30

4K 387 20
                                    

"Sttt udah, maraka sudah besar kan? jadi, vidio yang tadi sudah buat maraka mengerti?"tanya tera yang masih memeluk maraka

maraka mengangguk mengerti di dalam pelukan tera, nafas nya naik turun karena masih terkejut oleh vidio yang diberikan tera

"jadi, bagaimana maraka, menyesal?"

maraka tak menjawab pertanyaan tera membuat tera terkekeh, maraka lebih memilih melanjutkan tangisannya, suara teriakan dan vidio itu masih teringat jelas oleh maraka

"ayo duduk"ucap tera mengajak maraka agar duduk namun maraka tak mau melepaskan pelukannya ada rasa ketakutan yang dirasakan maraka sehingga tidak mau melepaskan pelukannya.

"raga bantu ayah"ucap tera kepada raga meminta bantuan agar maraka melepas pelukannya jika tera langsung mendorong maraka juga tidak mungkin.

tentu saja raga menurut dan bangkit dari duduk nya kemudian mendekati maraka

"udah mar, kek bocah Lo"ucap raga kepada maraka walau sebenarnya raga sangat perduli kepada maraka khawatir jika maraka terlalu shock

"ayo lepas dulu"ucap tera

melihat terlalu banyak drama raga yang sudah tidak tahan lagi dengan sekuat tenaga nya ia menarik maraka agar melepas pelukannya dan pelukan pun terlepas karena tenaga raga lebih kuat dibandingkan maraka

maraka masih terisak tangan dan kaki nya masih bergetar membuat maraka lemas dan duduk dilantai dengan punggung yang menyender di dinding.

raga membantu maraka berdiri dan berjalan untuk duduk di sofa

"minum"kata raga sambil memberikan gelas yang berisi air putih kepada maraka namun maraka menggeleng

tera duduk di samping maraka karena melihat sang ponakan yang terlihat belum tenang.

"coba sini"ucap tera lalu membawa maraka kedalam pelukannya, menepuk-nepuk punggung lebar maraka

"ini belum seberapa nak, kata maaf aja itu gak cukup, maraka jadi kakak yang baik mulai sekarang ya jaga adiknya, janji sama om"ucap tera

maraka sudah mulai tenang sekarang

"janji?"tanya tera

walau ragu maraka mengiyakan ucapan tera

"janji"

raga yang mendengar itu akan selalu memegang janji maraka begitu juga dengan tera.

****
"saya gak sudi di tengok sama kamu!"

"bunda maaf"

"jem! jangan bilang maaf terus lo kesini cuman mau ngasih makanan kan udah lo udah kasih makanan sekarang ayo pulang"ucap renja tidak mau sahabatnya mendapatkan perkataan yang menyakiti hati

renja menarik tangan jemi untuk pergi namun jemi tetap kekeh ingin disini walau Nadia sudah mengamuk tidak jelas sampai ditahan oleh polisi agar tidak mendekati jemi khawatir akan ada kekerasan

"ANAK SIALAN NYESEL SAYA NGELAHIRIN KAMU"teriak Nadia

"maaf bu jangan membuat keributan ayo masuk kembali"ucap salah satu polisi yang menahan Nadia

"aku juga gak minta dilahirkan!"

"brengsek!, ayah sama anak sama-sama brengsek"

"itu ayah bukan aku"ucap jemi

"jem udah"kata renja sambil menarik tangan jemi agar keluar dari sana

"itu ayah ren bukan gue"

"iya bapak lo"

setelah renja dan jemi keluar, renja memaksa jemi agar masuk kedalam mobil

"lain kali gausah peduli sama dia"ucap renja kesal niat nya datang kesini hanya untuk mengantar jemi bertemu Nadia dan memberikan makanan karena jemi khawatir jika nadia belum makan

"mang kerumah sakit yang waktu itu bunda pernah dirawat di sana mang acan tau kan?"ucap renja kepada mang acan yang dibalas anggukan oleh mang acan kemudian mobil pun berjalan

renja menyuruh mang acan untuk mengantar nya kerumah sakit karena ia mendapatkan kiriman pesan dari adnan memberitahu nya bahwa jino ada bersama adnan, tiara juga sudah menanyakan keberadaan jino kepada renja namun renja juga sama tidak tahu dimana jino.
untungnya saja adnan memberi tahu renja bahwa jino ada bersama nya jadi, renja bisa memberi tahu Tiara bahwa jino ada bersama adnan agar perempuan yang selalu renja hormati itu tidak merasakan khawatir kepada anak tunggal nya.

setelah sampai di rumah sakit renja menyuruh Jemi agar cepat keluar dari mobil karena jemi sepanjang jalan terus melamun

"mang makasi yah, renja minta tolong tungguin dulu disini, ini ada uang buat mang acan ngopi"ucap renja sambil memberikan tiga lembar uang berwarna merah kepada mang acan

"atuh den ini mah kebanyakan"

"gapapa mang, renja sama jemi masuk dulu ya, makasih mang"kata renja kemudian menarik Jemi agar cepat sampai ke ruangan adnan
walau renja sudah jarang mengunjungi ruangan adnan bersama jino dan jemi renja masih ingat letak ruangannya, diantara jino dan jemi renja mempunyai daya ingat yang kuat.
setelah sampai di depan ruangan adnan renja tak lupa mengetuk pintu terlebih dahulu

"no tolong buka pintu dulu"kata adnan

dengan malas jino beranjak dari duduknya lalu berjalan membuka pintu

"siapa no?"tanya adnan kepada jino

"ngapain?"tanya jino kepada kedua temannya

"pulang no mamah lo nyariin"

"bukan urusan lo"

"no ayo pulang temuin mamah lo, Lo gak mau kan mamah lo nikah tanpa persetujuan lo?"

"nikah?, jangan ngaco mamah gue gak akan nikah sama siapa-siapa lagi"ucap jino tidak ingin langsung percaya kepada ucapan renja

"gue gak akan bercanda kalau soal kayak begini no, ayo pulang"kata renja masih berusaha untuk membujuk jino sedangkan Jemi hanya diam di samping renja

"pulang no, ayo bang adnan anterin"ucap adnan yang baru saja menghampiri mereka bertiga

"gak mau. terserah dia mau nikah apa enggak terserah gue bodoamat"ucap jino berusaha untuk  tidak memikirkan hal itu

"pikirin baik-baik nanti kalau nyesel kamu sendiri yang bakal rasain, jino ayo pulang temuin mamah"kata adnan

"yang seharusnya nyesel itu mamah bukan gue"

....

"ini editan kan?"tanya jofan kepada januar

setelah jofan melihat semua foto-foto yang diberikan tera jofan langsung menelpon januar sahabatnya untuk memastikan bahwa bukan hanya dia yang mengira bahwa foto-foto ini hanyalah editan

"jof tapi setau gue editan gak begini"ucap januar

"liat lagi nu coba liat lagi editan kan"

jofan terus menanyakan foto itu di edit atau bukan kepada januar walau januar sudah menjawab bahwa ini bukan lah editan karena setau Januar editan tak seperti itu.

"jof ini bukan editan"

"nu liat lagi"

"terserah dah! lo nanya ini editan atau bukan dari tadi gue udah jawab ini bukan editan, kuping sama otak lo pasang jof"

jofan mengusap wajahnya kasar saat mendengar perkataan januar, ternyata ini bukan mimpi ini kenyataan yang seharusnya jofan terima ini adalah kesalahan dirinya sendiri yang seharusnya jofan perbaiki dari dulu

"kalau emang ini editan polisi gak akan semudah itu percaya jofan, otak lo pake jangan bego"kata januar

"perbaiki hubungan Lo sama anak bungsu lo jof"ucap januar berhenti sebentar lalu berucap kembali "bahkan gue aja gak tau kalau lo punya dua anak"

harkara dan luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang