Hyesun & Win

40 34 29
                                    


Matahari dan udara segar menyambut pagi anak-anak kota khusus Seoul yang sedang menuju ke sekolah.

Sebenarnya kalimat barusan sangat malas untuk dibayangkan apalagi dilakukan.

Karena bagi beberapa murid takut untuk ke sekolah dan bertemu orang yang paling menakutkan katanya.

Banyak dari sebagian murid berkaitan dengan yang namanya pembullyan. Entah dia seorang pelaku atau korbannya atau bisa saja tidak keduanya tapi hanya menunggu giliran.

Maaf jika benar, eh bercanda kok. Maaf jika salah.

"Selamat pagi, Win!" sapa seorang gadis cantik bersurai coklat terang yang panjangnya melebihi pinggang.

"Pagi juga Hyesun! Kau sudah belajar materi yang ku berikan untuk ujian sejarah, kan?" balas pemuda tinggi yang merupakan sahabat gadis tadi.

"Sudah dong! Terimakasih ya materinya semalam, aku cukup terbantu," balas gadis bernama Hyesun dengan gembira.

Hyesun membuka tas nya dan mencari buku tulis dengan nama 'Bang Junhyuk' di sampul.

"Nih buku mu, Win!"

"Berhenti panggil aku 'Win' deh, capek dengernya. Padahal cuman karena menang olimpiade sains 11 kali kau terus-terusan panggil aku Win," protes Junhyuk.

"Ya gapapa kali, itu panggilan kesayangan tau!" seru Hyesun.

"Hei cecunguk! Kau lupa bawa uang untuk kami hah?! Kalau gak mau kasih setoran mending keluar aja dari sekolah ini! Dasar miskin!" teriak pemuda yang paling ditakutkan di sekolah ini.

"Ma-maaf aku lupa bawa uang lebih... Besok deh besok janji!" ucap anak yang diganggunya.

"Janji-janji cuih! Basi tau gak?!" marah pemuda tadi

"Udahlah Ren, langsung hajar aja!" kata salah satu teman se-geng pemuda barusan.

"Diam Gun, kau mulai berani memerintah ku sekarang?!" balasnya tak suka.

"Woy bro aku kan cuma-- Sial." Pria yang dipanggil Gun ini tidak berani melanjutkan kata-katanya.

"Suren, kenapa kau malah marah sama Dong Gun?" tanya Sang mon tidak mengerti.

"Sudahlah Mon, suasana hatinya sedang jelek!" ujar Gun kesal sambil melirik Suren yang asik memukul korbannya.

"Ga usah ngebacot dibelakang, nih duit! Mau gak?!" tawar Suren setelah urusannya selesai dan memperlihatkan uang yang dia dapatkan.

"Kak ... Tolong kembalikan uang ku, itu buat bayar SPP," mohon si anak malang sambil berlutut di hadapan Suren.

"Peduli amat sama SPP orang!" Suren bersama dua temannya serta anak buah yang tidak bisa disebutkan satu per satu pergi dari sana.

"Mereka ngeri banget, masa ujian begini masih saja gak tobat," gumam Hyesun takut setelah melihat kejadian tadi walaupun dia sudah sering melihat itu terjadi di lingkungan sekolah.

"Begitulah ... Tak heran mereka di peringkat terbawah, hanya itu yang bisa dilakukan pihak sekolah. Sebisa mungkin kita tidak terlibat dengan mereka," ucap Junhyuk mengingatkan.

"Oh iya Sun, aku bawa bekal kesukaan mu, kita makan di rooftop saja sebentar siang," ajak Junhyuk.

"Ayo aja, tapi kenapa kau gak bilang-bilang sih? Aku kan tidak menyiapkan apapun untukmu," gerutu Hyesun.

"Hahaha ... Tidak apa-apa aku hanya ingin lihat kau menikmati makanan kesukaan mu yang dibuat olehku," ucap Junhyuk disertai senyuman maniezz.

"Ah sialan jangan menggodaku!" Hyesun memukul kepala Junhyuk lalu menutup wajahnya yang memerah.

EPHEMERALWhere stories live. Discover now