"Ilmu yang mempelajari namanya apa?"

"Saya nggak tau"

Pak Taeha langsung menatap Kiara tajam "Kamu kalo kuliah ngapain aja? Masa pelajaran SMK gitu nggak tau?" Tanyanya.

"Saya kalo kuliah ya belajar, pak"

"Terus kenapa saya tanya bab dasar gini aja kamu nggak tau?"

"Ya karena saya emang nggak tau"

Pak Taeha melirik Kiara sekilas, kemudian dia berjalan ke samping Kiara. Setelah itu, Kiara melangkah maju untuk kembali ke mejanya. Tapi baru satu langkah, suara Pak Taeha sudah mengehentikannya.

"Siapa nyuruh kamu duduk?"

Kiara menolehkan kepalanya, kemudian menatap Pak Taeha sambil tersenyum hambar "Nggak ada yang nyuruh, pak. Itu inisiatif saya sendiri" jawabnya.

"Tetap di sini. Saya belum selesai memberi kamu pertanyaan"

Kiara menatap Pak Taeha dengan tatapan menahan emosi. Rasanya dia ingin mencakar wajah dosen menyebalkan itu sekarang juga. Andai Kiara tidak ingat kalau Pak Taeha adalah dosennya. Mungkin dia sudah menghajarnya habis-habisan.

"Ada yang tau, ilmu yang mempelajari semua interaksi antara obat dengan tubuh manusia di sebut dengan apa?" Tanya Pak Arkan.

"Farmakologi klinis" jawab semua orang serempak.

Pak Taeha menolehkan kepalanya kesamping, dimana Kiara berada saat ini "Semua teman kamu aja tau. Masa kamu enggak?" Tanyanya datar.

"Ya kan itu temen saya. Bukan saya" jawab Kiara.

"Sekarang coba kamu jelaskan, Farmakologi klinis itu mencakup apa saja?"

Kiara menatap Dira, seakan-akan meminta bantuan kepada sahabatnya itu. Untung saja Dira peka, dia langsung membuka buku untuk mencari materi tentang Farmakologi klinis.

"Kamu. Biarkan teman kamu menjawab sendiri" ujar Pak Taeha sambil menunjuk Dira.

Dira yang merasa di bicarakan langsung mendongakkan kepalanya "Bapak ngomong sama saya?" Tanyanya.

Pak Taeha tidak merespon ucapan Dira. Dia kembali menatap Kiara yang terlihat sedang kebingungan.

"Ayo jelaskan. Malah lihatin saya" ucap Pak Taeha sambil menekuk lengan di depan dadanya.

"Farmakologi klinis mencakup beberapa bagian, yaitu farmakognosi, biofarmasi, farmakokinetika, toksikologi, dan farmakoterapi" jawab Kiara sambil menatap lurus ke depan.

Pak Taeha mengikuti arah pandang Kiara. Pantas saja mahasiswinya yang satu ini sangat lancar menjawab, ternyata di ujung ruangan ada poster tentang pertanyaannya tadi.

"Kalo baca, saya juga bisa"

Kiara langsung menolehkan kepalanya. Dan ternyata Pak Taeha sudah menatapnya datar.

"Jangankan bapak, ponakan saya juga bisa"

"Duduk, kamu!"

Kiara langsung melangkahkan kakinya ke depan, kemudian duduk di kursinya. Dia merasa sangat malas menghadapi Pak Taeha sekarang.

"Dosen baru aja belagu" batin Kiara.

"Kemaren kata Bu Frida dia ngasih tugas di sini. Jadi silahkan di kumpulkan sekarang"

Kiara langsung membelalakkan matanya. Dia lupa kalau tugasnya belum selesai.

"Dir. Gimana, nih? Tugas kita belum" ujar Kiara panik.

"Lo kali yang belum. Gue mah udah" jawab Dira sambil berdiri dari duduknya.

Kiara menahan tangan Dira yang akan melewatinya "Heh. Lo gimana, sih? Tadi katanya belum?" Tanyanya ketus.

Mr.Taeha Dirgantara [on going]Where stories live. Discover now