CHAPTER 06

97 14 3
                                    

Disclaimer⚠️

Cerita ini adalah karya fiksi, kepercayaan, latar tempat, organisasi, atau bahkan alur cerita jika ada persamaan hanya suatu kebetulan. Karakter tokoh pada cerita ini tidak bersangkutan pada kehidupan nyata. Cerita ini mengandung kata kasar, kekerasan, konsumsi rokok, dll.

Bijaklah dalam membaca!!!

Ketika pintu itu terbuka cukup lebar, Haechan panik dan segera menutup mata Mark agar lelaki berkalung salib itu tak melihatnya, dan membawa pergi Mark dari sana sebelum sosok dewasa didalam kamar itu menangkap mereka. “T-tadi ada apa?” tanya Mark masih dengan keadaan Haechan menutup mata Mark.

“Diam, dan ikuti saja aku, sial.”

Haechan membawa Mark keluar dari klub bar tersebut, dengan nafas yang terengah. Mark mengerjapkan matanya kemudian menatap Haechan yang sepertinya masih terlihat panik.

“Apa ibuku ada disana?” tanya Mark. Entah mengapa ada rasa aneh yang cukup menyiksa dihati kecil Haechan ketika melihat sosok dewasa di kamar tersebut, hati yang berdenyut nyeri. Padahal sosok itu bukanlah bagian dari keluarganya. Melainkan ibu Mark. Haechan meneguk ludahnya kasar, menatap Mark yang juga sedang menatapnya menunggu jawaban.

Entah apa yang merasuki Haechan, namun ia merasa tidak tega untuk memberi tahu yang sebenarnya. “I-ibumu.. ibumu tidak ada dikamar yang tadi. Sepertinya ia sudah pulang.” Kata Haechan bohong. Jelas - jelas ia melihat ibu Mark ada disana yang sedang dimainkan banyak sekali pria. Bahkan dari wajah wanita itu tidak ada rasa takut atau rasa terlecehkan melainkan rasa kenikmatan yang seperti tiada tara

“Kau yakin?” tanya Mark.

“Ya, tadi hanya tak sengaja melihat wanita tanpa busana makannya aku menutup matamu agar kau tetap suci.”

“Aku pergi.”

Haechan pun mengambil langkah untuk pergi namun tertahan, “Terima kasih. Meski kau menjatuhkan harga diriku terlebih dahulu.” Haechan mendengus mendengar kalimat Mark. Ia segera mengambil langkah kembali dan menghilang dari jangkauan Mark.

Mark menghembuskan nafas nya, mengalihkan pandangan kearah tempat zina tersebut sejenak, “Apa mereka hanya berbohong? Cih sialan!” Geram Mark.

“SMA Geonhyeo sialan!!”

Keesokan harinya, Haechan dan Renjun sekarang sedang berada di belakang sekolah, melakukan aktivitas rutin, namun kali ini seperti ada yang kurang karena Haechan lebih banyak melamun dari pada berbicara hal itu mampu membuat Renjun heran akan tingkah sang sahabat. Renjun memberikan satu batang rokok kepada Haechan, namun tak diterima lelaki itu seperti banyak pikiran, Renjun menghembuskan nafas nya, dan . .

Plak!!

“Hey, sialan! Kau sudah beberapa kali mengabaikanku. Apa yang kau pikirkan?” tanya Renjun setelah ia memukul bagian belakang kepala milik Haechan. Sang empu mengusap tempat dimana bekas pukulan tersebut berada, ia menatap Renjun.

Ku mohon rahasiakan ini dari orang lain.

Ku mohon, Haechan.

“Arghhh!!! Sial!!” Haechan mengumpat, mengacak surai legamnya, cukup frustasi karena hal semalam. Ia memang puas melihat Mark Lee bertekuk lutut kepadanya, namun seperti ada yang menjanggal di hatinya. Yaitu, hubungan antar Mark Lee dan SMA Gyeonhyeo, dan juga kenapa anak murid SMA Gyeonhyeo mengubungi Mark dan mengirim pesan tersebut. Apa lagi saat ia mengintip kamar semalam, ia sedikit melihat almamater sekolah SMA tersebut.

RENEGADES | NCT DREAMOù les histoires vivent. Découvrez maintenant