ma.ni.pu.la.si: 15

24 4 9
                                    

⭐Now playing: Let Me Breathe - Harris J⭐

Detik demi detik yang menitik bersinergi untuk terus sulam-menyulam hari. Dua hari berlalu lagi. Tidak ada pergerakan berarti yang diciptakan Zafira dan Nazifa. Mereka hanya menjalankan tugas seperti biasa. Piket masjid, pengecekan absensi salat Dhuha setiap kelas, juga pelaksanaan pembiasaan Tamanit, Tadarus Lima Menit, sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

Sejak hari itu, Zafira tak lagi bertemu dengan Haitsam. Keduanya hanya sempat berpapasan tanpa sengaja ketika hendak menagih absensi XI MIPA-2, atau ketika hendak mengaji di masjid lantai dua setiap habis Ashar. Itu pun hanya sebentar, mengingat Zafi langsung memalingkan pandangan setelah sepersekian detik menyadari kehadiran Haitsam, lantas lekas-lekas untuk menghindar.

Tibalah hari Jumat, hari sibuk-sibuknya bagi para Pengurus Rohis. Gema Asmaul Husna dilaksanakan sebagaimana biasanya. Zafi dan Zifa tak lagi kebagian tugas sebagai pengisi tausiyah di depan sana. Karena itu, keduanya ikut duduk di barisan belakang bersama siswa lainnya, setelah mendirikan salat gaib dan salat Dhuha. Untuk jadwal pengisi tausiyah memang digilir. Hal itu bertujuan supaya setiap anggota Rohis berkesempatan untuk mengasah skill public speaking masing-masing.

Tak jarang, siswa biasa atau yang dari organisasi lain pun ikut berpartisipasi. Biasanya akan dikondisikan oleh anggota Departemen Informasi dan Komunikasi, maupun Departemen Pendidikan dan Pelatihan Rohis yang memiliki program Siroh, Siraman Rohani ini. Pada Jumat kali ini, yang bertugas menyampaikan materi di depan sana adalah Fatih, Wakil Ketua Rohis.

"Semua pilihan itu ada di tangan kita. Pilihan-pilihan itulah yang akan mengguratkan jalan hidup kita akan seperti apa ke depannya. Iya. Masa depan ditentukan dari pilihan-pilihan yang kita putuskan di masa kini. Karena itulah, kita harus memaksimalkan masa muda ini. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw; yang berbunyi ...."

Masih berbalut mukena sewarna cokelat susu, Zafira melambungkan pikirannya ke langit biru yang berhias bentangan awan seputih kapas, persis ketika mendengar hadis Rasulullah tentang masa muda yang superlegendaris itu. Dalam hati, Zafi ikut membacakan hadis yang sudah hafal di luar kepala itu.

"Ightanim khomsan qobla khomsin, syabaabaka qobla haromik, wa shihhataka qobla saqomik, wa ghinaaka qobla faqrik, wa farooghoka qobla syaghlik, wa hayaataka qobla mautik. Manfaatkan lima perkara sebelum datangnya lima perkara; waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang kematianmu. Hadis riwayat Al-Hakim."

Selagi Fatih meneruskan tausiyah-nya tentang urgensi membenahi membenahi diri sedari dini dengan semangat menggebu-gebu, Zafi malah memandangi deretan pengurus Rohis yang duduk rapi di Kursi TKJ, Takhta Kerajaan Jumat. MC-nya bukan lagi Rosi, Jumat ini digantikan Hilwa. Begitu pun bagian pembacaan doa, sudah diambil alih oleh Alzam, bukan lagi Haitsam. Akan tetapi, sebagai Ketua Rohis, Haitsam akan terus duduk di depan sana meski tidak sedang bertugas, setidaknya ia akan mengiringi kelas sepuluh dalam memimpin gema asmaul husna.

Seakan memiliki sensor yang menyala, Haitsam balas menatap Zafira yang tengah tenggelam dalam lamunan. Zafi tersadar. Manik mata keduanya sempat mengunci satu sama lain, bermaksud adu intimidasi. Akan tetapi, Zafira memilih untuk mengalihkan pandangannya lebih dulu pada Hilwa yang siap menutup kegiatan Jumat pagi ini.

Oh, ya. Seluruh anak kelas sebelas sudah pernah merasakan jadi petugas di Gema Asmaul Husna, hanya Maudy saja yang belum, mengingat posisinya sebagai Kepala Keamanan yang bertugas patroli sepanjang waktu ke setiap penjuru Ruwada, untuk memastikan tidak ada satu pun siswa yang membolos. Yah ... bagaimanapun, setiap orang memiliki peran yang berbeda, sesuai dengan tupoksi masing-masing.

Manipulasi [Open PO]Where stories live. Discover now