PROLOG

66.6K 4.3K 57
                                    

Seorang perempuan tengah berjalan di koridor sekolah dengan earphone tersumpal di kedua telinga. Baju seragam yang tertutup hoodie hitam tanpa zipper bertuliskan "Im Alive" membuatnya terlihat berbeda dari murid lain. Kaluna Mesha Wiyana merupakan nama panjangnya, perempuan yang kerab disapa Luna ini merupakan murid berprestasi kebanggaan SMA Kejayaan.

Orang tuanya telah meninggal akibat kecelakaan saat ia berada di kelas 1 SMP. Sejak saat itu Luna berusaha mendapatkan beasiswa dengan mengikuti banyak olimpiade, selain itu ia juga menduduki peringkat teratas dari seluruh murid jurusan IPS di sekolahnya.

Tidak hanya itu, setiap pulang sekolah ia juga bekerja paruh waktu di salah satu cafe yang cukup terkenal dikalangan remaja saat ini. Sifatnya yang baik, ramah, dan tulus dalam memperlakukan orang lain membuat teman-temannya sangat sayang dengan Luna.

"Lun udah sarapan belum?"

Luna menggeleng. "Belum nih ma, nggak sempet tadi."

Emi merupakan satu-satunya sahabat Luna sejak ia kecil. Emi berdecak kesal mendengar jawaban yang sudah terlalu sering ia dengar.

"Nih nasi uduk, sengaja aku bawa buat kamu."

"Ish baik banget sih temen aku, sini peluk dulu."

"Ih nggak mau geli banget, udah sana buruan makan."

Luna terkekeh melihat reaksi sahabatnya, tapi entah mengapa hari ini ia merasakan ada sesuatu yang berbeda. Sepertinya ia akan sangat merindukan makhluk di sebelahnya ini entah alasannya apa tapi ia akan merindukan sekolah dan kehidupannya saat ini.

"Emi."

"Hmm."

"Kalo aku pergi kamu bakal kangen nggak?"

Emi mengalihkan tatapannya ke arah Luna yang tengah mengunyah nasi uduk pemberiannya.

"Kenapa nanya gitu? Tumben banget."

"Ya nggak papa nanya aja, jadi apa jawabannya?"

"Kangen lah, kalo kamu pergi aku nggak bisa nyontek PR ekonomi."

Luna mengangguk-anggukan kepalanya, setelah itu ia meminum air yang berada di dalam botol minumnya.

"Semua bakal baik-baik aja Mi, tenang aja."

Emi mengernyitkan dahinya. "Kamu kenapa sih? Aneh banget."

Luna tersenyum tipis sambil menggeleng, setelah itu ia berjalan ke luar kelas untuk membuang kertas beserta sendok plastik bekas nasi uduk. Kemudian ia kembali berjalan ke dalam kelas dan duduk di bangkunya.

"Emi seandainya aku nggak akan pernah kembali aku cuma mau bilang kalo aku sangat beruntung memiliki kamu sebagai sahabat, kamu itu cantik dan jago gambar masalahnya kamu kurang percaya diri. Aku harap kedepannya kamu bisa lebih percaya diri lagi."

Emi semakin mengernyitkan dahinya. "Kamu sakit Lun?"

"Nggak tuh."

"Seriusan? Tapi ko-"

"Assalamualaikum selamat pagi anak-anak, gimana kabarnya hari ini?"

Kehadiran pak Ihsan berhasil memotong ucapan Emi. Luna sendiri tidak terlalu menggubris hal itu, beda halnya dengan Emi yang masih terdiam dengan dahi berkerut. Perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak, tapi ia berusaha mengenyahkannya dan fokus mendengar pak Ihsan yang sudah mulai menjelaskan materi untuk hari ini.

=====================

"Kantin yuk."

Luna mengangguk mendengar ajakan Emi. Setelah merapihkan semua barangnya ke dalam tas, Luna dan Emi memutuskan untuk bergegas ke kantin sebelum penuh. Tapi di tengah jalan menuju kantin mendadak Luna merasa ia harus ke kamar mandi.

My Cherish EmperorWhere stories live. Discover now