E M P A T

7.2K 482 9
                                    

Setelah makan, Echa dibawa Aldo ke ruang bermain milik makhluk mungil ini. Raynzal memang sengaja menyediakan ruang bermain untuk adiknya, supaya adiknya tak merasa bosan jika terus bermain didalam kamar. Ruangan yang didesain sedemikian rupa dengan warna dominan pink purple ini adalah salah satu tempat favorit adiknya.

Aldo mendudukkan Echa dikarpet berbulu ditengah ruangan itu.
"what color is this?," tanya Aldo dengan menunjukkan salah satu boneka berwarna merah muda itu.
Echa menoleh, "pink," dengan mata yang menatap Aldo seolah memastikan bahwa jawabannya itu benar.
Aldo tersenyum senang, "pinter bangett," sambil mengecup pipi merah itu.
Aldo terus mengajak Echa bermain juga sesekali bertanya tentang warna.

Ceklekk

Pintu terbuka menampilkan pemuda tampan yang tak lain adalah Raynzal. Aldo menoleh pada Raynzal.
"kenapa?,"
Raynzal menaikan alisnya, kenapa malah sahabatnya itu yang bertanya harusnya Ia yang bertanya mengapa pemuda itu ada dirumahnya.
Tanpa menjawab pertanyaan sahabatnya, Raynzal membawa Echa dalam gendongan koalanya.
"abang!!,"  pekik Echa senang melihat abangnya itu.
Raynzal tersenyum, "hm? apa sayang?," sambil mengecup wajah manis menggemaskan itu.
Aldo yang melihat itu berdecak "ngapain deh lo? ganggu aja,"
Raynzal menoleh "ini rumah gue," setelah mengatakan itu Raynzal membawa Echa keluar dari ruang bermain itu. Meninggalkan Aldo yang misuh misuh.

.....

Raynzal menatap wajah adiknya yang kini sedang tertidur pulas dikasur miliknya. Echa memang selalu tidur di kamar Raynzal jika malam, namun jika tidur siang Echa tidur dikamar miliknya sendiri ditemani nanny.
Setelah puas memandangi adiknya itu, Raynzal bangkit dari kasur dan berjalan kearah balkon kamarnya.

Ia mengambil rokok juga koreknya, lalu menyalakannya.
Raynzal memang perokok, bahkan perokok berat. Namun Ia tak pernah merokok jika dekat adiknya.
Sambil memandangi langit yang gelap itu, pikirannya berkelana jauh memikirkan semua yang sudah Ia jalani. Rasanya aneh juga tak percaya, Ibunya sudah tiada karna ayahnya yang berkhianat. Juga memikirkan kehadiran Echa yang kini mengisi hari harinya.
Keseharian Raynzal hanya bekerja, lalu pulang menjaga dan bermain bersama adiknya. Hanya itu. Namun itu juga terasa sangat berat.
Raynzal adalah penerus juga pemilik dua perusahaan sekaligus milik ibunya. Memang tak mudah Ia menjalani semua ini, belum lagi Ia juga terjun ke dalam dunia gelap. Raynzal bukanlah seseorang yang gila akan harta, namun Ia mengarungi dunia gelapnya ini untuk berjaga dari semua musuh bisnisnya yang kapan saja bisa buta mata akan harta dan menyerangnya.

Tingg!

Raynzal mengalihkan tatapannya kearah ponselnya yang memunculkan notifikasi dari Arthur, tangan kanannya.
Rahangnya mengeras saat membaca informasi dari Arthur yang mengatakan bahwa salah satu saingan bisnisnya mencoba untuk bermain dibelakangnya. Dan sasarannya adalah Echa, adik kesayangannya.

"bangsatt,"

Raynzal menutup matanya sejenak untuk meredam emosi yang hampir meledak. Lagi lagi para musuhnya itu mengincar Echa. Dan ya, inilah alasan terbesar Raynzal untuk terjun ke dunia gelap adalah untuk menjaga Echa.
Raynzal mengetikkan sesuatu pada ponselnya, lalu Ia kirimkan pada Arthur.

"mmm hiks....hiks"

Suara tangisan itu mengalihkan tatapan Raynzal. Ia menoleh kearah kasur melihat Echa sedang terisak dalam tidurnya.
Menghisap batang nikotin itu sejenak lalu menghembuskan asapnya dan mematikan rokoknya itu. Berjalan menuju kasur dimana adiknya masih terisak dalam tidur nyenyaknya.

"sshhhttt," Raynzal menepuk pelan punggung adiknya untuk menenangkan. Namun bukannya kembali terlelap adiknya itu malah membuka matanya sambil menangis.

"bad dream princess?hm?," tanyanya sambil mengangkat Echa dalam gendongannya. Echa terus terisak, entah apa yang ada dalam mimpi malaikat kecil ini. Raynzal membawa Echa berkeliling kamar sambil menenangkan adiknya.

Echa sudah berhenti menangis, namun tak terlelap. Padahal ini masih tengah malam.
Raynzal mengambil botol susu yang berada diatas nakas, lalu memberikannya pada Echa.
"mum sayang," ucapnya sambil terus mengelus punggung adiknya sesekali mengecup puncak kepala yang beraroma vanilla itu.

"amauu," Echa menggelengkan kepalanya, tangannya juga menepis botol susu itu.

"mau apa?," tanya Raynzal dengan lembut.

Echa diam tak menjawab dengan kepala yang sepenuhnya berada di dada bidang sang kakak.
Raynzal sedikit khawatir pada adiknya ini, pasalnya Echa tak biasanya terbangun tengah malam. Tangannya tetap mengelus punggung sempit itu.
"mau nonton Frozen sayang?," tanyanya
Dapat Ia rasakan adik kecilnya ini mengangguk dalam gendongannya. Ia berjalan nakas yang terdapat sebuah tab miliknya itu. Menyalakan tayangan yang diinginkan adiknya lalu membawa dirinya juga adiknya ke kasur, berharap Echa akan mengantuk dan kembali tidur.

Beberapa menit mereka habiskan untuk menonton kartun itu.
"amau inii," suara lembut itu terdengar menolak

"mau yang mana sayang?,"

Tangan mungil itu bergerak sendiri di layar tab seolah untuk mencari apa yang diinginkan, namun sebenarnya makhluk kecil ini tak mengerti. Raynzal yang melihat itu pun terkekeh, adiknya ini lucu sekali.
Kesal lantaran apa yang diinginkan tidak Ia dapatkan, Echa menyentuh tangan Raynzal lalu membawa tangan itu ke arah tab nya yang kini hanya menampilkan wallpaper foto wajahnya itu.

"abangg...," panggilnya

Raynzal kembali terkekeh, "iya sayang,"

"iniii," telunjuknya sambil menunjukan layar tab itu.

"mau diapain? hm?,"

"nonton agii," Echa menjawab dengan merengek.

"nonton apa lagi sayang?," Raynzal menunjukan beberapa cover film Disney ke adiknya,
"yang mana?,"

Echa memperhatikan beberapa gambar yang tertera itu dengan raut wajah yang serius, seolah sedang menentukan pilihan yang sangat rumit.
"inii," tunjuknya ke arah cover film Barbie itu, Raynzal menurutinya.

Film itu berjalan sudah hampir dua puluh menit, namun adiknya tak menunjukkan rasa kantuknya. Padahal jam sudah berada di angka 02.00.

"bobo lagi yuk," ajaknya, namun adiknya menggeleng tak mau. Raynzal menghela nafasnya.

"udah malam, Echa harus bobo," ucap Raynzal sambil menarik tab yang ada ditangan adiknya.

Echa menarik tab itu juga diiringi rengekan miliknya.
"nontonnya nanti lagi sayang," Raynzal tetap berusaha membujuk adiknya agar mau tidur. Tangannya menarik paksa tab itu dan meletakkannya di nakas. Ini sudah dini hari, adiknya ini harus tidur.  Namun justru adiknya malah menangis.
Dan dengan sabar Raynzal menenangkan si kecil juga berusaha membuatnya tertidur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Haiiii semuaaaaa!!!!!!
Salam kenal yaaaa, jangan lupa vote & komennyaa
Terima kasih.


Little Sister Where stories live. Discover now