Rasa Bersalah

2 2 2
                                    

Wajah Kaluna gusar melihat ponselnya pagi ini. Sebuah room chat terpampang di layarnya, hanya saja Kaluna tidak sanggup untuk menekan satu huruf pun di sana. Bukan debaran jantung bersenandung cinta yang saat ini ia rasakan. Tapi hanya ego yang terus menggerogoti isi kepala.

“Gue perlu tapi ... Arrggh Nuka sialan!” Baru kali ini Kaluna dibuat kalut dengan kebiasaan gengsi yang sudah mendarah daging di tubuhnya. Tapi, sekejap mata Nuka Arthala mampu membuat Kaluna Amara harus melawan gengsinya.

“Kak! Sekolah apa engga sih kamu!” Teriakan sang Bunda dari lantai dasar menyadarkan Kaluna.
“Enggak!” teriaknya.

Bagaimana Kaluna bisa sekolah di saat pagi ini dia baru inget jika hari ini akan ada pengambilan nilai fisika. Sedangkan keadaannya saat ini catatannya masih kosong melompong. Kaluna sudah mengetahui dua kemungkinan buruk yang pasti akan terjadi. Pertama, nilainya yang akan semakin turun. Kedua, mendapatkan hukuman karena buku catatan yang tidak lengkap.

Pertanyaan yang timbul, kenapa Kaluna tidak Ini ke teman yang lain? Itu dikarenakan sialnya Kaluna harus masuk ke kelas murid ambisius berkumpul. Tidak ada kata tolong menolong yang tercipta di ruangan itu. Bahkan Kaluna tidak percaya jika ada kumpulan manusia yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Jadi, kemungkinan besar teman-temannya tidak akan membantu. Bahkan, Kalian tidak menyimpan satu pun nomor teman sekelasnya. Kecuali Nuka, ketua kelas yang dia sukai, tapi terhalang tembok yang lebih tinggi dari cinta beda agama. Ya, tembok gengsi.

‘P’ abjab itu terkirim pada Nuka. “Anjir! KETEKEN AHHHH”! Kaluna menggulingkan tubuhnya di ranjang seraya membanting kepalanya berkali-kali.

“Luna bego! Luna bego! Luna bego!” Ungkapan itu Terus terucap dari bibirnya. Meratapi kebodohan yang sebenarnya bukan masalah apa-apa.
“YAH DIBALES! WOII HARGA DIRI GUEE!” Kaluna berteriak seperti suatu yang berharga dalam hidupnya baru saya ditarik paksa.

Bohong jika Kaluna tidak penasaran dengan balasan dari Nuka yang notabenenya tembok beton. Ya, Buka itu sangat dingin dan sulit berbau. Tapi, Kaluna merasa jika Nuka adalah orang yang baik. Tepatnya saat satu tahun yang lalu. Waktu yang sama saat Kaluna mengikrarkan diri jika dirinya jatuh cinta pada sosok itu.
Hanya tanda tanya yang Nuka sematkan di room chat mereka. Kaluna tidak heran. Itu hal yang sangat wajar. Malah tidak wajar jika Nuka malah mengetik ‘apa’ sebagai jawaban. Kaluna pastikan itu bukan Nuka.

“Kenapa engga sekolah, Kak?” Kaluna tersentak. Tiba-tiba bundanya sudah masuk ke dalam kamarnya tanpa disadari.

“H-hah? Engga apa-apa Bun. Lagi mager aja,” alibi Kaluna dengan cengiran bodohnya.

“Males? Engga ada males-males! Sekolah!” Entah kenapa Kaluna jadi hodoh pagi ini. Tentu saja bundanya tidak akan Mengizinkan Kaluna bolos sekolah. Apalagi dengan alasan malas.

Kaluna harus banyak belajar berdalih lagi.

***

Tungkai kaki Kaluna kian berat saat memasuki sekolahnya. Pandangannya sudah tidak tentu arah karena memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini. Kaluna terus berjalan tanpa melihat kanan-kiri, berjalan setengah melamun hingga tidak sadar ada seseorang di depannya. Sosok yang memerhatikan dirinya dengan tatapan khasnya yang datar dan mengintimidasi.

“Telat.” Kaluna terkejut saat mendengar suara itu. Sontak dia langsung terkesiap dan melihat siapa yang ada di depannya saat ini.
Nuka Arthala. Kaluna diam sejenak, menikmati wangi lembut yang keluar dari tubuh lelaki itu. Wangis sabun berpadu dengan wangi elegan yang lembut serta mewah dari woody musk. Kaluna pikir tidak keberatan menikmati harum itu dalam diam. Tidak pernah ada rencana atau kemauan bahkan harapan Kaluna akan bertemu Nukabdi lorong kelas.

“Can you hear me?”

“Ya? I can hear you,” sahut Kaluna cepat. Sebisa mungkin Kaluna bersikap tenang. Malu jika dia ketahuan tersipu dengan wangi Nuka yang Kaluna sukai. Itu akan merusak harga dirinya.

“You’re late. Come out now.” Tidak ada bentakan di sana. Tapi Kaluna merasa setiap kata yang Nuka keluarkan, adalah perintah yang tidak bisa ditolak.

Kaluna merasa gugup sekarang. Diam-diam gadis itu menelan salivanya. “Really? I’m late.”
“Punya mata?” Nuka mengeluarkan aura dominasinya. Dia malas berurusan dengan orang seperti Kaluna yang terlalu banyak tingkah dan sangat lelet. Kini Kaluna melihat sekelilingnya yang ternyata tanpa dia sadari sudah sangat sepi karena semua siswa sudah berada di dalam kelas.

“Now.” Nuka kembali bertutur.

“Nu. Gue boleh masuk ya. OSIS juga engga ada tadi. Satpam juga.” Kaluna tidak bisa membayangkan seberapa malunya harus berdiri di tengah lapangan. Untuk saat ini, meluruhkan ego di hadapan Nuka itu tidak masalah ketimbang malu di hadapan semua orang.

“Anak OSIS lagi ada pelatihan, satpam lagi sakit. That’s no reason to dodge,” ucap Nuka yang sudah memasukkan tangannya ke dalam saku.

“Jadi lo di sini ngapain? Seharusnya lo masuk, kan?” Tidak ada salahnya mencoba.

Nuka mendengus kasar. Lama-lama dia muak dengan Kaluna. “Jangan karena lo salah, lo berhak mencari pembenaran. Tau diri jadi orang.”
Kaluna sangat terkejut dengan ucapan terakhir Nuka yang menurutnya sangat sarkas. Kaluna sadari dia sakit hati dan malu. “Dan Cuma lo yang bisa berbuat seenaknya?”

“Gue abis ke kantor. Seorang keluar.”

“Lo pikir lo siapa hah! Bisa ngatur gue!” Tidak sadar Kaluna sudah membentak Nuka.

Nuka hanya menatap Kaluna dengan alis yang terangkat ke atas. Kini mereka sama-sama diam. Kaluna mencoba berperang dengan isi kepalanya yang tiba-tiba merasa menyesal sudah membentak orang yang salah.

Kaluna salah mencari lawan.
Tiba-tiba Nuka  mengangguk pelan. “Whatever.” Nuka langsung meninggalkan Kaluna di tempat dengan rasa bersalah yang bergelayut di benak.

Setelah memunggungi Kaluna, diam-diam Nuka memejam seraya mengeratkan kepalannya sebelum dia berjalan meninggalkan gadis itu. Jelas Kaluna melihat tangan itu mengepal hingga menampakkan urat tangan yang begitu tegas.

Kaluna hanya tidak tahu, betapa sulitnya lawan bicaranya untul bicara sepanjang itu pada dirinya.

TBC

Lama lama ni akun makin engga jelas ye? Kadang ff kadang teenlit hahaha
Udahlah yaaa

Kasih tau dong apa yang kalian pikirin soal ini.
Ini engga banyak kok! Cuma one shoot tapi dibagi jdi 5 bab. Gapapa yaa

Ouh iya ini adalah mau birthday project hihihi.

Tepat tanggal 13 April aku udah menginjak 17 tahun :)
Untuk aku, makasih yaa udah bertahan sampe sejauh ini. I love me ♡

Semoga kalian suka yaaa

Udah deh jangan panjang panjang. Stay yaa aku bakal upload 4 bab lagi tapi kayaknya harus berturut

Fight Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang