CHAPTER 16

22.7K 2.7K 58
                                    

Saat ini aku sedang merapihkan toko, kondisi toko hari ini lebih ramai dari hari biasanya. Mungkin efek dari afternoon tea party yang diselenggarakan putra mahkota, sehingga nama toko kami jadi semakin terkenal dikalangan bangsawan.

Hari sudah gelap, jam dinding menunjukkan waktu 7 malam. Sepertinya ini rekor termalam aku pulang kerja. Tapi tidak papa, semua rasa lelah tetap terasa sepadan jika kita senang menjalankannya. Aku sedang merapihkan catatan penjualan hari ini dan menghitung besar perolehan uang.

"Del, mau pulang bareng? Sudah malam, tidak baik ibu hamil jalan sendiri."

Aku menatap Logan yang tengah merapihkan nampan dan loyang kue. Ia berbicara tanpa menatapku sedikitpun, matanya tetap fokus menumpuk loyang yang telah dibersihkan untuk persiapan besok pagi.

"Boleh."

"Baik, duduk aja dulu. Aku sebentar lagi selesai."

Aku hanya mengangguk dan memilih duduk di bangku yang memang disediakan untukku, agar selama menunggu pelanggan aku tidak harus selalu berdiri. Setelah menunggu sambil memikirkan banyak hal, akhirnya pekerjaan Logan selesai.

Kami beriringan keluar dari toko setelah pamit dengan Iris. Setelah itu aku dan Logan berjalan bersisian tanpa percakapan. Sebenarnya ada yang aku ingin tanyakan, tapi aku kurang yakin untuk menanyakannya.

"Logan."

"Hmm."

"Mau nanya boleh?"

"Boleh."

"Kalau seandainya kamu menghamili seorang perempuan yang kamu bahkan tidak kenal, kamu memilih untuk mencari perempuan itu atau pura-pura tidak tahu?"

Aku sempat melihat kerutan di dahi Logan. "Kenapa bertanya seperti itu?"

"Nggak papa, pengen tau aja. Cepat jawab."

"Kalau pria itu aku, pasti aku akan mencari perempuan itu dan mengajaknya menikah."

"Kamu mengajaknya menikah sebagai bentuk tanggung jawab atau karena mencintainya?"

Logan terlihat berpikir.

"Sebenarnya kalau ngomongin cinta itu sulit karena kita nggak tau perasaan setiap orang. Bisa jadi setelah aku meniduri perempuan itu ternyata muncul perasaan suka bahkan cinta, tapi bisa jadi juga ajakan menikah itu hanya sebuah bentuk tanggung jawab. Tapi kamu tau? Cinta itu seperti pohon, mereka tumbuh karena selalu disiram air dan diberi pencahayaan matahari yang baik. Sekalipun saat menikah aku belum memiliki perasaan yang kuat dengan perempuan itu tapi perlahan pasti cinta akan hadir diantara kita, hal itu diperkuat dengan adanya seorang anak yang mengikat kami."

Aku mengangguk-angguk paham. Maklum aku kan cuma anak SMA biasa yang tiba-tiba ditempatkan pada situasi dan kondisi yang luar biasa. Sangking luar biasa, setiap sebelum tidur aku masih suka merenung memikirkan fakta bahwa aku sedang berbadan dua.

"Berarti ada kemungkinan setelah meniduri perempuan itu kamu langsung menyukainya."

"Mungkin, sangat mungkin bahkan."

"Baiklah kalau begitu, aku masuk dulu ya. Hati-hati dijalan."

Tidak terasa kami sudah sampai di depan rumah ku.

"Kalau begitu aku pulang dulu."

Logan melambaikan tangannya yang aku balas dengan lambaian juga. Setelah itu aku masuk ke dalam pekarangan rumah hingga berada tepat di depan pintu rumah. Setelah membuka pintu dan menutupnya kembali aku melepas sepatu dan menaruhnya di rak.

"Rika hari ini masak apa?"

"Masak makanan yang nona minta kemarin."

Aku tersenyum melihat makanan di atas meja makan. Tapi ada sesuatu yang aneh dari Rika hari ini, ia terlihat pucat dan berkeringat.

My Cherish EmperorWhere stories live. Discover now