RakSa 21. Bukan Perpisahan

158 8 15
                                    

Seandainya sejak dulu Iksan memperlihatkan sisi lembutnya pada Aksa, mungkin hari ini tidak akan terjadi. Iksan benar-benar sulit ditebak. Kehadirannya seperti malaikat maut yang datang tanpa diundang kapan pun dia ingin.

Beruntung kecelakaan waktu itu tidak begitu parah. Walaupun Aksa kesal, ia juga tidak ingin melihat Ata terluka karena melihat ayahnya tak sadarkan diri di aspal, sementara orang-orang sekitar tak ada yang menolong nanya menonton tanpa rasa iba sedikitpun.

Walau belum sepenuhnya percaya, Aksa yakin dengan niat baik Iksan yang kabarnya, telah membeli kafe Dirli untuk diperbesar dan menjadi satu-satunya kafe dengan menu bervariasi. Awalnya Aksa tidak setuju, terlebih saat tahu kalau usulan itu telah disepakati tanpa sepengetahuannya.

Aksa benar-benar gila, bukan karena pekerjaan baru atau ruangan baru dengan fasilitas yang serba ada. Padahal, saat dirinya berada di kafe, apa pun yang dia ingin tidak perlu bertanya atau meminta izin. Membuat latte seperti kebiasaan yang sulit dilupakan. Bahkan, saat Dinda, pelanggan setia Aksa sering menanyakan kabarnya pada Dirli. Entah hanya Aksa atau memang dirinya sedang merindukan nuasa klasik kafe yang dibalut musik modern sebagai pengisi kekosongan.

"Mas Aksa!"

Aksa selalu berharap ia tidak sedang bermimpi ketika namanya dipanggil. Ia tidak ingin rasa rindunya pada Ata semakin besar. Namun, waktu telah memberinya kesempatan, ia benar-benar merindukan tawa Ata dan segala hal tentang adiknya. Selama dua bulan terakhir, pikirannya benar-benar tidak terpusat pada pekerjaan yang membuatnya malas untuk melakukan apa pun. Dokumen itu, sebenarnya tidak ada. Itu hanya akal-akalan Iksan, agar Aksa bisa mengembangkan bakatnya dibidang yang lain.

Sejak Aksa  kecil, Iksan hanya melihat Aksa yang lembut, Aksa yang mandiri, Aksa yang patuh pada Dina. Aksa sangat berbeda, bahkan saat pertama kali datang dan masuk dalam kehidupan mereka, Iksan sama sekali kagum dengan sikap dewasa Aksa walau usianya masih begitu muda. Anak kecil dengan pemikiran panjang berusaha untuk menjaga sesuatu yang padahal, belum terlihat wujudnya.

Selama ini Iksan tidak pergi, tidak pernah meninggalkan Dina ataupun Aksa. Ia tahu, Aksa belum mau menerima kehadirannya. Bahkan, setelah kepergian Dina m, Iksan yang menyuruh Bu Rum untuk tinggal agar bisa menjaga putra-putranya. Aksa memang kecewa, karena kepergian Buna dan sosok Iksan tidak pernah muncul saat Buna membutuhkan.

Iksan sadar kalau keputusannya untuk pergi jauh sangat salah hingga menimbulkan perselisihan yang cukup fatal bisa diingat. Sejauh ini, Aksa tidak pernah mengeluhkan apa pun tentang perilaku Ata yang cukup nakal.  Sampai ia memutuskan untuk membuat rencana memisahkan Aksa dari Ata.

Namun, sekali lagi, rencana itu seolah sia-sia. Rasanya sangat jauh dari kata sempurna. Dokumen yang dibicarakan itu hanya dokumen palsu yang sengaja Iksan buat agar Aksa mau melepaskan statusnya sebagai barista. Nyatanya, jiwa barista telah melekat pada diri Aksa, diam-diam lelaki itu membuat keributan di dapur OB. Iksan sempat terkejut karena tak percaya dengan laporan kepala OB yang memang diminta untuk mengawasi semua staf OB yang malas bekerja.

Iksan pikir itu hanya kabar burung saja, karena ia sering mendengar kabar yang belum pasti kebenarannya. Namun, setelah Iksan menyaksikannya sendiri, Iksan benar-benar terkejut. Seluruh pegawai OB diminta untuk duduk oleh Aksa, semntara dirinya yang membuat latte sebagai tanda terima kasih karena telah bekerja keras di perusahaan yang kini sudah cukup maju.

Aksa benar-benar berbeda, lelaki itu berhasil membuka pikiran Iksan yang selama ini tertutup kabut dosa. Anak tiri yang tidak pernah menganggapnya sebagai ayah, justru telah memperlihatkan kasih sayangnya pada Ata lewat pengorbanan.

"Mas Aksa," panggilan yang sama kembali terdengar oleh Aksa. Ia masih belum berniat untuk membuka matanya, karena kepalanya masih begitu pusing mengingat ucapan Iksan yang mengatakan kalau hubungan Buna dan Iksan sama sekali tidak benar-benar terjadi seperri apa yang dipikirkannya.

UNTUK ATA [SELESAI) ✅Where stories live. Discover now