Truth or Dare

40 31 84
                                    


Semilir angin dingin berhembus pelan menciptakan kesejukan yang menyatu dengan hangatnya mentari, sekolah yang berisikan arwah-arwah dengan harapan hidup yang besar berjalan lebih baik dari sebelumnya.

Sangat melegakan mengetahui sosok arwah berjubah hitam telah dipenjarakan di bawah tanah bersama para pendosa lainnya.

Tidak ada lagi insiden-insiden, kekhawatiran, serta arwah misterius berkeliaran disekitar mereka. Inilah yang di inginkan semuanya, mereka bisa kembali fokus mengembangkan potensi untuk ujian akhir.

Sudah beberapa minggu berlalu sejak hari itu. 6 arwah dari kelas 6 yang diskorsing selama 15 minggu malah menikmati hukuman mereka.

Ya, begitulah. Terbebas dari sekolah memang menyenangkan, entah di dunia kehidupan atau di dunia kematian sekalipun.

Kini, 6 arwah itu tengah berkumpul di suatu kamar pada lantai 6 asrama pria. Mereka duduk melingkar dengan botol kosong di tengah.

Li Zihao datang dari arah dapur bersama sebuah kotak coklat besar. Ia menurunkan kotak itu lalu mengeluarkan satu per satu minuman dari dalam.

Hanyu melotot tak santai, "Kau sehat beli se-dos?"

"Begini lebih murah daripada satuan, sudahlah minum saja kalau gak mau minum air comberan," ujar Zihao sembari membagikan minuman kaleng itu.

Xinlong mengeluarkan seluruh snack yang ia bawa dengan tas nya. Sementara Mingrui membuka tutup ember berisi ayam. Tampaknya mereka akan sangat menikmati hari ini.

Mereka mulai bermain dengan botol kosong yang berputar di tengah-tengah mereka. Menunggu botol itu berhenti dan melayangkan kalimat permainan yang dimainkan.

"Truth or dare!"

Tutup botol yang mengarah pada Shuyang membuatnya harus memilih satu dari dua pilihan. "Truth."

"Cupu!" Mingrui mengejek.

"Tidak ada yang menguntungkan diantara kejujuran dan keberanian," balas Shuyang tak terima.

Zeyu melayangkan pertanyaan pertama. "Terakhir kali nangis?"

Shuyang berpikir sejenak. "Waktu pertama kali berada di sekolah ini."

Xinlong memberikan pertanyaan ke dua. "Kau menangis di mana? Aku tidak melihat mu."

"Saat semua orang sudah tidur, aku menangis di luar kamar."

"Sial. Ternyata itu suaramu? Ku pikir asrama ini berhantu," ujar Zihao setengah ketawa.

"Apa yang kau tangisi?" tanya Hanyu.

"Ada beberapa hal. Pertama, aku menangis karena takut tinggal bersama arwah-arwah di sini. Kedua, aku benar-benar sadar bahwa aku sudah mati dan telah menjadi arwah juga. Ketiga, harga diriku rusak karena diseret dua kali oleh Lora."

"Kau ini menggemaskan sekali hahaha ...."

Giliran Mingrui memberikan pertanyaan. "Ngomongin harga diri lo yang rusak karena seorang gadis, apa pernah lo di tampar betina? Trus alasannya apa?"

"Pernah, pertama sama mama, kedua ditampar Bu Sri karena aku gak sengaja peluk anaknya doang."

"Bu Sri guru di sekolah kita dulu?" tanya Xinlong kaget. Shuyang mengangguk malu.

"BWAHAHAHAHAHA LAWAK BANGET SHUYANG PELUK ANAK GURU!" Zihao ketawa ngakak sampai air matanya keluar.

Zihao berusaha menahan tawanya lalu memberikan pertanyaan terakhir untuk Shuyang. "Karna kau pernah peluk anak orang, sekarang aku tanya, first kiss mu siapa?"

"Eh ehh memangnya ada yang pernah mencium Shuyang?" tanya Mingrui dengan nada mengejek.

Shuyang melihat ke arah lain dengan tangan menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari mengutuk Zihao di dalam hatinya. "Sialan kau Zihao, mengingatkan trauma ku saja."

EPHEMERALWhere stories live. Discover now