Naavalea Zevaletha Alexander

11 2 0
                                    

X MIPA 3

"Jika diketahui massa benda (m) sama dengan 2kg, kemudian ditarik dengan gaya (F) sebesar 2N. Pertanyaannya adalah berapa besar percepatan balok tersebut. Kita dapat langsung menggunakan rumus tadi, yaitu a sama dengan sigma F per m..."

Di depan sana terdapat seorang pria tua bertubuh gempal dengan kacamata bulat serta kumis tebal yang sejak 1 jam lalu menjelaskan materi terakhir sebelum memasuki masa-masa UAS. Pak dodi selaku guru fisika senior di SMA ini terkenal dengan ketegasan dan kedisiplinannya saat mengajar. Dia sedari tadi terus memperhatikan murid-muridnya, tak ada satupun yang terlepas dari pandangannya. Semuanya tampak memperhatikan penjelasan yang ia paparkan kecuali satu, gadis yang duduk di kursi pojok paling belakang. Gadis itu tak henti-hentinya grasak grusuk dibelakang sana.

"NAAVALEA ZEVALETHA"

Gadis itu, lea tersentak mendengar namanya dipanggil pak dodi. "S.. Saya pak?" Tanyanya takut-takut.

"Iya kamu. Apa yang kamu lakukan? Saya perhatikan dari tadi kamu tidak mendengarkan penjelasan saya" Semua mata yang ada dikelas itu sontak menatap ke arah lea. Tatapan mata itu, dia benci. Lea menundukkan kepalanya dalam. "Maaf pak" Hanya itu yang bisa dia ucapkan.

Pak dodi menghela nafas kasar. Dia melirik kearah samuel sang ketua kelas. "Sam, kertas ulangan yang saya kasi ke kamu tadi pagi apa sudah kamu bagikan"

"Sebagian sudah pak"

"Bagikan sisanya sekarang"

Samuel mengangguk, dia mengambil lembaran kertas yang ada didalam tasnya kemudian mulai berkeliling untuk membagikannya. Lea yang semula tertunduk kini mulai mendongakkan kepalanya saat sadar akan kehadiran samuel di sampingnya, pria itu menyodorkan kertas ulangan milik lea dengan wajah datar kemudian segera kembali duduk ke kursinya. Lea meraih kertas tadi dengan sedikit rasa cemas. Dia melihat angka yang berada di pojok kertas tersebut.

12

Lea meremas kertasnya. Apa yang akan dia katakan kepada papanya nanti.

"Kalian sudah liat hasilnya? Memuaskan? Tentu tidak. Itu baru ulangan harian. Bagaimana saat uas nanti, hah?! Kalian sudah dewasa. Kalian siswa-siswi sma. Bukan lagi anak-anak yang pergi kesekolah hanya untuk bermain-main. Kalian semua dengar ini. Jika kalian masih menyepelekan mapel fisika, bapak tak segan-segan memberikan nilai e untuk raport kalian. Tak terkecuali kamu lea"


~~~


BUGH

Suara benturan keras itu memenuhi bilik toilet, disana terdapat seorang gadis yang sedang merintih kesakitan. Punggung yang sebelumnya memang sudah terluka itu kini terasa nyeri akibat bersentuhan dengan air dingin.

"LO BENER BENER CEWEK MURAHAN GATAU DIRI!" Ucapnya dengan tangan yang tidak berhenti menjambak rambut panjang lea. "UDAH BERAPA KALI GUE BILANG SAMA LO JAUHIN LIAM, BUDEG LO?!" Gadis bersurai merah gelap yang biasa dipanggil gabriel itu kalap, dia terus menjambak bahkan tak segan-segan menampar kedua pipi lea.

"JAWAB GUE BANGSAT" Sentaknya kasar sebelum sedetik kemudian dia tertawa remeh menatap lea. "Selain budeg ternyata lo juga bisu"

Lea tidak menyahut, dia tidak mau membuat masalah ini lebih runyam. Walau sebenarnya gadis itu terlalu takut bahkan hanya sekedar untuk menatap mata gabriel. Gabriel mencengkram kuat dagu lea dengan kuku panjangnya yang sampai melukai pipi lea. Gadis malang itu hanya bisa meringis. Sakit batinnya berteriak.

Lea bukanlah tipe gadis lemah yang mau saja dirundung saat ketahuan berhubungan mesra dengan pacar antagonis seperti yang ada di novel-novel biasanya. Dia ingin melawan saat diperlakukan kasar seperti ini, dia ingin berteriak dan membalas semua perbuatan gabriel kepada dirinya selama ini. Lea sangat ingin membalas. Tapi dia sadar dimana batas kemampuannya. Seberapa besar pun keinginannya untuk melawan gabriel bahkan siapapun itu orangnya, dia tidak akan bisa. Lea lemah. Lea penakut. Dia tidak memiliki keberanian untuk membela dirinya sendiri.

Lea, Is That You? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang