33. Ganti cover

10.7K 562 7
                                    

Sudah sejak pagi Fadira muntah-muntah. Ia mual dan kehilangan nafsu makan. Fatih dengan telaten mengurus istrinya yang tak sehat. Fatih memijat Fadira, menjaganya, dan melayani nya seperti seorang ratu.

"Sayang makan dulu ya? Ini udah waktunya minum obat."

"Enggak, gak laper takutnya muntah lagi."

Kini rambut Fadira sudah mulai rontok, meski belum terlalu parah. Fadira hanya pasrah, ia harap bisa melahirkan anak nya dengan selamat.

Fatih pulang sebentar untuk mengambil keperluan yang mungkin di butuhkan istrinya. Sebenarnya ia enggan, tapi terpaksa melakukan nya. Hati nya tak tenang membiarkan Fadira sendirian.

Saat di perjalanan, mata nya melihat sosok Amira yang berjalan di tengah kerumunan. Rasa bersalah tiba-tiba muncul di hati nya. Fatih merasa gagal menjalankan amanah yang telah di berikan oleh kakek Amira.

Fatih melihat Amira yang berjalan masuk ke gang yang cukup kumuh. Ia harap Amira bisa melanjutkan hidup nya dengan layak. Jika di tanya siapa pemenang nya? Jawaban nya adalah Fadira, sebelum Amira, Fadira sudah lebih dulu bertakhta meski akhirnya mereka di pisahkan dan di pertemukan kembali.

Sesampainya di pesantren, ternyata para santri wati sedang berkumpul entah apa yang mereka bahas, mungkin saja pengumuman libur puasa. Fatih berlalu, ia canggung ketika banyak mata yang menatapnya penuh ke-kaguman, memperhatikan nya hingga bayangan nya hilang masuk melewati pintu rumah.

"Assalamualaikum,"

Tidak ada yang menjawab karena rumah sedang kosong. Fatih berjalan ke kamar nya, ia ingat kalau kemarin dirinya telah membeli sebuah kalung liontin untuk Fadira. Kalung yang sangat indah.

Setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan, Fatih kembali ke rumah sakit. Terlihat lah Fadira tertidur dengan wajah yang pucat. Fatih duduk di sebelah Fadira, hati nya sakit melihat kondisi sang istri yang kian hari semakin memburuk.

Pelan tapi pasti Fatih memasangkan kalung yang tadi ia bawa dari rumah ke leher Fadira. Dan anehnya Fadira tidak terbangun, seperti ia tidur terlalu pulas.

Fatih mengambil Al-Qur'an, ia mengaji dengan suara nya yang merdu.

Setelah beberapa menit, Fatih menyudahi mengaji nya. Tangan nya menggapai tangan Fadira, ia menunduk, bersandar pada dinding, dan berusaha tertidur dengan sebelah tangan menggenggam erat tangan sang istri.

****

Pukul 05.45

Fatih terbangun karena Fadira memanggil nya. Fadira melakukan itu untuk membangun kan suaminya. Fadira mengingatkan bahwa sebentar lagi akan memasuki waktu untuk berbuka puasa. Ia ingin Fatih pergi untuk mencari makanan.

Fatih menolak, ia berucap akan membeli makanan di dekat situ saja dan berbuka di ruang rawat Fadira bersama dengan sang istri. Selagi Fatih pergi untuk membeli menu berbuka, Fadira mengambil ponselnya, ia bosan dan bermain ponsel untuk mengusir rasa bosan nya.

Fadira mendapat sebuah notifikasi yang entah dari siapa. Tidak ada nama karena pesan itu dari nomor baru yang tidak di kenali oleh Fadira. Orang itu mengucapkan salam kemudian bertanya bagaimana kabar Fadira. Fadira enggan membalas karena ia tidak tau siapa pemilik nomor tersebut.

Setelah beberapa saat terdiam, Fadira baru menyadari ada kejanggalan pada lehernya, ia baru tau dan baru merasakan kalau ada sebuah liontin indah yang terpasang di leher nya yang tertutup dengan hijab instan.

Fadira meraba liontin itu, ia heran sejak kapan benda itu terpasang di sana. Bibir nya tersenyum hingga membentuk bulan sabit, ia menduga kalau Fatih yang memberi dan memasang liontin tersebut. Fadira salah tingkah, senyumnya masi belum memudar.

 Fadira salah tingkah, senyumnya masi belum memudar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Assalamualaikum,"

"waalaikumsalam."

Fadira masi salting (salah tingkah). Fatih masuk, ia menyimpan bungkusan makanannya di atas meja. Pandangan nya beralih menatap Fadira, ia heran melihat Fadira yang sepertinya sedang bahagia.

"Tumben se-ceria ini, kenapa sih hm?"

"Engga,"

Fatih mengelus kepala Fadira, membuat debar jantung Fadira makin tak terkontrol. Wajah Fadira memerah menahan malu, ia ingin mengungkapkan nya tapi keinginan itu berhasil di kalahkan oleh rasa gengsi yang tinggi. Sehingga untuk berucap terimakasih pun rasanya sulit.

Beberapa menit berlalu, akhirnya adzan Maghrib berkumandang. Fatih berbuka dengan segelas air putih, untuk makan nasi, biasanya ia lakukan setelah sholat magrib.

"Makan ya? Aku suapin!"

Fadira menggeleng, entah kenapa tapi ia merasa canggung. Lagi-lagi Fatih harus menghela nafas, tangan nya beralih mengelus perut Fadira yang buncit.

"Baby nya juga butuh asupan sayang. Gimana baby nya mau sehat, kalo ibu nya gak makan? Makan ya? Baru minum obat."

"Kita sholat dulu baru makan bareng."

Keduanya sepakat untuk makan setelah melaksanakan sholat Maghrib. Skip, kedua nya selesai sholat, Fatih yang menjadi imam seperti biasanya. Fatih mengambil satu piring yang tersedia, ia mengambil nasi dan meletakkan nya di atas piring di lanjut dengan lauk pauk.

Fatih dan Fadira makan dengan satu sendok yang bergantian, mereka makan dalam satu piring. Fatih dengan telaten menyuapi istrinya, kemudian berganti menyuapkan makanan ke mulut nya sendiri.

Setelah selesai makan dan membereskan sisa makanan, Fatih mengambil Al-Qur'an. Ia membacakan ayat suci Al-Qur'an di sebelah Fadira, agar bayi nya juga bisa mendengar bacaan ayah nya yang merdu dan fasih.

Fadira tersenyum senang, senang rasanya menjadi satu-satunya dan di ratukan oleh orang yang di cintai.

30 menit kemudian, Fatih pergi ke masjid untuk shalat tarawih. Kini Fadira di tinggal sendirian di ruang rawat nya. Sebelum pergi, Fatih sempat meminta kepada salah satu suster untuk menemani sang istri selagi dia pergi. Tapi suster tersebut ada urusan mendadak yang cukup penting hingga tidak bisa ia tinggalkan.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

Seketika senyum Fadira luntur saat melihat siapa yang datang. Sangat tidak di duga, Amira kembali. Amira dan Fatih memang belum bercerai, hanya saja Amira yang pergi karena lelah menghadapi Fatih yang seperti orang gila. Sebenarnya Amira tidak ingin kembali ke kehidupan Fatih, tapi selain Fatih, tidak adalagi tempat nya untuk pulang.

"Maaf, saya kembali karena tidak lagi memiliki tempat untuk pulang."

Sudah lama Amira tau kalau Fadira kembali, ia pernah tidak sengaja melihat Fadira jalan berdua dengan Fatih. Jika di tanya bagaimana Amira bisa tau kalau Fadira ada di RS jawaban nya adalah karena diam-diam Amira memperhatikan Fadira dari kejauhan. Amira berani mendatangi Fadira setelah melihat kepergian Fatih.

Fadira mempersilahkan Amira untuk masuk, canggung sekaligus takut. Itu yang saat ini di rasakan oleh Fadira. Amira datang dengan pakaian yang sedikit terbuka dan tidak mengenakan hijab. Pakaian nya juga terlihat kumuh.

"Bagaimana kabar nya mbak?" tanya Fadira sangat sopan.

Amira belum menjawab, ia memandangi perut Fadira yang buncit.

Hai-hai selamat menjalankan ibadah puasa, semangat puasanya xixixi aku telat ya? Yaudah gpp. Sorry ya temen-temen, cover nya ku ganti karena bosan dengan cover yang lama. Gimana pendapat kalian tentang cover yang baru? Semoga suka. Vote dan komen ya besti, biar Author yang gak jelas ini makin semangat 😉 see you.

Jum'at 15 April 2022.

married with kiyai's son [Selesai]Where stories live. Discover now