringat dingin-grogi-bercucuran membasahi wajahku.

    Sebuah proses mendewasakan diri.

    Paman menghela napasnya dengan berat, menepuk batuk kepalanya dengan perlahan. Tak ada alasan lain untuk menolak permintaanku, lagipula ini bukan permintaan yang berat. Mungkin, justru Paman dan Bibi mengharapkan hal ini.

    "Baiklah jika itu. Lebih baik kamu tinggal di apartemen yang Paman pernah beli,"

    Aku termenung sejenak. Sejak kapan Paman tertarik membeli apartemen atau melakukan suatu investasi? Yah, setidaknya aku tak perlu Susah-susah mencari tempat untuk tinggal.

    "Tapi Paman, jarak dengan sekolahku..."

    "Ahh, tenang saja, tempatnya begitu stategis dan dekat dengan sekolahmu, jadi kamu tak perlu khawatir akan hal itu,"

    Yak, begitulah cerita singkat saat aku diintrogasi oleh dua sosok penguasa rumah. Saat seekor bebek tengah berhadapan dengan dua ekor angsa.

    Sekarang, adalah hari ketiga seusai intrograsi penuh ketegangan itu berlangsung. Aku telah sampai di apartemen yang Paman sebutkan. Kini usiaku tepat 17 tahun. Lima hari setelah hari ulang tahunku pada 27 Juli. Kini aku menginjak tahun ke 3 di bangku SMA. Hari pertama akan di mulai pada tanggal 6 Agustus. Aku masih memiliki waktu 4 hari.

    Nampak isi apartemen yang begitu bersih, apakah setiap apartemen yang kosong memang sebersih ini atau Paman yang rajin membersihkannya? Tertata rapi perabotan serta peralatan rumah tangga lainnya. Apakah Bibi sudah memikirkan semua ini atau memang sedari dulu telah terpasang?

    Aku membaringkan tubuhku di atas sofa abu-abu yang tepat berada di depanku. Sejenak aku menghirup napas dengan lega. Aku berhasil keluar dari rumah itu.

    Sekarang, aku akan menjalankan rencanaku.

    Kurang lebih selama lima menit tanpa melakukan apa-apa, aku langsung bangkit berdiri seraya menatap seisi apartemen.

    Ini adalah apartemen, sebuah ruangan berbentuk kotak yang kerap di sebut flat house. Berwarna putih, dengan dinding kaca yang siap memberi pemandangan kota Espero dari atas. Terdapat dua kamar yang tersedia di depan kamar mandi yang terletak di sebelah pojok kiri dan dapur yang terletak di sebelah pojok kanan ruangan. Ruang tamu multifungsi sebagai ruang keluarga lengkap dengan pendingin dan penghangat ruangan.

    Aku pun berniat mengambil kemoceng yang tergantung di salah satu ujung ruangan dekat toilet. Begitu kakiku melangkah, sebuah akuarium ikan nampak terlihat lengkap dengan 2 pasang Ikan Koki. Terletak di pojok ruangan depan kamar yang tertutup kaum putih, akuarium yang nampak bersih namun terabaikan.

Under the AquaWhere stories live. Discover now