Part 18

8.4K 1.9K 278
                                    

Sebuah celana dalam perempuan ditemukan! Berwarna merah  di ladang jagung. Celana dalam itu ditemukan petani pagi ini yang hendak memanen. Dan seperti yang sudah diduga, itu menjadi berita panas di desa kecil itu.

Semua orang mulai berbisik-bisik dan berspekulasi tentang siapa pemilik celana dalam  itu. Di lain pihak, hubungan Yasri dan Endang makin dicurigai Abdul. Andai pria loyo itu buka suara, maka Yasri dan Endang akan langsung menjadi tersangka utama.

Yasri mengunyah daging di mulutnya hingga menimbulkan suara berisik. Suasana hatinya sangat buruk.  Masalahnya sudah cukup banyak, tapi ternyata si Endang yang bodoh itu malah menjatuhkan celana dalam yang tak sempat dipakainya. Bodohnya lagi perempuan itu baru mengatakannya saat  celana itu sudah ditemukan orang lain.

Dan mengapa harus menunggu dua minggu  baru benda sialan itu ditemukan orang lain? Andai si Endang memberitahu lebih cepat, pasti Yasri akan segera mencari untuk menghilangkan barang bukti. Sekarang semuanya menjadi tambah runyam.

"Bapak kenapa? Kok mukanya ditekuk begitu?"

Yasri menghentikan kunyahannya. Sang istri yang menatapnya dengan kening berkerut membuat Yasri tersadar. Dia tak boleh terlihat marah atau bertindak gegabah. Istrinya bisa curiga. Wanita itu tak boleh tahu kalau Yasri bermain serong lagi.

Cuma Ismi yang mau menerima semua kelakuan buruknya. Wanita itu yang membuat drajat Yasri terangkat. Dari seorang anak nelayan biasa, hingga berhasil bekerja di pabrik gula. Sempat menjadi mandor pula, sebelum pabrik itu hampir gulung tikar dan berubah haluan.

Ismi pernah memergoki Yasri selingkuh, berulang kali. Namun, wanita itu mau memaafkannya. Jika ketahuan sekali lagi, maka Yasri pasti akan dituntut untuk  cerai. Lelaki tak mau kembali hidup melarat.

"Bapak lagi banyak pikiran, Bu."

"Banyak pikiran bagaimana, Pak?"

"Ladang jagung, tidak menghasilkan. Hasil panen tak terlalu bagus. Kan tetap Bapak yang harus melapor pada bos," kilah Yasri.

"Sabar, Pak. Ini ujian. Tampaknya ini karena sudah terlalu banyak maksiat yang terjadi di desa ini."

Yasri menelan ludah. Dia merasa tersentil. Hanya saja menolak bersalah. Kalau istrinya itu bisa memenuhi kebutuhannya, tentu Yasri tak akan sampai main serong.

"Maksiat apa, Bu?" tanya Yasri pura-pura tak tahu.

"Jadi, Bapak tak tahu?"

"Tahu apa?"

"Ada celana dalam ditemukan pagi ini di ladang jagung. Warnanya merah, Pak. Tanaman jagung di bagian celana itu ditemukan, juga rusak semua."

"Astaga ...."

"Benar-benar edan, Pak. Manusia jenis apa yang malah berzina di sana."

"Kenapa kamu simpulkan itu sebuah tindakan berzina?" Istri Yasri memang penurut dan cenderung bodoh, tapi Ismi adalah salah satu wanita yang suka bergosip.

Meski tak terlalu sering keluar rumah, tapi Ismi mendapatkan asupan gosip dari pembantunya. Ismi selalu senang ke pasar dadakan yang diadakan dua kali sebulan di desa mereka, setiap hari sabtu. Di sana Ismi bisa mengobrol dan mendapat gosip terbaru.

"Ya kalau pasangan halal, kenapa mereka malah begituan di tengah ladang, Pak? Lagian ya, Pak, itu dekat pohon beringin yang ada penunggunya. Mereka tak takut apa nanti kena kutuk?"

Mana sempat Yasri memikirkan penunggu pohon beringin saat sedang memasuki Endang.

"Makanya, Ibu dengar-dengar dari Nak Jidah, kalau katanya Kepala Desa akan melakukan proses pembersihan desa."

Mengejar OmbakDonde viven las historias. Descúbrelo ahora