25. 4 bulan.

11.8K 656 9
                                    

Fadira lagi-lagi harus menjalani perawatan. Meski masi stadium 3, namun itu dapat menyebabkan kematian. Kangker tidak hanya di lihat dari stadium nya, namun juga dari ukuran beserta tempatn tumbuh nya. Kangker yang di derita Fadira jenis kangker primer.

Nadira pergi untuk membeli makanan. Sementara Fadira di tinggal sendirian di rumah sakit, air matanya mengalir merasakan sakit yang sangat sakit. Ia tetap diam, sambil mengigit bibir bawahnya.

Penglihatan nya mengabur, ia harap, diri nya tidak kembali berhalusinasi. Bisa saja Fadira menjalani operasi pengangkatan tumor, tapi ayah nya belum memiliki cukup uang untuk membayar biaya operasi.

Tangan Fadira bergetar, ah sial sakit nya kembali muncul setelah lama di sembunyikan.

Kandungan Fadira kini sudah menginjak 4 bulan. Ia tidak sabar menanti kelahiran sang buah hati. Sebelah tangan nya yang terinfus, kembali mengusap lembut perutnya yang membesar. Ia tersenyum, bahagia sekaligus sedih.

 Ia tersenyum, bahagia sekaligus sedih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ceklek

Nadira datang dengan membawa bungkusan berisi buah-buahan. Ia menyimpan nya di atas meja, kemudian mengusap lembut perut buncit Fadira.

"Bayi nya kuat Fa, kayak ibu nya." tangan Nadira beralih mengusap lembut kepala Fadira.

Fadira tersenyum dengan bibirnya yang pucat. "Bu, kapan Fadira bisa pulang?"

"Ibu belum tau, papa kamu lagi pergi cari pinjaman untuk pengobatan kamu."

"Bu.., maaf kalo Fadira mengerpotin.'

"Gak repot kok Fa, kami sayang sama kamu. Kami sayang sama calon bayi kamu."

"Makasih Bu."

Hening...

Nadira sibuk membersihkan buah-buahan yang akan di makan oleh Fadira, hati nya tak tenang. Ia seperti tau penderitaan yang di alami Putri nya. Menikah muda, kehilangan suami 2 tahun, suaminya ternyata masih hidup dan telah menikah lagi, istri kedua suami nya hamil, penyakit nya, dan sekarang ia hamil tanpa sepengetahuan suaminya.

"Fa, kapan kamu mau jujur ke Fatih?"

Fadira terdiam, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan ibu nya. "Bang Fatih gak mau lagi liat muka Fadira, dan pastinya dia gak akan mau nerima anak ini. Fadira takut, anak Fadira gak di akui sama bapak nya Bu."

Nadira mengela nafas pendek, ibu mana yang tidak sedih mendengar penuturan putri nya.

"Bu, kalo Fadira meninggal_"

"Husss," Nadira segera memotong ucapan Fadira. "Jangan ngomongin gitu!"

Fadira tersenyum, bibir nya putih pucat. Ia memandang ke arah langit-langit kamar rawat yang ia tempati. Ia merindukan Jihan, ia merindukan ustadzah Syifa. Memang benar, Fadira telah berganti nomor, tapu ia masih menyimpan nomor mantan kakak iparnya.

married with kiyai's son [Selesai]Where stories live. Discover now