Sayup-sayup terdengar jelas beberapa orang yang akan menyaksikan sekaligus menjadi saksi pernikahan yang akan segera dimulai. Kedua orangtua yang sebentar lagi menjadi besan tengah mempersiapkan anak mereka masing-masing.
Pengantin pria yang sudah duduk sedari tadi dan telah siap dengan pernikahannya hanya bisa menatap lurus ke depan saat ia menyadari kedatangan sang pengantin wanita. Tak ingin menoleh ke sampingnya ataupun bertanya, pemuda itu hanya mengulurkan tangan kanannya saja saat perintah dari ayahnya keluar.
Penghulu yang tengah membenarkan pecinya kini sudah siap. Tangan kanannya kini berjabat tangan dengan sang pengantin pria. Ketegangan sangat terasa oleh mereka walaupun sang penghulu belum mengucapkan sepatah kata apapun.
"Ananda Algavin, apakah anda sudah siap?" tanya si penghulu.
"Siap," balasnya sedikit tegas.
Sang penghulu mulai menarik napasnya, "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Algavin Macel Alfariz dengan saudara Monica Violencia binti Tama Avegas dengan maskawin dan seperangkat alat salat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Monica Violencia binti Tama Avegas dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" kata Algavin mengucapkan ijab kabulnya dengan lancar.
"Gimana para saksi?"
"Sah!" Beberapa tamu undangan yang memang terpilih untuk datang, mengucapkan kata itu dengan kompak.
Ayah dari keduanya mengucapakan hamdalah dengan kompak lalu mereka pun berjabat tangan karena pernikahannya berjalan lancar.
Algavin hanya bisa menatap kosong ketika ayahnya menepuk pundaknya dengan pelan. Namun, mendengar ucapan selamat dari teman-temannya yang sengaja ia undang membuat Algavin terpaksa harus tertawa masam. Algavin sama sekali tak ada niatan untuk mengecup ataupun mengulurkan tangan kepada Monica yang berada di sampingnya.
Monica, gadis itu hanya menunduk dengan perasaannya yang telah kosong. Tak ada kegembiraan saat ijab kabulnya telah terucap dengan lancar. Monica hanya menyatukan kepalan tangannya saja dan tanpa sengaja ia meneteskan air matanya.
Pernikahan di saat mereka masih menjalankan masa sekolahnya, terpaksa pernikahan ini akan mereka sembunyikan dan tak boleh ada yang mengetahuinya. Apalagi pernikahan ini hanyalah sebuah paksaan dari kedua orangtua mereka.
Algavin dan Monica kini telah sah menjadi sepasang suami istri. Tak ada cinta dari keduanya, karena pernikahan ini hanyalah sebuah paksaan dari kedua orangtua mereka dan juga bisnis.
Dan, mereka tak tahu bagaimana nanti kedepannya. Apa pernikahan ini akan bisa mereka tutupi dengan waktu yang lama, ataukah sebaliknya?
***
Sekian lama aku hiatus dari dunia wattpad, dan aku memberanikan diri buat melanjutkan kembali dengan melahirkan anak saya yang bernama ALGAMON.
Alhamdulilah banget, aku bisa nulis kembali. Dan dengan adanya anak aku yang baru lahiran ini, semoga kalian menyukainya.
Jangan lupa tinggalkan jejak, dengan vote dan komennya ya!
Selamat tinggal dan selamat menunggu untuk updatenya cerita ALGAMON!💘
YOU ARE READING
ALGAMON
Teen FictionPernikahan terpaksa yang sama sekali tak diinginkan dari kedua belah pihak memang tak akan pernah menandakan bila mereka bahagia atas pernikahannya. Apalagi mereka masih menjalankan masa sekolahnya. Memiliki kekasih di kala telah menikah adalah peri...
