35. Ending

23K 1K 64
                                    

Beberapa bulan berlalu, Amira dan Fatih resmi bercerai setelah beberapa bulan menjalani kehidupan suami-istri layaknya bukan suami dan istri. Amira bertekad ingin mencari ibu kandung nya yang entah di mana, Fatih juga masih memberi nafkah untuk Amira berupa uang bulanan.

Semakin hari kesehatan Fadira semakin memburuk, rambutnya rontok dan hanya tersisa sedikit. Setiap hari Fatih mengusap perut buncit Fadira, kini kandungan perempuan itu sudah mencapai 9 bulan, dan tiga hari lagi Fadira akan melahirkan.

Fatih sedang bersama Fadira di kamar, tubuh Fadira semakin kurus, membuat Fatih khawatir setiap saat. Fadira juga rutin menjalani kemoterapi di dampingi oleh suaminya. Fatih sering berdoa untuk keselamatan istri dan anak nya.

Tangan Fatih berada di perut Fadira, mengusap lembut perut buncit itu. Fatih gemas dan berulang kali mencium pipi Fadira yang putih dan mulus.

"Jangan tinggalin aku ya? Dunia pahit tanpa kamu."

Fadira tersenyum mendengar ucapan suaminya. "Sebentar lagi bayi kita lahir,"

Fatih menelungkup kan kepalanya di bahu Fadira, lelaki itu mengendus aroma harum dari tubuh istri nya. Setetes air mata mengalir Fatih terharu karena sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah.

"Setelah melahirkan, kamu bisa operasi pengangkatan tumor sayang."

"Makasih,"

"Apapun demi kesembuhan istri tercinta saya."

Cup.. satu kecupan lagi-lagi di tujukan kepada pipi Fadira yang menggemaskan di mata Fatih. Mereka berdua tidak sabar menanti kehadiran buah hati yang sudah lama di tunggu-tunggu. Kedua orang tua Fadira juga sudah tiba di Indonesia, mereka ingin ada saat cucu nya lahir ke dunia.

*****

Akhirnya, hari yang di tunggu-tunggu tiba. Fadira, Fatih, Fatima, Syifa, umi Aisyah, Abi Sholeh, Syakib dan kedua orang tua Fadira sudah berada di rumah sakit. Beberapa bulan kedepan juga bayi Syifa akan lahir. Jihan sudah tau mengenai pernikahan Fadira, perempuan itu tentu syok tapi dia tetap bisa menerima, bagaimana pun Fadira yang menjalani kehidupan nya.

Mereka semua cemas, banyak hal yang mereka khawatir kan. Dalam hati Fatih berdoa untuk keselamatan anak dan istri nya, ia harap bayi dan ibunya selamat. Sungguh sebuah keajaiban bisa berada pada detik ini.

Kegigihan Fadira dan tekad yang kuat untuk bisa melahirkan bayi nya secara normal meski kondisi nya tidak memungkinkan. Tapi wanita itu tetap kekeuh dan beranggapan dia akan baik-baik saja setelah melahirkan. Fadira perempuan kuat, yang bisa mempertahankan janin dan bayinya meski kondisi nya tidak sehat. Sosok tegar kala badai menerjang rumah tangga nya dengan Fatih. Perempuan sabar yang sudah 2 tahun menanti tanpa kepastian, tapi untungnya suaminya kembali dengan selamat meski membawa wanita lain.

Dokter membolehkan Fatih masuk untuk mendampingi sang istri bersalin. Fatih menangis kala melihat langsung perjuangan Fadira melahirkan anak nya. Tangannya menggenggam kuat tangan istrinya, bibir nya bertasbih menyebut nama Allah.

"Ya Allah, jaga dan selamat kan anak beserta istri hamba."

Fadira merasakan sakit yang luar biasa saat ini. Sakit yang sulit di untaikan dengan kata-kata. Dia sudah tidak peduli akan hidup nya, yang terpenting anak nya bisa lahir dengan selamat.

Akhirnya, setelah perjuangan panjang anak Fatih dan Fadira lahir, bayi nya berjenis kelamin perempuan, dengan kulit merah dan terdapat lesung pipi di wajah mungil nya. Bayi itu menangis kencang, Fatih ikut menangis, terharu saat mendengar suara anak nya.

Fadira tersenyum senang saat dia berhasil melahirkan anak nya. Tenaganya terkuras habis, nafas nya terasa sesak. Dia bisa merasakan saat suaminya mencium keningnya sangat lama. Secara perlahan pegangan tangan Fadira mengendur, matanya terpejam dan alat pendeteksi kehidupan itu berbunyi nyaring dengan garis lurus di tengah nya.

"Dok?" Fatih melongo kala istrinya tidak lagi bernafas. Dokter segera ambil tindakan, tapi Tuhan berkata lain. Fadira meninggal setelah melahirkan putri kecilnya.

Fatih menangis histeris saat dokter mengatakan kalau istri nya sudah tiada, perasaan nya hancur lebur. Ia tak sanggup membesarkan bayi kecil nya sendirian. Fatih tersungkur di lantai, tangan nya masih menggenggam tangan Fadira yang pucat. Lelaki tampan itu menangis sambil memeluk jasad istrinya.

Bayi Fatih sudah selesai di bersihkan dan di letakkan di box bayi. Fatima dan yang lain nya syok saat tahu kalau Fadira gugur setelah melahirkan. Mereka semua menangis, rasa sesak memenuhi hati mereka. Kehilangan Fadira adalah salah satu hal yang mereka takutkan, mereka tak tega membiarkan bayi kecil Fadira tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu (ibu kandung nya).

"Bangun sayang, pliss jangan tinggalkan saya." tangis Fatih yang terdengar memilukan, "anak kita udah lahir. Kamu tega ninggalin dia? Kamu belum liat wajah nya Fadira, dia cantik seperti kamu. Ayo bangun sayang, jangan tinggalin saya."

Fatih menciumi seluruh wajah Fadira, hingga wajah dari jasad Fadira di penuhi air mata kesedihan Fatih. Muka Fatih merah akibat terus menangis, bayi mereka pun ikut menangis. Belum sempat Fadira menggendong anak nya, tapi dia telah di panggil oleh yang maha kuasa.

Semula beruduka atas kematian Fadira.

*****

Beberapa tahun kemudian. Seorang gadis cantik berhijab berusia 12 tahun berkunjung ke makam ibunya di temani ayah nya. Gadis dengan lesung pipi dan kulit putih kemerahan-merahan. Membawa bunga kemudian menaburkan bunga tersebut di makam yang nisan nya bertuliskan
FADIRA AMELIA ISYANA
LAHIR : -- -- --
WAFAT : -- -- --

Gadis itu mengusap nisan ibunya sambil tersenyum, sejujurnya hati nya sakit, dia juga ingin seperti teman-teman nya yang mendapat kan kasih sayang dari ibu dan ayah nya. Semilir angin menerpa kulit nya, daun-daun berguguran langit yang tadinya cerah tiba-tiba menjadi mendung.

Fatih mengusap bahu anak nya, dia tau kalau Naura bersedih dan merindukan ibunya. Ayah dan anak itu saling tatap, Naura kembali tersenyum sambil memandangi nisan ibu nya. Di dalam relung hati nya terselip luka karena dia tidak pernah merasakan sentuhan tangan ibunya. Ayah nya bercerita kalau ibunya adalah sosok yang sangat kuat dan baik hati juga lemah lembut. Seandainya masih ada, entah akan sebagai apa Naura memiliki ibu sebaik Fadira.

Naura di rawat dan di besarkan oleh ayah, kakek-nenek, beserta om dan Tante yang menyayangi serta menjaga nya dengan tulus. Tapi tetap saja, ia menginginkan ketulusan ibunya.

"Ibu mu sudah bahagia di surga nak." lirih Fatih dengan senyum yang di buat-buat. Luka itu belum sepenuhnya hilang meski sudah 12 tahun berlalu.

SELESAI......

Sabtu, 30 April 2022.

Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dari cerita ini aamiin.....

married with kiyai's son [Selesai]Onde histórias criam vida. Descubra agora