Hi! Seneng aku update lagi?
Apa kabar kalian? Sehat semua yaaa?
Emoji untuk AlwiLentera, mana?
Udah siap war sama Dokter Gavin?
Oh iya, terimakasih banyak sudah mampir, baca kemudian vote cerita ini, seneng liatnya.
Ok, happy Reading everyone!!! 🧚🏻♀️✨🦋
***
"Apa Lentera dalam masalah?" tanyanya panik saat mendapati gadis itu berjalan dalam rengkuhan Alwi.
"Tidak ada. Dia hanya perlu istirahat. Tolong buatkan sup ayam, sudah waktunya makan siang." tuturnya.
"Baik. Kebetulan menu makan siang Lentera sup ayam."
"Saya akan segera kembali, ada beberapa vitamin yang perlu Lentera minum."
"Pak Alwi," laki-laki itu tampak termenung. Menatap lawan bicaranya dengan tatapan penuh tanya.
"Bapak baik-baik saja?"
Alwi terdiam. Ia melepas genggamannya pada pergelangan tangan Lentera. Gadis itu kini mendekat ke arah Suster Almira. Raut wajahnya murung. Namun sebelumnya, gadis itu merengek ingin dibelikan ice cream. Tak jarang gadis itu juga menjilat jemarinya.
"Titip Lentera." pungkasnya tanpa ingin memberi jawaban atas pertanyaan tadi. Alwi merasa itu tidak begitu penting.
Sejujurnya, Alwi masih belum bisa berdamai dengan ungkapan yang ia cerna saat berada di kantin sekolah Antari. Setelah mendengar jawaban terakhir Lentera mengenai traumanya, kini Alwi tidak bisa bernapas lega. Ia justru semakin kalut.
"Selamat siang, Pak Alwi."
Langkahnya spontan terhenti, menoleh pada sumber suara. Raut kaku di wajahnya berubah menjadi wajah berseri untuk memberi anggukan ramah seseorang di sana.
"Ada apa, Suster?"
"Beliau menunggu Bapak di kantor utama. Kami sedang ada rapat besar siang ini. Saya mengharapkan kesanggupan Pak Alwi untuk mengosongkan jadwal Bapak jika masih banyak pasien yang memerlukan kunjungan."
Sejenak, Alwi tercenung. "Rapat apa? Saya tidak mendapat informasi bahwa siang ini ada perkumpulan di kantor utama."
Suster itu membuka map ditangannya. Mencari deret jadwal yang tertera. "Memang tidak diinformasikan, Pak. Berhubung tamu Dokter Ikhwan datang mendadak, jadi kami melangsungkan rapat hari ini juga."
"Tamu?" sungguh Alwi tidak mengetahui apapun agenda hari ini. Yang ia tahu, pagi tidak ada jadwal kontrol, dan ia akan mulai kunjungan pasien pada pukul 12.15.
"Ditunggu kehadirannya, Pak. Permisi."
Sepeninggalnya, Alwi gegas memasuki ruangannya. Ia dengan pikiran yang bercabang kemana-mana. Tangannya sibuk mencari kapsul vitamin untuk Lentera, kemudian pandangannya justru kosong.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
My Perfect Psikiater
RomantizmLentera Gulita. Gadis berumur 16 tahun yang kehilangan masa remajanya. Di saat teman sebayanya menghabiskan masa tiga tahun untuk mengukir kisah di bangku SMA. Tapi, Lentera justru menghabiskan masa-masa itu di dalam ruangan yang gelap dan engap. Ru...