Satu

43 4 0
                                    

Hilya Azalea Aditama, seorang mahasiswi yang pernah mengalami koma beberapa waktu karena terjatuh hingga mengalami sebuah transmigrasi. Banyak yang tidak percaya akan ceritanya termasuk orangtua juga kedua kakaknya. Bahkan saat Lea menceritakan kehidupanya saat bertransmigrasi kedua orangtuanya segera memanggil psikiater keruanganya karena takut mungkin mental gadis itu terganggu. Tentu saja, bagi mereka hal itu mungkin merupakan cerita paling konyol yang pernah mereka dengar tanpa tahu jika itu memang benar-benar terjadi kepada dirinya.

Ceklek

Suara pintu terbuka, membuyarkan lamunan Lea tentang "dunia lain" yang sempat ia singgahi.

"Bagaimana perasaanmu hari ini? Apa sudah lebih baik?" tanya seorang dokter yang memang bertugas untuk mengontrol para pasien di rumah sakit citra medika ini. Ya, rumah sakit. Pasca kejadian itu sampai detik ini dirinya belum di perbolehkan untuk pulang karena memang kondisinya yang belum pulih

"Ya. Kapan saya bisa pulang dok?"

"Tunggu infus habis, anda sudah boleh pulang karena dari pemeriksaan pun hasilnya sudah sangat bagus"

"Ahh baiklah Terimakasih banyak dok" kata Lea begitu senang mendengarnya. Sementara sang dokter hanya menganggukkan kepalanya

"Kalau begitu, saya tinggal untuk memeriksa pasien yang lain" pamitnya kemudian.

Sepeninggal dokter tersebut, Lea meraih ponsel di atas nakas, membuka aplikasi orange sekedar mencuci mata. Jarang bisa keluar dan hanya berada di dalam kamar, sungguh membuatnya merasa sangat bosan meskipun ruangan tempatnya dirawat merupakan kamar Vip yang begitu nyaman dan dilengkapi dengan televisi. Bukanya dirinya tak diperbolehkan jalan-jalan di sekitar rumah sakit, hanya saja orangtua juga kedua abangnya yang super protektif itu sangat jarang mengizinkanya dengan seribu satu alasan yang terkadang tak masuk akal.

"Asyik bener kayaknya maenan ponsel. Lihat apa sih?" sapa Lusi- mami Lea yang baru memasuki kamar. Wanita paruh baya itu tadi pamit keluar untuk membeli makanan.

"Liat-liat model baju terbaru ma, cuci mata" balas Lea meletakkan kembali ponselnya

"Oiya mi, kata dokter kalau infus nya udah abis Lea udah boleh pulang" lanjutnya

"Syukurlah, mami akan mengabari papa juga abangmu kalau begitu" kata Lusi senang.

Beberapa hari ini, memang Lea hanya di temani oleh sang mama di rumah sakit karena pekerjaan papi- Mahesa dan abang pertamanya- Gilang yang tidak bisa ditinggal. Mungkin jika tidak lelah atau bisa pulang cepat dari kantor barulah mereka akan kerumah sakit. Sementara abang keduanya-Evan sedang berada diluar kota untuk seminar yang entah tentang apa karena Lea pun tak pernah ingin tau soal seperti itu.

Sembari Lea memakan makananya, maminya sibuk menata barang-barang kedalam sebuah tas lumayan besar agar nanti saat infus sudah habis dan papinya datang menjemput mereka bisa langsung pulang. Sempat Lea menawarkan agar maminya makan terlebih dahulu namun wanita paruh baya itu ingin berberes terlebih dahulu karena perutnyapun juga belum terlalu lapar.

"Mi, Lea pasti ketinggalan mata kuliah dan banyak absen" keluh Lea tiba-tiba membuat sang mami seketika menghentikan pekerjaannya

"Kamu tenang saja sayang. Papi kamu udah nemuin rektor kampus buat kasih keringanan"

"Rektor, gimana critanya papi bisa nemuin Rektor?

"Kamu belum tau kalau rektor di kampusmu itu kawan papi sewaktu kuliah?" tanya Lusi yang dijawab gelengan kepala oleh Lea

"Astaga, ketinggalan berita kamu"

"Tapi tetep aja nanti Lea ketinggalan materi"

"Itu gampang, nanti kamu bisa ambil les. Udah abisin dulu makanya. Masalah kuliah bisa diatur"

"Oke siap mamiku yang paling cantik" kata Lea tersenyum sambil memeluk pinggang maminya

*****

"Udah nggak ada yang ketinggalan?" tanya papi Lea memastikan. saat ini mereka baru saja menyelesaikan seluruh administrasi dan berniat mengangkut barang-barang kedalam mobil.

"Nggak ada pi. Tadi udah mama cek lagi kok" jawab mamanya.

Sore ini, setelah sekian lama Lea berada di rumah sakit akhirnya dirinya bisa pulang juga kerumah. Tempat yang sangat dirindukanya, terutama kamar miliknya yang sangat-sangat nyaman. Tentu saja karena Lea sangat suka rebahan dan jika sudah berada di dalam kamarnya gadis itu akan sangat jarang mau keluar kecuali jika memang ada tamu atau saat semua keluarganya sedang berkumpul dirumah.

"Sini abang bawain tasnya" kata Gilang meraih tas slempang kecil milik Lea

"Aaa....makasih abangku yang paling ganteng sedunia" sahut Lea sambil mencubit gemas pipi abangnya yang tampan

"Yaelah baru aja sehat kamu dek, udah sengklek aja kelakuanya"

"Biarin, bilang aja kalau abang sebenernya kangen kan sama kelakuan aku yang selalu menghibur ini"

"Terserah"

"Ayok ih buruan ke mobil, pengen cepetan nyampek rumah nih udah kangen sama kamar" kata Lea menarik lengan abangnya keluar dari ruangan tempat dirinya di rawat.

"Pelan-pelan dek, jatuh baru tau rasa kamu"

"Nggak bakal"

"Eh kita tebus obatnya dulu"

"Makanya buruan ihh" sungut Lea

Sementara kedua orangtuanya yang dari tadi memperhatikan dari belakang, hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putra dan putri mereka. Dari dulu, Gilang memang lebih mengalah dan selalu lebih lembut kepada adik-adiknya. Selain Gilang merupakan sosok kakak pertama, tentu karna laki-laki itu sangat menyayangi saudara dan saudarinya. Meski demikian tak jarang putra sulung di keluarga Aditama itu akan bersikap sangat tegas di waktu-waktu tertentu. Contohnya saja jika Evan atau Lea bersikap diluar batas atau melakukan kesalahan yang cukup fatal.

_____________________

Welcome back in my story...sequel dari What, Selir Agung?! Is back, semoga kalian suka dan terhibur😊 😘 😘

Meet You Again Where stories live. Discover now