Bab 11:: Untuk Saling Melindungi

2K 259 26
                                    


Maaf ya Update lama eheheh. Masih ada yg nunggu cerita ini nggak? Terimakasih sudah membaca, selanjutnya tunaikan kewajiban kalian untuk Vote, komen, dan Share!!

Happy Reading💕💖💜💗💓✨🤍❤️‍🔥🔥

Follow Instagram aku juga ya @Chellindygabss 🫶😚





***

"Dimana?" Tanya Rachel dengan nafas terengah. Belum sempat menanyakan nama perawat wanita itu, gadis itu buru-buru bertanya keberadaan Dokter Nicho. Padahal, seharusnya ia tau dimana suaminya saat ini berada.

"Dokter Nicho lagi ada pemeriksaan rawat jalan, Bu. Perlu saya panggilkan?" Tanya wanita itu membuat Rachel buru buru menganggukan kepalanya.

Perawat itupun berlalu dari sana, namun Rachel terus bergerak gelisah di tempat.

Selang beberapa menit, Nicho muncul dari balik pintu ruangannya. Ia menggunakan kemeja biru tua sama seperti yang Rachel lihat terakhir kali.

"Ada apa?" Tanya Nicho yang tampaknya tidak ingin basa basi.

"Udah dapet telfon dari Mama? Katanya Alkan bakal nginep di sini dua hari, sampai keberangkatan kita ke Bali."

"Udah, barusan beliau telfon. Katanya mereka akan mengurus soal Kimberly ke Singapure," jawab Nicho santai, membuat Rachel mengerutkan keningnya.

"Terus?"

"Terus kenapa?" Tanya Nicho balik.

"Kalau Alkan tidur di sini, dan dia tau kita tidur terpisah, dia bakal bilang sama Mama Papa aku gimana?" Rachel tampak panik, terlihat dari gestur tubuhnya yang tidak bisa santai.

"Ya kita tinggal tidur sekamar?"

"Hah? Nggak mau! Itu kan menyalahi aturan," tolak Rachel mentah-mentah, seketika membuat Nicho menyandarkan tubuhnya pada sandaran tembok.

"Lagi pula, aku juga nggak bakal ngapa-ngapain kamu. Lihat deh? Aku udah sibuk, capek, Dokter mana yang baru kelar acara resepsi langsung bukak praktek? Kalaupun ketemu kasur, aku langsung tidur."

Rachel memincingkan bibirnya kesal, menatap Nicho dari atas sampai bawah. Dan jelas, orang yang di tatap terlihat santai dan begitu tenang.

"Kok kamu tenang gitu, sih? Katanya nggak boleh tidur di kamar utama? Apa kita pakai kamar tamu?"

"Kamar tamu kalau di pakai berdua bakal sempit. Yaudah, khusus malam-malam genting, kamu boleh tidur di kamar utama." Nicho tampak ragu, namun akhirnya dia sanggup memutuskan.

"Yakin, nggak akan terbayang mantan kamu kan kalo aku yang tidur di atas ranjang?" Goda Rachel sebelum Nicho benar-benar melarangnya.

"Kalau kamu nggak mau, kamu bisa cari alasan lain biar adik kamu nggak curiga. Atau memang kamu pengen ketahuan kalau kita tidur terpisah." Nicho menegakkan tubuhnya sambil tersenyum. Membuat Rachel melirik kesal ke arahanya. Perlahan nafas gadis itu mulai teratur, tubuhnya lebih santai dari sebelumnya.

"Isshh, pasti ini kerjaan Mama, deh. Nggak mungkin banget ini terjadi karena Alkan takut sendiri di rumah. Pasti Mama udah curiga sama kita, soalnya kemarin di Hotelpun, aku tidur di kamar Alkan.." gumam Rachel yang masih bisa di dengar oleh Nicho.

Mengingat, seharusnya malam setelah pernikahan adalah malam pertama bagi pengantin. Tapi, anehnya Rachel malah kabur dan tidur di kamar Alkan dengan dalih ketiduran setelah membersihkan Make Up. Padahal, sejujurnya seperti yang ia rencanakan, Rachel memang menghindari Nicho, dan sebaliknya pun begitu.

"Kakak!" Suara langkah kaki seseorang perlahan terdengar lebih keras, bersamaan dengan Alkan yang masuk sambil menggendong tas di bahunya.

Nicho tersenyum menyapa adik iparnya, berbeda dengan Rachel yang sudah menyipitkan mata ke arag Alkan yang berjalan tenang. Cowok itu tersenyum lebar sambil melambaikan tangan.

"Widihh, Kakak ipar lagi kerja ya?" Tanyanya basa-basi.

"Iya, nih. Oh ya, kamu bisa tidur di kamar tamu, ya! Anggep aja rumah sendiri, kalau butuh apa-apa bilang aja ke aku atau Kakak kamu," perintah Nicho yang mendapatkan anggukan kecil dari Alkan.

"Weeh, Kakak diem aja? Jangan cemberut gitu dong, Kak. Seneng banget kelihatannya adik paling ganteng sedunia nginep di sini?" Goda Alkan sambil menepuk bahu Rachel, tidak lupa dengan senyum lebar khas miliknya.

"Jangan macem-macem, ya! Awas! Kalo gamau terjadi pertumpahan darah!" Ancam Rachel tanpa merubah ekpresi datarnya.

"Widih, galak amat, Kak."

"Yaudah, Alkan. Kakak kerja dulu, ya. Masih banyak pasien yang nunggu. Kalian kalau mau makan malam duluan boleh. Nggak usah nunggu aku."

"Oke, Pak Dokter. Selamat bekerja," Alkan memberikan hormat kepada Nicho yang menghilang dibalik pintu ruangan.

Cowok itu beralih untuk merangkul pundak Rachel dan membawa Kakaknya itu pergi dari sana. Matanya meneliti setiap jengkal ruangan. Tiba-tiba keningnya berkerut.

"Waah, ternyata suami Kakak sebelum berencana nikahin Kakak udah mempersiapkan rumah, mobil, yah udah mapan ya brarti, Kak?" Rachel melirik kesal ke arah Alkan, namun cowok itu tidak menggubrisnya sama sekali.

"Kalau dilihat dari selera, rumah ini bukan Kakak banget. Tangga kayu? Dominasi warna coklat dan hitam? Meskipun kita LDR bertahun-tahun tapi aku yakin, selera Kakak dari dulu nggak berubah.."

"Jangan banyak omong ya kamu!" Peringatan pertama itu terdengar dari mulut Rachel, namun Alkan tetap merangkul pundak Kakaknya itu penuh semangat.

"Kalau di pikir-pikir, Kakak ini selain jadi istri dadakan, ternyata jadi istri pengganti ke tiga kalinya? Banyakk juga yaa, jadi Kakak ini bisa di sebut wanita cadangan, ya? Hahahahaha.." tidak tahan mendengar celotehan Alkan, Rachel pun dengan keras menendang kaki adiknya itu hingga terhuyung jatuh ke lantai.

"Awww.. awww.. aduhh," pekik Alkan sambil memegang lututnya yang terbentur lantai.

"Makannya jangan jadi orang yang bermulut besar! Atau Kakak usir kamu! Tidur di luar biar di makan setan!" Kesal Rachel yang meninggalkan Alkan sendirian.

Gadis itu berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum dari dalam lemari pendingin. Alkan bangkit berdiri, kemudian berjalan menyusul Rachel dan duduk di depan meja pantri. Cowok itu menyangga kepalanya di atas meja, kemudian tersenyum memperhatikan Rachel yang tengah minum.

"Kenapa liat-liat?"

"Galak banget, deh Kakak."

Rachel meletakkan gelas bekas ia minum di hadapan Alkan. Cowok itu kembali tersenyum hingga membuat Rachel bergidik ngeri.

"Ngapain, sih?"

"Kak?"

"Hm?"

"Sebenernya aku di suruh Mama loh buat datang ke sini," ungkapnya jujur membuat Rachel reflek menoleh.

"Tuhh kan!! Udah Kakak duga soal ini. Mama mah licik, masa ngirim kamu buat jadi mata-mata aku sama Dokter Nicho. Nggak lucu banget!"

"Abis Kakak juga aneh, pura pura sih boleh. Tapi, mana ada pengantin yang lari ke kamar adiknya di malam pertama? Siapa yang nggak curiga?" Mendengar ungkapan Alkan membuat Rachel membungkam mulutnya.

Melihat reaksi Rachel, Alkan pun kembali bersuara.

"Kak, jujur deh sama aku. Kakak boleh bohong ke semua orang, tapi Kakak nggak boleh bohong sama aku."

Tatapan matanya terangkat untuk menatap bola mata Alkan yang duduk di hadapannya. Adiknya berubah serius, hingga membuat jantung Rachel terasa gugub. Rasanya seperti dia ketahuan melakukan sebuah kesalahan.

"Jujur sama aku aja, Kak. Kakak ngelakuin ini semua terpaksa kan? Kakak pasti ngerasa harus melindungi Kak Berlyn lagi, makanya Kakak bersedia buat menggantikan Kak Berlyn. Aku tau ini bukan Kakak, jangan bohongin diri sendiri dengan berpura-pura baik-baik aja. Kalo, Kakak nggak sanggup Kakak boleh berhenti. "

Unexpected Marriedحيث تعيش القصص. اكتشف الآن