Sengaja? Memang, dan sudah dipastikan. Meskipun Jungkook masih belum mengingatnya waktu itu, setidaknya ia masih bisa menjaga dan mengawasi kekasih manisnya dari jauh jika Jungkook menolak kehadirannya. Akan tetapi, seolah takdir, bahkan tak perlu menunggu lama bagi Jungkook untuk mengingat kembali Taehyung, kekasihnya. Bintang paling terang melebihi Sirius sekalipun.
Jungkook terbangun, namum masih enggan beranjak dari ranjang. Ia masih memandang pria yang masih tertidur lelap dan membawanya dalam dekap tubuhnya. Cahaya matahari mulai menyusup dari celah tirai kamarnya, menerobos hingga Taehyung sedikit terusik dengan silau cahaya yang mengusik penglihatannya. Jungkook menoleh sejenak, ia mengangkat sebelah tangannya, menghalang cahaya itu hingga tak sampai mengusik kekasih tampannya. Dan benar saja, Taehyung kembali tenang, tak lagi menggerakkan pelan matanya. Lelaki manis itu tersenyum, dan kembali melanjutkan kegiatannya memandang wajah tampan itu.
Sepuluh menit berlalu, Jungkook masih memandang wajah Taehyung yang tampak tenang tertidur. Bahkan ia sempat menaikkan selimut untuk menutup bahu Taehyung yang terlihat. Hingga ia merasakan sebuah tangan memeluk pinggang rampingnya dan menarik tubuhnya, jarak mereka kini semakin dekat, namun pria Kim itu masih belum membuka matanya. Jungkook menarik kedua sudut bibirnya keatas, lalu tangan kanannya mendarat lembut di pipi Taehyung, setengah menangkupnya.
"Hyungie nyenyak sekali, seperti tidak ingin bangun..." gumam Jungkook pelan. Jungkook mengusap pipi Taehyung pelan, menggerakkan ibu jarinya lembut menyapa kulit pipi pria tampannya itu.
Tak lama, sang pemilik suara husky itu pun membuka matanya perlahan. Ia langsung saja tersenyum saat melihat wajah seseorang di depannya.
"Hyungie...tidak sedang bermimpi, 'kan? Benar ini Kookie, kesayangan hyungie? Sweetie cutiepie?" tanya Taehyung dengan suara husky nan rendah sedikit serak khas bangun tidur.
Jungkook tersenyum, lalu ia mencubit sayang pipi Taehyung.
"Aw, Aw, Akh! Kookie sayang, kenapa mencubit hyungie, hm? Sakit..." Taehyung mengusapkan tangan Jungkook pada pipinya. "Jangan dicubit, Kookie sayang. Kookie cium saja, bagaimana?"
"Kalau sakit, artinya bukan mimpi, hyungie..." balas Jungkook.
Lalu Jungkook sedikit menaikkan wajahnya mendekati pipi Taehyung. Tak menunggu lama, ia mencium pipi kekasih tampannya itu lembut dan lama, penuh cinta. Setelah itu ia kembali menatap Taehyung hangat lalu tersenyum. Entah sudah berapa kali Taehyung berteriak dalam hati hatinya bahwa ia sangat bahagia sejak Jungkook kembali mengingatnya. Satu yang pasti, ia sungguh tidak bisa melukiskan betapa bahagianya ia sekarang.
Tangannya bergerak mengusap pipi Jungkook sayang seraya tersenyum, lalu ia mencium pucuk kepala Jungkook dan dahi kekasih manisnya itu lama hingga sang pemilik hatinya pun memejamkan matanya perlahan, meremat pelan pinggang Taehyung. Keduanya saling memandang dan tersenyum bahagia setelahnya.
"Hyungie...Taetae hyungie mau makan apa? Biar Kookie siapkan?"
"Uhm...makan?" Taehyung menjedakan sejenak ucapannya. Jungkook mengangguk. Pria bermarga Kim itu menatap Jungkook lalu mengusap dagunya pelan. "Uhm...makan... makan Kookie saja, bagaimana?" goda Taehyung yang langsung membuat Jungkook bersemu.
"E~eh, kenapa wajah Kookie jadi merah, hm? Ekhem, sebenarnya apa yang Kookie sweetie cutiepie pikirkan. Ekhem, Kookie atau Cookies?"
Merasa malu, Jungkook pun langsung membenamkan wajahnya pada ceruk leher Taehyung, Taehyung pun memeluknya erat, mengusap punggung kekasihnya itu lembut. Menghirup aroma tubuh yang sudah sangat sering menyapa penciumannya.
YOU ARE READING
POLARIS
Fanfiction[END] Seperti Polaris yang tetap pada tempatnya, setia pada empunya, maka ia pun akan setia pada kekasihnya apapun yang terjadi. Maka, pandanglah langit utara, selama kau bisa menemukan Polaris, harapan itu akan selalu ada. "Bagiku kau adalah Polar...
✨ Chapter 14 - Dearest ✨
Start from the beginning
