22. Do it, Lentera.

895 128 52
                                    

Ada yang kangen Senjana nggak sih?

Ada? Kita akan bertemu Senjana lagi nanti, oke?!

Terima kasih sudah membaca dan menyukai cerita ini. Add ke library ya supaya dapet notif dan nggak ketinggalan updatenya.

***

"Lentera! Hai, kita ketemu lagi." Antari berteriak kegirangan saat menemukan Lentera di taman. Ia dengan segala bujuk rayunya ikut lagi ke Rumah Sakit Jiwa dengan alasan ingin bertemu Lentera. Dan tentu saja Antari berhasil merobohkan dinding pertahanan Alwi yang pagi itu bersikap keukuh melarangnya, namun akhirnya mengalah.

Antari memeluk Lentera. Ia yang pribadinya ceria masih sulit Lentera terima. Gadis itu justru bingung mengapa dirinya dipeluk begitu erat seolah-olah keduanya akrab layaknya sahabat.

"Ih kamu ngapain!" tukas Lentera mendorong tubuh Antari. "Aku nggak suka di peluk kayak gitu, kamu bukan Senjana jadi jangan asal peluk!" bentaknya.

"Oh, sorry Lentera. Aku lupa kalau kita nggak sedekat itu. Tapi kamu masih ingat aku kan? Antari, keponakannya Dokter Alwi." ucapnya sembari mengulurkan tangan.

Lentera melirik sinis. Gadis itu duduk kembali dan tidak peduli dengan kehadiran Antari.

"Lentera, itu boneka dino milik kamu?" tanyanya. Antari tetap berusaha mendekati dan mencari perhatian Lentera.

"Punyaku!" jawabnya ketus.

"Oh punyamu, kamu dapat dari mana?" tanya Antari.

"Kepo kamu!" sinis Lentera. Ia bahkan tidak ingin melihat wajah Antari. Gadis itu memunggungi Antari serta memeluk boneka dino secara posesif.

"Jadi nggak boleh tahu ya?" Antari meringis. Antara kesal dan turut kasihan. Pagi-pagi mood Lentera sudah buruk.

"Enggak! Sana pergi, aku mau main sama Senjana." tuturnya.

"Ikutan dong, aku juga pengin main sama kalian. Aku kesepian nggak punya teman. Teman sekolahku jahat semua. Mereka nggak ada yang mau temenan sama aku, padahal aku baik." Antari memasang mimik sedih.

Seketika, Lentera menoleh. Pandangan sinis nya berubah menjadi tatapan sedih. "Kamu jangan sedih ya, aku mau kok jadi teman kamu. Sini main." Lentera langsung luluh hanya dengan menyebutkan alasan mengapa Antari tiba-tiba ada di sana. Apalagi kalau sudah menyangkut teman dan perasaan sedih. Gadis itu tidak akan tega.

"Boleh?" sahut Antari ceria.

Gadis beraut muram itu mengangguk antusias. Ia berdiri lantas memeluk Antari berikut dengan gerakan tangan mengusap punggung yang bertujuan menenangkan.

"Tenang aja, aku sama Senjana bakalan jadi teman kamu. Kita tunggu dia datang ya." ucapnya.

"Makasih ya, Lentera. Kalau boleh tahu, Senjana itu siapa kamu?" tanyanya.

"Dia sahabat aku, orang yang paling aku sayangi setelah dino." akunya.

Antari manggut-manggut. "Jadi, apakah dia jauh lebih berarti dari kedua orang tuamu?" tanya Antari.

"Iya, Senjana itu segalanya. Nanti kamu pasti takjub sama dia." sahutnya begitu membanggakan sahabat hidupnya.

"Gitu ya, jadi penasaran deh. Apa selama ini dia sering datang ke sini?"

Lentera menggeleng lemah. Pandangannya murung. "Semenjak kuliah, Senjana jadi jarang ke sini, dia juga lebih mementingkan teman barunya. Aku pernah ke tempat kuliahnya, tapi dia bersikap ketus." ungkapnya.

"Kok?" sahutnya sedikit kesal. "Kalau dia benar-benar sahabatmu, dia nggak akan bersikap seperti itu. Katamu, dia sangat berarti, kenapa nggak sebaliknya?" ujar Antari.

My Perfect PsikiaterWhere stories live. Discover now