26. Waktu yang singkat membawa perubahan

1.6K 209 18
                                    

Rintik-rintik gerimis yang langit turunkan, seakan ingin menemani semua orang yang kini sedang berduka. Di hadapan gundukan tanah yang masih basah. Faris menangis, menumpahkan rasa sedihnya yang teramat. Mama nya telah pergi, pergi meninggalkannya selamanya.

"Mama kenapa ninggalin Faris? Faris nakal ya Ma?" Faris berucap pelan, dengan tangan yang setia mengelus batu nisan Kania. Cinta pertamanya di dunia ini.

Zizi menjatuhkan air matanya, tapi dengan cepat ia menghapusnya. Ia tak boleh lemah saat ini. Karena Abang dan Daddy membutuhkan kekuatannya. Mereka sedang rapuh, dan Zizi harus tegar. Bukan berarti ia tak sedih, namun ini bukan saatnya ia bersedih.

Ia mengusap lembut punggung Faris, abangnya. "Abang jangan nangis lagi ya, nanti Mama ikut sedih."

"Gimana gue gak nangis Zi, di bawah sini ada Mama gue Zi!" Ucapnya sedikit berteriak dengan menunjuk gundukan tanah, yang tak lain adalah makam Kania.

"Iya bang gue tau, tapi lo harus tenang, jangan terpuruk gini, Mama Kania juga Mama gue." Zizi mencoba tenang menghadapi Faris yang sepertinya kapan saja bisa meledak.

"Cuman Mama sambung kalau lo lupa!" jawab Faris pelan, tapi mampu menusuk relung hati Zizi. Zizi seketika langsung diam. Barusan, abangnya telah menyadarkan dirinya. Akan status nya.

Ia terkekeh pelan. "Makasih udah nyadarin gue bang," balasnya lalu pergi dari makam. William yang melihat Zizi pergi, langsung berlari menyusul. Kenan dan Alvin pun ikut.

Sedari tadi-Devrangga tahu perdebatan putra kandungnya, serta putra sambungnya. Namun rasa kesedihan kini telah menguasainya, sehingga ia tak menghiraukan sekitar. Istrinya telah pergi-dan kini Devrangga telah merasakan kehilangan kedua kalinya. Sangat menyakitkan.

Flashback

"Dad, perasaan ku kok gak enak gini ya Dad." Keluh Zizi, seperti akan terjadi sesuatu. Zizi merasa gak karuan.

"Perasaan kamu aja mungkin, karena besok akan kemo," jawab Devrangga santai sembari melipat sarung yang tadi ia kenakan saat beribadah.

"Mungkin aja ya Dad. Semoga aja gak akan terjadi apa-apa."

Tak lama kemudian, ponsel Devrangga bergetar, menampilkan ada panggilan. Devrangga mengambil ponselnya di nakas, disana tertera nama putra sulungnya. Langsung saja Devrangga mengangkatnya.

"Halo bang, kangen adek ya?" tanya Devrangga membuat binar Zizi.

Namun... diseberang sana, tak ada jawaban sama sekali. Membuat perasaan keduanya tidak karuan.

"Halo abang? Abang gak papa 'kan? Mama mana bang?" kini Zizi ikut bersuara. Hingga seperdetik berikutnya, jawaban yang Faris lontarkan membuat keduanya membeku.

"Hiks Ma-Mama meninggal hiks Mama dibunuh hiks Daddy sama Zizi pulang ya hiks."

Seketika dunia mereka berdua runtuh.

"Enggak! Enggak mungkin! Abang pasti bercanda 'kan? Abang ih bercandanya gak lucu hiks," Zizi histeris.

"Abang gak bercanda Zi."

"Mama! Kenapa ninggalin Zizi!"

"Sayang, tenang." Devrangga mencoba membuat Zizi tenang. Padahal dalam hati, ia menjerit. Siapa yang tidak akan sedih ketika di tinggal selamanya oleh pasangan kalian. Dan akhirnya, Devrangga dan Zizi kembali ke Indonesia.

End

Di sebuah taman, di bawah pepohonan yang rindang, Zizi termenung. Perkataan Faris terus berputar di benaknya.

My EverythingWhere stories live. Discover now