14. Lompatan demi Lompatan

707 134 22
                                    


Choi makin mempercepat langkahnya.

Suara bising dan orang-orang yang berlari dari wilayah itu membuat dia makin kalut, Choi Han memegang gagang pedang, matanya mencari-cari seseorang.

Kepulan asap membumbung tinggi, dia bisa melihat naga hitam raksasa yang mengamuk.

Dia melompati rumah demi rumah, tidak ada, dia tidak bisa menemukan Cale dimana-mana bahkan saat dia mencarinya di sekumpulan mayat. Dia menatap naga itu, suara jeritan orang-orang terasa mengusik.

Dia menarik pedang dari sarungnya, menggenggam dan memantapkan pilihannya.

"Cale Henituse!"

Dia melompat turun, gerakan naga itu tidak terkendali.

Namun, ekornya berhasil membuat Choi Han terpukul mundur. Choi Han terbatuk, dia mulai berhati-hati ketika mutuskan untuk memotong jarak untuk melihat celah, 'Dimana, dimana kelemahan naga?'

Choi Han melompat seiring ekor naga hitam yang bergerak, dia menjadikan ekor keras itu sebagai pijakan untuk menjangkau bagian yang lebih tinggi. Mencari pijakan lain, dia melompat dan berakhir di tengkuk naga hitam.

Matanya mencari-cari, kobaran api semakin besar dan membumbung tinggi.

'Api ini bukan berasal dari naga.'

Dia terpental, Choi Han menancapkan pedangnya. Suara jeritan dari naga terdengar kesakitan, tetapi Choi Han kembali menarik dan menggenggam pedangnya.

Aura hitam menyelimuti bilah pedangnya.

Naga.

Sesuatu yang lebih kuat darinya.

Namun, naga ini tidak terasa begitu. Aura hitamnya kembali memancar, dia melompat ke bangunan yang roboh. Mata hitamnya mengunci target, dada, leher dan mata biru yang menyala terang.

Dia melompat, pedang ya terhunus. Dangkal, dia berdecih dan mengambil langkah mundur.

Dia melirik api yang semakin besar, semakin banyak dan mengelilingi mereka.

Api.

Dia melihat ekspresi kesakitan dari naga itu, bukan, itu ekspresi takut ketika api semakin besar.

Gerakan naga hitam juga tidak teratur, seperti tidak bisa melihat apapun.

Choi Han mencari-cari sesuatu, kayu, atau apapun yang mudah terbakar. Lalu dia menyadari sesuatu, dia berjalan ke api untuk membakar jubah yang ada di genggaman tangannya.

"Uh, Cale akan menggerutu jika dia tau."

Dia melompat sekali lagi hingga menjangkau bagian paling atas dari naga hitam, tangan kirinya melempar kain yang terbakar, membuat naga hitam mundur setelah terpaku beberapa detik. Kesempatan ini dimanfaatkan Choi Han untuk menebas, aura hitam terbakar layaknya api.

Tengkuk.

Dia berhasil melukai tengkuk naga, kemudian menancapkan pedangnya ketika gravitasi menariknya jatuh. Itu membuat luka horizontal di dada naga hitam, Choi Han berputar dan menendang, menancapkan bilah pedangnya semakin dalam untuk mengenai organ vital.

Naga bersuara seperti mengaum.

Kemudian jatuh ke kobaran api seperti kesengsaraan.

Choi Han menarik kembali pedangnya, tetapi naga itu masih bernapas. Dia memutuskan untuk naik ke leher, telinganya berdengung ketika suara naga berubah seperti melodi menyakitkan.

Naga hitam, hanya monster.

Choi Han sudah menghadapi monster berkali-kali ketika dia baru saja tiba di dunia ini.

Dia menarik napas panjang, dan menusuk tepat di kerongkongan yang seketika menghentikan suara-suara mengganggu.

Choi Han turun dari tubuh naga, menunggu dan menunggu hingga naga itu benar-benar tidak bergerak.

"Cale, aku tau kamu di sana." Choi Han berbalik, Cale berada di luar kobaran api.

Wajah laki-laki berambut merah itu tampak tidak menunjukkan ekspresi. Cale Henituse menggeleng, dia mengulurkan tangan ketika Choi Han memutuskan untuk keluar dari api. Rambut laki-laki itu ternoda darah, sama seperti pertama kali Cale menemukannya.

.

"Semoga kedamaian malam menyertaimu."

-TBC-

Link- Dark Side Where stories live. Discover now