28. Misterius

114 10 1
                                    

"Lo salah ngomong tau, Bel. Kak Algavaro tuh bukan pembawa sial, buktinya di saat-saat lo hampir kena musibah, dia selalu nolongin lo. Nyelamatin lo dari bola basket. Terus tadi, dia nyelamatin lo di tangga," ujar Lintang panjang lebar.

"Iya terus?"

"Ya ampun punya bestie lola banget! Itu berarti Kak Algavaro emang beneran suka sama lo!" tandas Lintang, merasa geram dengan temannya itu.

"Tapi kadang dia nyebelin, Lin. Cerewet, ngeselin pokoknya!"

"Kadang dia baik ke elo, kan?"

"Iya kadang."

"Tapi lo suka, kan?"

"Iya suka." Abel diam sejenak. "Ehhh?" ucapnya, sadar dengan apa yang dia jawab dari pertanyaan Lintang barusan.

Mendengar jawaban dari Abel, membuat Lintang tersenyum menggoda. Dia memang senang kalau menggoda sahabatnya itu. Entah kenapa Lintang sangat mendukung Abel dan ketua zefron untuk jadian. Apa biar dia bisa deket sama wakilnya?

"Udah mulai suka nich." Lintang menoel pipi Abel.

"Lintang!" seru Abel geram. Sahabatnya itu memang nomor satu kalau soal menggoda.

Abel dan Lintang sekarang sedang berada di kamar Lintang. Kamar Lintang adalah basecamp ternyaman untuk mereka berdua nongkrong. Di kamar Lintang, mereka bisa nobar drakor sambil makan camilan, rebahan sambil curhat, sesekali berdebat dengan Leiden yang tiba-tiba masuk tanpa permisi hanya untuk meminta sheet mask milik Lintang.

"Bel, selama hidup, lo pernah gak rindu sama seseorang?" tanya Lintang yang sedang merebahkan tubuhnya di kasur sambil bermain hp.

Mendengar pertanyaan Lintang membuat Abel yang sedang membaca novel di sofa menoleh. "Rindu?" Abel tersenyum pahit. "Dulu gue pernah rindu ke seseorang. Tapi rindu itu cuma bertahan sebentar, sebelum akhirnya gue sadar kalau dia emang bener-bener udah pergi ninggalin gue. Gue sadar nggak ada gunanya rindu ke seseorang yang bahkan nggak tau ada dimana dan pergi gitu aja tanpa pamitan," papar Abel.

Lintang menyimak ucapan Abel. Merasa miris setelah mendengar curahan hati sahabatnya. Percayalah, rindu tidak akan menghilang dari dalam diri seseorang dalam waktu sekejap, meskipun seseorang yang ia rindukan sudah lama menghilang dan jejak kenangannya pun masih membekas.

"Lo, pernah?" Sekarang Abel balik menanyai Lintang.

"Pernah," jawab Lintang membuat Abel antusias untuk menyimak.

"Rindu ke siapa?"

"Popi, gue masih rindu dia sampe sekarang. Padahal dia udah pergi dari lama," jelas Lintang dengan ekspresi memelas.

Abel mengerutkan dahinya. "Btw, siapa Popi?"

Bukannya menjawab, Lintang malah merengek, membuat Abel heran. "Kelinci gue."

"Hah? Kelinci?" Abel menganga tak percaya. "Anjir kirain siapa. Tapi, gue juga pernah sih rindu ke kucing-kucing gue yang udah mati."

"Rindu emang menyakitkan! Gue udah terlanjur sayang lagi!"

🏍️🏍️🏍️


Algavaro terus mengangkat barbel di tangannya, berulang-ulang terus dia lakukan. Sekarang dia sedang nge-gym di markas Zefron. Bahkan, sepulang sekolah dia tidak pulang dulu ke rumah. Kedua orang tuanya sore ini akan berkunjung, sudah pasti cowo itu malas jika bertatap muka dengan Arin.

"Istirahat, Gav! Kasian otot lo." Zen duduk di sebelah Algavaro yang masih menaik-turunkan barbel, lalu memberinya satu botol mineral.

Bukannya merespons, Algavaro malah acuh. Membuat Zen meletakkan botol mineral di lantai. "Apa yang lagi dipikirin? Masalah rumah atau cinta?" Sejatinya, Zen adalah yang paling care di antara anak Zefron lainnya. Dia peka terhadap situasi dan kondisi yang sedang dialami teman-temannya. Ya, walaupun dirinya juga mungkin banyak masalah. Tapi cowok itu selalu memperlihatkan seolah dia baik-baik saja.

ALGAVAROМесто, где живут истории. Откройте их для себя