Part 32

7.3K 2.1K 125
                                    


Inak baru kelar bobokin anak-anak. Jadi gak sempat edit. Selamat membacah.

🌊🌊🌊

Mereka sudah selesai di wahana permainan, begitupun dengan berbelanja mainan dan buku, dan sekarang berada di toko pakaian.

Ettan dan Hayi di bawah instruksi ibunya, diizinkan memilih pakaian sebanyak apapun yang mereka mau oleh Ombak.

Kedua bocah itu keluar masuk ruang ganti. Setidaknya sudah ada enam stel pakaian yang mereka inginkan.

Safira yang sudah lelah mengikuti putra-putrinya itu, menyerahkan urusan sepenuhnya pada ayah mereka.

Wanita itu memilih untuk melihat-lihat pakaian untuk wanita. Ada sebuah dress dengan potongan off sholuder yang menarik perhatian Safira. Dress itu terlihat sangat cantik. Berbahan kain chiffon dan berwarna putih  Safira menginginkan dress ini.

Safira kemudian mengecek harganya dan langsung mendesah. Harga sepotong dress itu tidak masuk akal untuk dompetnya. Itu setara dengan setengah jatah bulanan Hayi dari ayah mereka.

Safira sebal karena Ombak malah membawa mereka berbelanja ke tempat yang sudah jelas harganya tidak bersahabat dengan keuangan Safira.  Jika mereka ke pasar induk, ia yakin akan mendapat dua karung lebih pakian dengan harga yang digelontorkan Ombak di toko ini.

Ia sendiri tidak mengenal fashion dengan terlalu baik, jika tak mau dikategorikan buta. Dalam kehidupan sehari-hari, Safira lebih suka menggunakan kebaya dan rok yang dibuat dari kain sesekan. Pakain-pakaian itu dibuatkan oleh Nung Astiti. 

Sejak hamil dan melahirkan, disusul kenatian kakeknya Safira sempat mengisolasi diri dari dunia luar. Safira tidak mengikuti tren apapun dan membutakan diri dari dunia luar.

Baru setelah anak-anaknya  mulai tumbuh besar dan memasuki usia sekolah, Safira melawan keras keinginnaya untuk tetap menyendiri. Wanita itu tahu harus menakhlukkan ketakutannya demi Ettan dan Hayi.

Jadi  melihat harga dress itu membuat Safira ingin menangis. Dia butuh menabung setidaknya satu tahun untuk bisa membelinya.

"Anak-anak sudah selesai berbelanja."

Safira terkejut karena tak menyangka Ombak sudah berada didekatnya.

"Itu bagus," kata Ombak melihat dress di tangan Safira.

"Memang," balas Safira sembari menggantung dress itu kembaki ke tempatnya.

"Kamu menginginkannya?"

"Apa?"

"Dress itu."

Safira menggeleng.

"Kenapa tak mengambilnya?" tanya Ombak lagi.

"Karena tidak semua yang kita inginkan, bisa didapatkan." Safira tersenyum, lalu melewati Ombak.

Saat keluar dari  toko pakaian itu, Ettan dan Hayi masih sebersemangat sebelumnya. Safira sendiri sudah merasa kelelahan. Ia ingin segera pulang, tapi ekspresi bahagia Ettan dan Hayi membuatnya berusaha menguatkan diri.

"Ayah lapar!"

"Banget!"

"Mau es krim."

"Mau ayam!"

"Mau cup cake!"

"Mau burger!"

"Nanti kalau ke sini main bumper car lagi ya Ayah!"

"Kakak suka street basketball!"

"Sebenernya ya, Adik paling suka yang dance-dance itu, Ayah! Seru!"

Ombak tertawa melihat putra-putrinya seolah berlomba memberitahu permainan yang mereka sukai. Hayi memang suka sekali game Pump it Up. Sedangkan Ettan menyukai street basket dan bowlling. Mereka juga sempat menaiki bumper cars.

Mengejar OmbakWhere stories live. Discover now