16. malam dan kelam nya

Start from the beginning
                                    

"A-apanya??"

"Di jadikan sebagai model gambaran mu"

MATI SANA!!

Sialan Jeno. Dia tengil. Bisa saja Jaemin jantungan dan tidak fokus kalau yang jadi model objek gambar nya adalah Jung Jeno.

"Tidak. Kau jelek" tukas Jaemin ketus.

Jaehyun terbahak. "Dengar itu, kau jelek. Bukan anakku" katanya. Reflex aku menoleh ke arah mereka.

Jeno menggeram kesal. "Bu, bisa-bisa nya kau menikahi pria kelebihan hormon seperti ayahku ini"

"yaaakk! Anak sialan!!"

-

Haechan membolos, lebih tepatnya dia tidak pergi ke sekolah. Berlarian di sepanjang koridor rumah sakit. Tangan nya bergetar hebat, napasnya memburu.

Menarik gagang pintu kamar rawat di depannya. Sekujur tubuhnya menjadi kaku. Kain putih yang menutupi tubuh ibu nya. Membuat Haechan harus kehilangan keseimbangannya.

Dia terjatuh, kepalanya pening akibat terus terusan menangis. "Ibu ..."

Sepi, tidak ada suara monitor yang selalu menganggu ketenangan nya. Tidak ada selang infus yang menjuntai di samping tubuh Ibu nya yang terbujur kaku di atas bangsal rumah sakit.

Tidak ada lagi suara serak yang hampir tersamarkan oleh angin itu. Haechan, kehilangan semuanya.

"IBU JANGAN TINGGALIN HAECHAN!!! IBU BANGUN!!" anak itu meraung sambil mengguncang tubuh Ibu nya.

Beberapa perawat datang untuk menenangkan Haechan, namun pemuda itu nampaknya sangat tertekan sehingga mengamuk seperti orang kesurupan. Dan terpaksa, dokter membirunya obat bius dosis rendah untuk menenangkan Haechan.

Pihak rumah sakit menghubungi seseorang. Lebih tepatnya, Lee Johnny.

Namun, sampai hari pemakaman tiba. Pria itu tidak kunjung datang, dan hanya membiayai semuanya di kejauhan.

Haechan bersimpuh di dekat gundukan tanah merah itu. Dia tidak akan menangis lagi, beberapa kerabat sudah pergi meninggalkan dirinya. Dan terakhir, ada Mark Lee yang datang bersama Kim Yeri.

Keparat.

Ini semua, bukan kehidupan yang Haechan impikan.

Ini bohong kan?

Mereka berdua pergi meninggalkan Haechan yang sekarang benar-benar sendirian.

"Bu" panggilnya. Berharap jasad ibu nya bisa mendengar. "Apa ini kutukan dari sahabat mu?"

Haechan terkekeh miris.

"Ibu nya Jaemin, sudah mengutuk pernikahan mu Bu. Dan Jaemin, aku juga pernah melakukan hal yang sama kepada Mark"

Menghembuskan napas nya kasar. Haechan menunduk sambil memejamkan matanya. "Ini semua gara-gara pria gila itu! Aku harus membunuhnya kan Bu? Kalau saja Ibu tidak melihat perselingkuhannya dengan gadis itu, pasti Ibu tidak akan stress. Ibu akan baik-baik saja kan??"

Haechan tertawa sambil menepuk-nepuk tumpukan tanah milik Ibu nya. "Ibu akan bangun lagi kan??? Haha. Johnny sialan harus mati kan bu??"

Ia menyeka air mata di pipinya. Lalu tersenyum lebar seperti orang gila. "Haechan bakalan bunuh Daddy hahah. Ibu suka?"

Haechan mengangguk ribut. "Ibu akan selama nya bersama Daddy, cinta ibu kan??"

"Ibu hidup lagi, lalu Haechan punya dede? Yeahh haha"

Kemudian dia menangis sejadinya. "Johnny sialan hiks"

"Aku akan mencarimu"

-

Jaemin melirik pada bangku yang sudah seminggu terakhir ini kosong.

"Lee Haechan, tidak masuk lagi?" tanya Bu Seulgi.

Beberapa orang mengangguk. Bu Seulgi mengerti, mungkin Haechan masih berduka atas kematian Ibu nya yang terlalu mendadak.

Jaemin terdiam. Entah kenapa, dia seperti memiliki hubungan khusus dengan pemuda yang memiliki warna kulit tan itu. Walaupun Haechan terlihat galak atau sinis sekalipun, Jaemin belum pernah membencinya.

Bel istirahat membuyarkan lamunan nya. Siswa maupun siswi yang berada di kelas langsung berhamburan keluar. Terkecuali Jaemin yang masih memandangi bangku milik Haechan.

Tukkk.

Jeno menyentil kening nya. Jaemin terkejut. "Sakit!!"

"Haha, abisnya melamun. Bangku siapa yang kamu perhatiin?" tanya Jeno. Duduk di samping Jaemin, pemuda manis itu terdiam lalu menoleh ke arah Jeno dengan tatapan serius.

"Haechan. Aku khawatir dengan keadaan nya. Tidak seperti biasanya Haechan membolos"

"Bukannya dia sedang berduka, Na?"

Jaemin kembali diam. "Hmm" menghela napas panjang. "Jujur, aku mencemaskan nya Jen"

"Aihh baiklah. Mau mencarinya?"

Ia mengangguk. "Kau membantuku? Padahal kau tidak menyukai Haechan"

"Cih, walaupun begitu aku tetap kesal ketika dia berbicara buruk tentang mu. Mau bagaimana pun, dia teman sekelas mu kan?" Jaemin mengangguk lagi. "Aku akan membantumu untuk mencari tau keberadaannya"

Senyum lebar tercetak di wajah manis nya. Jeno gemas. Kalau saja ini bukan area sekolah, ingin sekali dia menyambar bibir cherry yang merekah itu. "Di mulai dari data sekolah" kata Jeno.

"Huhh iya!"

Sepulang nya, mereka memutuskan untuk mencari perihal data diri milik Haechan di ruang kesiswaan.

Sebenarnya Jeno tidak serius ingin membantu Jaemin, tapi setelah membaca daftar nama Ayah Haechan. Membuat Jeno tertegun beberapa saat.

Lee Johnny?

Namanya seperti tidak asing lagi . . .

"Haechan tinggal di daerah gangnam? Hahh pasti sulit untuk mencarinya" dumel Jaemin.

Jeno meremat kertas map di tangan nya. Rahangnya mengeras dengan mata nya yang memerah tajam.

"tuan Johnny Lee. Dia wakil walikota Seoul. Tapi yang ku ketahui marga aslinya adalah Seo"

"Dari awal aku sudah memberimu pilihan Tae, Lee atau Seo?"

"S-seo"

Jeno tercekat, memandangi Jaemin yang masih sibuk membaca data diri tentang Haechan. Jeno menarik tangan Jaemin dengan cepat untuk keluar dari ruangan tersebut. Lalu mendekapnya erat.

Jaemin terkejut dengan perlakuan Jeno yang tiba-tiba. "J-jeno? Are you okay?"

Jeno menggeleng. "Aku baik Na" cicitnya pelan.

Kalian, bersaudara . . Na Jaemin.

- tbc

[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nominWhere stories live. Discover now