18. Dimulai (3)

560 106 9
                                    


Cale Henituse terbangun di sebuah kamar, dia membiasakan cahaya yang masuk dan menemukan Choi Han ada di ranjang samping. Dia berdecak, tenggorokannya sakit dan kepalanya lumayan pusing.

Choi Han mengambilkan minuman, dia terkekeh saat menyerahkan sekantong uang yang dia rampok dari orang-orang istana.

"Kamu berbakat juga."

Cale tidak ingin memikirkan bagaimana cara Choi Han membawa dia yang tidak sadarkan diri untuk menyusup ke wilayah ibukota yang pasti memiliki penjagaan ketat.

"Karena tidak ada orang sinting yang memukuliku saat aku menyelinap."

Cale Henituse tau itu sindiran, dia lebih memilih abai dan meminum minumannya.

Tenggorokannya masih sakit, tapi kepalanya perlahan-lahan terasa ringan saat dia menoleh. Choi Han menyerahkan jubah milik Cale, laki-laki itu menunjuk luar jendela dimana Cale bisa melihat keramaian yang agak menakutkan.

"Sudah saatnya perayaan ulang tahun raja?" Cale memperhatikan luar jendela, orang-orang berdesakan seakan membuat satu sama lain sesak napas. Namun, ada beberapa sudut jalan yang kosong.

Dia bisa memperhatikan jam besar yang mulai berdentang, juga beberapa kereta kuda yang mulai bermunculan.

Orang-orang memberi jalan, dia bisa melihat dengan jelas rambut pirang keturunan kerajaan Roan memimpin parade kereta kuda.

"Cale, aku melihat adikmu."

Cale memastikan pandangannya tidak salah.

Basen Henituse, duduk bersama salah satu keturunan kerajaan, putra mahkota, Alberu Crossman.

"Aku harus memukul kepalanya."

Dia memutuskan untuk memakai jubah kemudian menarik Choi Han untuk cepat turun dan berbaur.

.
.

"Terimakasih karena bersedia berbagi tempat bersama saya, Yang Mulia." Basen Henituse tersenyum.

Alberu Crossman ikut tersenyum sebagai balasan.

Alasan Basen ada bersamanya karena saat akan melakukan parade beberapa kereta kuda tiba-tiba rusak, serta kebanyakan kuda yang lemas dan tidak ingin dilepas dari kandang. Alberu berfikir untuk membagi kelompok untuk kedua kalinya.

Satu-satunya yang dia lupa masukkan dalam daftar adalah Basen Henituse, itu aneh mengingat dia selalu teliti dalam hal apapun.

Pada akhirnya Basen Henituse berakhir bersamanya.

"Saya dengar, anda sedang ingin mengkokohkan posisi sebagai penerus tahta."

Alberu masih tersenyum, dia menatap Basen yang memasang wajah biasa saja sama sepertinya. Dia yakin jika Henituse termasuk dalam wilayah netral, tetapi posisi dan kekayaan Henituse menguntungkan jika dia tarik kesisinya sebagai pendukung.

Dia hanya perlu menangkap target dengan benar.

Anak didepannya memang mulai mewakili Henituse, tetapi tidak ada darah Henituse yang mengalir dinadi Basen. Sementara satu-satunya yang memilikinya darah itu bertingkah seperti sampah.

Alberu memilih untuk tersenyum biasa, "Rumor kadang menyebar tanpa diketahui benar atau salah."

"Namun, saya yakin anda akan cocok."

Pujian itu tidak lebih dari sebuah awal untuk penjilat menjijikkan, dia tidak tau kemampuan Basen yang fasih.

"Kebanyakan berfikir seperti itu." Alberu melambai dan mengalihkan perhatiannya sebentar, "Tahta bukan hanya untuk yang pantas, tetapi yang mampu."

Baik dengan cara bersih atau kotor.

Persaingan untuk tahta itu berat, walaupun Alberu anak pertama, tetapi raja lebih memberikan dukungan kepada pangeran ketiga serta putra dari permaisuri saat ini.

"Saya yakin hanya anda yang pantas." Basen mengulurkan tangan, "Karena anda yang paling mencintai rakyat dan kerajaan anda."

Alberu tersenyum saat berjabat tangan. "Senang mendengarnya."

Suara sorak sorai masih terdengar meriah.

Basen melepas jabat tangan, dia menyunggingkan senyum ketika matanya menangkap Choi Han di dalam kerumunan warga.

-Fin-

Hallo, pemberitahuan jika saya membuka sesi Q&A untuk bonus minggu depan.

Jadi silahkan bertanya, kecuali spoiler.

Jika tidak ada yang bertanya mungkin chapter bonus untuk minggu depan akan diganti.

Link- Dark Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang