prolog

28.4K 940 72
                                    

DISCLAIMER!

(n) jangan lewatkan detail kecil di setiap chapter, atau kamu gak akan paham sama alurnya.

1. Keseluruhan cerita murni hasil imajinasi penulis, jika ada kesamaan nama tokoh, latar ataupun dialog yang familiar, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

2. Cerita bersifat fiktif, tolong jangan menyangkut-pautkan karakter pemeran dalam cerita ini dengan kehidupan asli idol.

3. Jika kamu shipper phobic, vsoo phobic, membahas diluar topik tentang ceritaku, dan dibawah umur, tolong tinggalkan cerita ini.

4. Mengandung kekerasan seksual, memicu emosi, dewasa, dan bahasa kasar lainnya.

5. Tidak menerima plagiarisme dalam bentuk apapun.

 Tidak menerima plagiarisme dalam bentuk apapun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Salvador without Milan just nothing."

༺❀༻

Berlin mengubah langkah kecilnya menjadi sedikit berlari ketika bel masuk terdengar. Kemudian Berlin melihat seseorang dari kejauhan melambaikan tangan kepadanya.

"Kate!" teriak Berlin kemudian segera menghampiri gadis bernama Katerina itu.

"Berlin, hati-hati ada motor!" teriak Kate dari arah seberang membuat langkah Berlin terhenti.

Berlin menoleh kearah selatan dan sebuah motor melaju cepat kearahnya membuat gadis itu menutup mata pasrah, tidak ada celah untuk bergerak, kemudian... cittt! Suara decitan motor terdengar begitu nyaring hingga menyita atensi sekitar.

Dari jarak jauh Kate nyaris jantungan, alih-alih menghampiri Berlin, dia mengurungkan niatnya ketika melihat siapa pemilik motor yang hampir menabrak Berlin.

"Lo mau mati?"

Kedua mata Berlin terbuka perlahan, dia menoleh pada sumber suara. Lo mau mati? Pertanyaan itu terkesan sarkas, namun... terdengar sopan. Berlin tidak berkedip beberapa saat ketika lelaki pemilik motor itu membuka helm.

My goodness! Dia nyaris melongo di tempat, alih-alih menyahuti lelaki itu, Berlin justru menatap penuh kagum kepadanya.

"Lo masih mau disitu?"

Berlin tersentak ketika seseorang lainnya berbicara, dia melihat kearah beberapa orang-dengan motor yang sama-berhenti tepat di belakang lelaki itu.

"Maaf!" ucap Berlin kemudian dia segera menghindar menuju Kate.

Kate memutar tubuhnya kebelakang dan menarik Berlin menuju ruang kelas mereka. Berlin menoleh penuh tanya.

"Kenapa panik gitu?" tanya Berlin.

"Kira-kira muka gue keliatan gak tadi?" Kate berbalik tanya. "Sumpah, Lin, gue gak mau sampe ditandai mukanya!" ucap Kate lagi.

Berlin mengernyit lagi, "kenapa 'sih? Ditandain sama siapa?" tanyanya.

"Sama anak Salvador lah!" Kate menoleh, "jangan bilang lo gak tau orang-orang tadi siapa?" Berlin mengangguk membuat Kate membuka mulut lebar, terkejut.

"Emangnya mereka siapa?"

"Astaga, Berlin!" Kate menepuk jidat, lalu dia mendekatkan wajahnya. "Mereka itu Salvador, paling disegani di sini, dan yang hampir nabrak lo itu El Presidente-Nya, Milan," bisik Kate.

"Milan?" beo Berlin.

Kate meringis kemudian menutup mulut Berlin, "jangan keras-keras," peringat Kate. Lalu, dia mengangguk. "Iya, Milan Sabiru, selain itu Milan juga dikenal sebagai penguasa Rajawali."

Berlin menarik senyum. Milan Sabiru, si pemilik tatapan setajam elang, tatapan yang membuat siapa saja terintimidasi olehnya, namun bukannya takut Berlin justru tertarik.

Tertarik untuk mengenalnya.

[03 Juni 2023]

MILAN [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now